Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN

“Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus…”


Karya Sungging Raga

Disusun oleh:

Gigih Hari Bhakti Sumpena (XI MIPA 5)

SMA NEGERI 2 BONDOWOSO


2019
KATA PENGANTAR

Assalamamu`alaikumwarahmatullahhiwabarakatu.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah saya dapat membuat karya tulis dengan
judul ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “Serayu, Sepanjang Angin Akan
Berembus…”. Salawat serta salam penulis persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, semoga penulis dan pembaca mendapat keberkahan kelak di akhirat nanti. Penulisan
karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia, dan semoga dapat
memberi manfaat serta menambah wawasan bagi semua orang.

Dalam penulisan karya tulis ini, Saya sebagai penulis mengucapkan banyak
terimakasih. Saya menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih sederhana dan
jauh dari kesempurnaan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan bagi saya melainkan karena
keterbatasan ilmu dan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, saya mengharapkan suatu
tanggapan serta kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, kepada Allah SWT, penulis berserah diri semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Wa`alaikumsalamwarahmatullahiwabarakatu.

Bondowoso 14 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul ................................................................................................................................1

Kata pengantar...................................................................................................................2

Daftar isi..............................................................................................................................3

BAB I: Pendahuluan ........................................................................................................4

A. Latar belakang masalah ........................................................................................4


B. Rumusan masalah .................................................................................................4
C. Tujuan penelitian...................................................................................................4
D. Manfaat penelitian ................................................................................................4
E. Definisi operasional ..............................................................................................4

BAB II: Teoritis .................................................................................................................5

A. Pengertian sastra ...................................................................................................5


B. Jenis jenis karya sastra ..........................................................................................5
C. Pengertiann cerpen ................................................................................................5
D. Unsur intrinsik cerpen ...........................................................................................6

BAB III: Pembahasan .......................................................................................................7

BAB IV: PENUTUP ..........................................................................................................9

A. Simpulan ...............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9

Daftar pustaka..................................................................................................................10

Lampiran .........................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk prosa dengan kisahan yang
pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu tokoh dalam suatu situasi. Cerpen
memiliki dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur yang berpengaruh langsung terhadap isi cerpen. Unsur intrinsik meliputi : tema,
pelaku(tokoh), latar(setting), penokohan(watak), alur(plot), sudut pandang, amanat(pesan)
dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur - unsur yang berada di luar
cerpen, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi cerpen. Unsur ekstrinsik meliputi :
nilai sosial, politik, biografi pengarang.
Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, terutama pada cerpen berjudul “Serayu,
Sepanjang Angin Akan Berembus…” di dalam cerpen tersebut terdapat tema, tokoh, latar,
watak tokoh, alur, sudut pandang, amanat, gaya bahasa serta sejumlah permasalahan 
yang dihadapi tokoh cerpen merupakan suatu peristiwa kehidupan yang disajikan oleh
pengarang melalui cerita.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana unsur intrinsik dalam cerpen “Serayu, Sepanjang Angin Akan
Berhembus…”?

C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Mampu menentukan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen.
2. Untuk memahami dan menambah wawasan pembaca tentang unsur-unsur intrinsik.
3. Serta untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia di semester 2.

D. Manfaat penelitian
Mengharapkan agar para pembaca dapat memperoleh manfaat setelah membaca karya
tulis ini. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya:

1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai karya sastra cerpen.


2. Sebagai sumber referensi bagi pembaca, yang berhubungan dengan cerpen.

4
E. Definisi operasional
1. Analisis
Secara umum, arti analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu
materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih
mudah dipahami. Yaitu usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara
menguraikan komponen pembentuknya atau menyusun sebuah komponen untuk
kemudian dikaji lebih mendalam.
2. Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang
mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan
pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan.
3. Cerpen
Cerpen / cerita pendek adalah karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang
menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara
ringkas disertai dengan berbagai konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari
masalah yang dihadapi. Cerpen biasanya terdiri kurang dari 10.000 kata yang
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi.
.

5
BAB II

TEORITIS

A. Pengertian sastra

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar
śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki
arti atau keindahan tertentu.

B. Jenis jenis karya sastra

1. Jenis-jenis Karya Sastra Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya karya sastra digolongkan menjadi tiga yaitu:

a. Puisi
Puisi adalah karya sastra yang bentuknya terikat oleh berbagai ketentuan. Ketentuan
itu menyangkut jumlah kata, bait, larik, rima, dan irama. Contoh puisi yaitu pantun,
syair, gurindam, puisi modern.

b. Prosa
Prosa adalah karya sastra yang bebas dari berbagai ketentuan. Tidak ada aturan
mengenai jumlah kata, bait, baris/larik, rima, dan irama. Contoh prosa yaitu dongeng,
hikayat, certita pendek (cerpen), dan novel.

c. Drama
Drama dalam karya sastra adalah naskah drama karangan sastrawan. Naskah
drama isinya kebanyakan berupa dialog, yaitu percakapan antar tokoh (pelaku). Dari
dialog itu dapat diketahui alurnya, watak para tokohnya, dan isi ceritanya.

2. Jenis-jenis Karya Sastra Berdasarkan Waktu Pembuatannya

Berdasarkan kurun waktu pembuatannya, karya sastra dapat digolongkna menjadi


dua, yaitu sastra lama dan sastra baru.

a. Sastra Lama

Yang termasuk sastra lama yaitu :


Puisi lama: pantun, syair, dan gurindam.
Prosa lama: Hikayat, legenda, mitos, dongemg, dan fabel.

6
b. Sastra Baru (Modern)

Yang termasuk sastra modern yaitu:


Puisi modern: Distikon, kuartin,sonata, dan puisi modern.
Prosa modern: cerpen, roman, dan novel.

C. Pengertian cerpen

Cerita dapat diartikan sebagai karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman,


atau penderitaan orang mengenai suatu kejadian atau sebagainya (baik yang sungguh -
sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka).

Cerpen / cerita pendek adalah karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang
menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh suatu tokoh secara ringkas
disertai dengan berbagai konflik dan terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang
dihadapi. Cerpen biasanya terdiri kurang dari 10.000 kata yang memberikan kesan
tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.

7
Unsur intrinsik cerpen

1. Tema

Dalam sebuah cerpen tema merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan
kata lain tema merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan
cerita yang ada dari cerpen.

2. Alur

a) Alur maju

adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju
masa datang.

b) Alur mundur
adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih
dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui
kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

c) Alur gabungan/Campuran

adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-


peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang
lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.

3. Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang. Amanat dalam cerpen umumnya
bersifat tersirat, disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa yang
membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak dapat lepas dari tema
cerita.

4. Penokohan dan perwatakan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan


karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.

a) Teknik analitik langsung


b) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
c) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
d) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
e) Pengungkapan jaan ppikiran tokoh
f) Penggambaran oleh tokoh lain

8
9
BAB III

PEMBAHASAN

1. Tema

Cerpen ini menceritakan masalah utama tentang Seseorang yang memiliki


kenangan di Jembatan Serayu. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

 “Sesungguhnya, ada banyak cerita di Serayu. Bukan hanya sepasang


kekasih yang duduk di besi jembatan untuk menunggu senja, tapi juga
kisah-kisah lain manusia, seorang lelaki yang mendayung perahu ke
tengah demi mencari ikan, atau awah-sawah di kejauhan yang tampak
menghampar dan hanya terlihat topi-topi petani.”

Berdasarkan kutipan diatas, cerpen ini bertemakan tentang Kenangan.

2. Alur

a. Berdasarkan kriteria uraian waktu (maju /mundur/campuran).

Berdasarkan kriteria waktu, cerpen ini beralur campur. Hal tersebut dapat
dilihat pada teks. Hal tersebut dari awal hingga hampir akhir, penulis menulisnya
secara berurutan. Namun saat memasuki bagian akhir, ternyata si tokoh laki – laki
tersebut hanya membayangkan sebuah kereta yang dikemudikannya karena teringat
dengan kata – kata yang pernah dikatakan oleh kekasihnya pada suatu senja di
Jembatan Serayu.

b. Berdasarkan kriteria jumlah

Berdasarkan kriteria jumlah, cerpen ini beralur sub plot, karena mengisahkan
tentang kisah hidup lebih dari satu orang , yaitu tokoh sepasang kekasih dengan
masalah mengenai kenangan di Jembatan Serayu pada saat senja.

c. Berdasarkan kriteria kepadatan (padat/ longgar)

Berdasarkan kriterian kepadatan, cerpen ini beralur longgar karena masalah


yang diceritakan hanya satu, yaitu mengenai kenangan senja di Jembatan Serayu.

10
3. Amanat

Amanat dalam sebuah cerpen dapat dilihat dari masalah atau komplikasi yang
dialami tokoh dan upaya tokoh tersebut dalam menyelesaikan maslahnya.
Komplikassi dan resolusi dalam cerpen ini dapat dillihat pada kutipan berikut:

 “Namun belum selesai kekagumannya, tiba-tiba kejadian aneh terjadi,


mesin lokomotif kereta itu mendadak mati, tenaga menurun drastis,
kereta pun berangsur-angsur mengurangi kecepatan dan akhirnya
berhenti tepat di tengah jembatan, tampak dari barisan jendela, para
penumpang di dalam gerbong terkejut, penasaran ada apa, mengapa
berhenti di tengah jembatan. Apakah kereta tertahan sinyal masuk
sebuah stasiun? Atau ada kejadian luar biasa di depan? Tapi kadang
kita tak butuh jawaban untuk sebuah kenangan yang magis, bukan?
Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain
yang selalu mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju,
agar berhenti sebentar untuk mengingat ucapan kekasihnya:
”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi
setelah ini.” “

Berdasarkan uraian di atas, cerpen ini mengajarkan kepada pembaca “Kemanapun kita pergi
janganlah lupakan tempat yang memiliki memori indah dan berhentilah sejenak untuk
mengenang dan mencintai kembali tempat tersebut.”

4. Penokohan dan perwatakan


Analisis watak tokoh pada cerpen ini adalah sebagai berikut:

a. Tokoh Lelaki

Dalam cerpen ini, tokoh lelaki adalah tokoh utama dan berperan sebagai tokoh protagonist.
Penulis menggambarkan watak lelaki dengan teknik penggambaran fisik dan lingkungan
tokoh. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerpen berikut.

•” Di Serayu, panggung seperti disiapkan. Lelaki itu masih menunggu senja yang
dimaksud si wanita. Seakan ia tak pernah melihat bagaimana bentuk senja semenjak
ia lahir, meski tentu senja pernah melihat lelaki itu, entah di mana.”

Berdasarkan uraian diatas, lelaki ini berwatak sabar, lembut.

b. Tokoh Wanita

Dalam cerpen ini, tokoh wanita merupakan tokoh utama dan berperan sebagai tokoh
protagonis. Penulis menggambarkan watak Wanita dengan teknik penggambaran fisik dan
lingkungan tokoh. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerpen berikut.

11
• ”Aku melihat senja, lalu memikirkanmu.” Ucap seorang wanita pada kekasihnya.
Di sore yang cerah, di tepi jembatan kereta. Keduanya duduk menjuntaikan kaki ke
bawah, menikmati embusan angin dan melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan
berkelok ke arah kota Purwokerto. “

Berdasarkan uraian di atas, wanita ini berwatak perempuan yang lembut dan pecinta senja.

12
BAB IV

PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, kami menarik berbagai kesimpulan


yaitu cerpen yang berjudul “Serayu, Sepanjang Angin Akan Berhembus…” karya
Sungging Raga, dapat di analisis unsur intrinsik tersebut dengan menggunakan 4 unsur,
yaitu tema, amanat, alur, penokohan dan perwatakan. Namun, setiap unsur yang
digunakan di atas, disertakan juga kutipan untuk memperkuat unsur tersebut.

B. Saran

Berdasarkan analisis amanat yang disampaikan oleh pengarang yaitu bahwa kita tidak
boleh melupakan tempat yang memiliki memori indah dan sempatkanlah untuk berhenti
dan mengenang tempat tersebut.

Demikian saran yang dapat disampaikan semoga bermanfaat khususnya bagi para
pembaca

13
DAFTAR PUSTAKA
https://karyapemuda.com/unsur-intrinsik-cerpen/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sastra

https://ilmuseni.com/seni-sastra/jenis-jenis-seni-sastra

http://indri8.ilearning.me/1-3-ruang-lingkup-penelitian/

http://http://www.yuksinau.id/cerpen-pengertian-ciri-unsur-struktur-fungsi/

http://https://www.zonareferensi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli-dan-secara-
umum/

https://www.masukuniversitas.com/contoh-kata-pengantar-makalah/

https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/07/22/serayu-sepanjang-angin-akan-berembus/

14
LAMPIRAN

Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus…

”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”

Serayu, seindah apakah senja yang kau bilang mengendap perlahan-lahan di permukaan
sungai sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur tercampuri warna merah
kekuningan dan memantulkan cahaya matahari bundar lalu koyak karena aliran yang
menabrak batuan besar dasar sungai? O Serayu, sesedih apakah perasaan seorang wanita
yang melihat senja itu dari balik jendela kereta ketika melintas di jembatan panjang sebelum
stasiun Kebasen?

Sepanjang angin akan berembus, selalu ada cerita tentang wanita kesepian, senja yang
menunggunya dalam waktu yang serba sebentar, lalu keheningan pun terjadi meski
sesungguhnya gemuruh kereta ketika melintasi jembatan itu bisa terdengar hingga ke batas
langit, atau ke dasar sungai.

”Aku melihat senja, lalu memikirkanmu.” Ucap seorang wanita pada kekasihnya. Di sore
yang cerah, di tepi jembatan kereta. Keduanya duduk menjuntaikan kaki ke bawah,
menikmati embusan angin dan melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan berkelok ke arah
kota Purwokerto.

Di Serayu, panggung seperti disiapkan. Lelaki itu masih menunggu senja yang dimaksud si
wanita. Seakan ia tak pernah melihat bagaimana bentuk senja semenjak ia lahir, meski tentu
senja pernah melihat lelaki itu, entah di mana.

”Kamu tahu kenapa aku memikirkanmu setiap kali melihat senja?” tanya wanita itu.

Si lelaki tak menjawab, toh sebentar lagi pasti wanita itu menjawab pertanyaannya sendiri.

”Karena senja seperti dirimu, pendiam, tapi menyenangkan.”

Nah.

Serayu, serupa apakah kenangan dalam bungkusan senja yang konon lebih luas dari aliran
sungai Gunung Slamet menuju pantai selatan itu?

”Aku tetap suka berada di sini meski kau diam saja.”

Begitukah?

15
Lelaki itu memang masih diam.

”Kalau tidak ada kamu, pasti senja membuatku merasa ditimbun kenangan.”

Sepanjang angin berembus, wanita itu terus berbicara. Tapi hari masih terang, burung-burung
terbang rendah di atas mereka, tak beraturan. Belum waktunya pulang, beberapa burung kecil
duduk di besi jembatan, kemudian terbang lagi. Senja belum datang, dan kereta juga belum
datang.

”Benarkah ada kereta yang selalu datang ketika senja?” tanya lelaki itu. Mungkin ia gusar
dengan keheningannya sendiri.

”Tentu saja.”

”Kereta apa? Kereta senja?”

”Ah, bukan. Jangan terlalu klise, Sayang.”

”Lalu?”

”Hanya kereta, dengan gerbong-gerbong penumpang seperti biasa. Itu saja.”

”Pasti ada namanya. Bahkan kereta barang yang mengangkut minyak pun ada namanya.”

”Ketel maksudnya?”

”Ya.”

”Kalau begitu, anggap saja ini kereta kenangan.”

Kenangan lagi. Seperti diksi yang luar biasa picisan, namun kadang sepasang kekasih bisa
mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang picisan, bahkan pembicaraan selanjutnya seperti
tak akan menyelamatkan mereka. Kecuali waktu yang terus susut, jam terpojok ke angka
lima. Tapi senja belum turun, belum ada kereta yang melintas di belakang mereka. Alangkah
dekatnya mereka dengan rel kereta. Sehingga bisa terbayang jika kereta melintas pasti tubuh
keduanya ikut bergetar karena roda besi yang bersinggungan dengan rel baja itu.

”Mungkin kita harus pindah tempat, sedikit menjauh.” Ucap lelaki itu

”Tidak. Dari sini kita bisa melihat senja.”

”Tapi ini terlalu dekat.”

”Tapi kalau kau pindah, nanti aku susah memikirkanmu dalam bentuk yang seperti ini.”

Tentu saja.

***

16
Serayu. Sungai besar yang teramat sabar, aliran air memanjang sampai ke penjuru ingatan, ke
palung kehilangan, ke laut kasmaran. Sesungguhnya, ada banyak cerita di Serayu. Bukan
hanya sepasang kekasih yang duduk di besi jembatan untuk menunggu senja, tapi juga kisah-
kisah lain manusia, seorang lelaki yang mendayung perahu ke tengah demi mencari ikan, atau
awah-sawah di kejauhan yang tampak menghampar dan hanya terlihat topi-topi petani.
Semua itu adalah cerita. Tapi pemandangan Serayu, senja, dan sepasang kekasih mungkin
akan menjadi cerita yang paling dramatis. Bisa saja sepasang kekasih itu pada akhirnya akan
berpisah, tapi masing-masing dari mereka tak bisa menghilangkan kenangan ketika duduk
berdua di jembatan Serayu untuk melihat sesuatu yang setengah tak masuk akal. Seakan-akan
mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari. Lalu pada
suatu waktu si lelaki akan sengaja kembali ke tempat itu, duduk di sana, demi mengenang
wanita itu. Meski mungkin si wanita tak kembali, sebab ia merasa tersakiti jika harus melihat
senja di sungai itu lagi.

Tetapi, kereta akan tetap melintas, tepat ketika senja, ketika matahari bundar di ujung sungai
yang luasnya sekitar 300 meter.

Ya, sebentar lagi, sebuah kereta penumpang akan melintasi sungai itu. Serayu. Sungguh nama
yang romantis, seorang masinis yang bertugas di kereta itu sedang membayangkan kereta
yang dikemudikannya sebentar lagi melintasi jembatan, lalu ia akan membunyikan peluit
lokomotif keras-keras, nguooongngng, hingga ia pun teringat dengan kekasihnya di masa lau;
seorang wanita penggemar kereta dan senja.

”Aku ingin kelak kau menjadi masinis, dan membawa kereta yang melintasi Sungai Serayu
tepat ketika senja.”

”Kau ingin aku jadi masinis?”

”Ya.”

”Artinya aku akan selalu pergi.”

”Aku masih bisa memikirkanmu.”

”Jadi, cinta sudah cukup sempurna jika kita masih bebas memikirkan orang lain?”

Sepanjang angin akan berembus, pertanyaan seperti itu seolah tak ada gunanya.

Kereta terus melaju, sudah jauh meninggalkan stasiun Notog, memasuki terowongan, lalu
menebas hutan yang penuh dengan pepohonan pinus. Baru saja kereta melintasi jalan raya,
yang artinya semakin dekat dengan Serayu. Masinis itu tak mengurangi kecepatan, sesaat ia
menoleh lewat jendela, melihat ke gerbong-gerbong di belakangnya. Bukan gerbong senja,
tentu saja, bukan pula kereta kenangan seperti yang dinamai kekasihnya di masa lalu. Ini
hanya kereta biasa.

Jembatan sudah terlihat di kejauhan. Masinis itu perlahan menarik rem, sedikit mengurangi
kecepatan di tikungan terakhir sebelum melintasi sungai Serayu. Dan beberapa saat
kemudian, tampaklah hamparan hijau itu, juga perasaan yang tak ada maknanya lagi.

”Sepanjang angin berembus, akankah kau merindukanku?”

17
Ah, rindu memang seperti paksaan. Ketika kereta semakin dekat ke jembatan Serayu, si
masinis melihat sepasang kerkasih yang sedang duduk di salah satu sudut jembatan itu,
mereka melambai ke arah kereta, seakan tak pedulidengan kebisingan mesin lokomotif dan
suara roda yang bergesekan dengan rel serta besi jembatan. Masinis itu membalas lambaian
mereka. Sementara di bagian bagian kanan, warna merah pada langit dengan lapisan awan
tipis membentuk garis-garis menggumpal yang artistik dengan warna merah saling tindih.

Masinis itu tertegun, seperti itukah senja yang dahulu pernah didambakan kekasihnya?

Namun belum selesai kekagumannya, tiba-tiba kejadian aneh terjadi, mesin lokomotif kereta
itu mendadak mati, tenaga menurun drastis, kereta pun berangsur-angsur mengurangi
kecepatan dan akhirnya berhenti tepat di tengah jembatan, tampak dari barisan jendela, para
penumpang di dalam gerbong terkejut, penasaran ada apa, mengapa berhenti di tengah
jembatan. Apakah kereta tertahan sinyal masuk sebuah stasiun? Atau ada kejadian luar biasa
di depan? Tapi kadang kita tak butuh jawaban untuk sebuah kenangan yang magis, bukan?
Kereta itu, barangkali pernah memiliki kekasih pula, yaitu kereta lain yang selalu
mengingatkannya tentang senja di mana pun ia melaju, agar berhenti sebentar untuk
mengingat ucapan kekasihnya:

”Sabarlah, tunggu sampai senja selesai. Dan kau boleh tak mencintaiku lagi setelah ini.”

Notog – Kebasen, 2012.

18

Anda mungkin juga menyukai