Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan Hindu yang berlokasi di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri pada abad ke-12 dan merupakan bagian dari
kerajaan Mataram Kuno.
Raja pertama kerajaan Kediri ialah Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu. Sedangkan
raja terakhirnya adalah Kertajaya atau Dandang Gendis.

 Kehidupan Politik Pemerintahan/Raja-raja


Sejumlah sumber melukiskan Kerajaan Kediri sebagai kerajaan yang kuat secara
militer dan ekonomi. Ada beberapa raja-raja Kediri yang tersohor, antara lain :
 Sri Samarawijaya, massa pemerintahannya diwarnai perang saudara melawan
Janggala.
 Sri Bameswara, massa pemerintahannya memprioritaskan perhatian kepada rakyat.
Misalnya, ia mengeluarkan kebijakan menjadikan desa pandlegan sebagai wilayah
bebas pajak karena jasanya membantu perjuangan raja.
 Sri Jayabhaya massa pemerintahannya merupakan massa kejayaan Kediri. Ia mampu
mengalahkan Janggala dan mempersatukan kembali Kerajaan yang pecah sepeninggal
Airlangga. Raja ini termasyur dengan ramalan masa depan Nusantara yang disebut
Jongko Joyoboyo.
 Sri Gandra massa pemerintahannya menandai untuk pertama kali nama hewan dipakai
untuk nama depan pejabat pemerintahan.
 Sri Kameswara, massa pemerintahannya direkonsiliasi dengan Janggala melalui
pernikahan raja dengan Sri Kirana.
 Sri Kertajaya massa pemerintahannya ditandai perseteruan dengan kalangan brahmana
dan rahib.

 Kehidupan Ekonomi Bidang: Pertanian, Berdagang dan Mata Uang.


Pada masa Kejayaan Kediri, perhatian raja terhadap kehidupan sosial ekonomi
rakyat juga besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan karya-karya sastra saat itu, yang
mencerminkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat saat itu. Di antaranya kitab
Lubdaka yang berisi ajaran moral bahwa tinggi rendahnya martabat manusia tidak diukur
berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan berdasarkan kelakukannya.
Berdasarkan kronik-kronik Cina maka kehidupan perekonomian rakyat Kediri
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Rakyat hidup dari pertanian, peternakan dan perdagangan.
2. Kediri banyak menghasilkan beras.
3. Barang-barang dagangan yang laku di pasaran saat itu antara lain emas, perak, gading
dan kayu cendana.
4. Pajak rakyat berupa hasil bumi, seperti besar dan palawija.

 Kehidupan Sosial: Agama dan Stratifikasi.


Adapun kehidupan sosialnya sebagai berikut.
1. Rakyat Kediri pada umumnya memiliki tempat tinggal yang baik, bersih, dan rapi.
2. Hukuman yang dilaksanakan ada dua macam, yakni hukuman denda (berupa emas)
dan hukuman mati (khususnya bagi pencuri dan perampok).

Corak kehidupan beragama pada masyarakat Kediri bisa dilihat dari peninggalan
arkeologinya, seperti misalnya Candi Gurah serta Candi Tondo Wongso. Yang
menunjukkan bahwa latar belakang agama di sana adalah Hindu Siwa. Untuk pertirtaan
kepung diperkirakan juga beragama Hindu, karena tidak terlihat unsur Budhaisme pada
beberapa peninggalan bangunan bersejarah di sana. Di beberapa prasasti yang ada, juga
disebutkan bahwa nama Abhiseka raja memiliki arti penjelmaan dari Dewa Wisnu.
Namun hal ini tidak dapat secara langsung digunakan sebagai bukti, bahwa Wisnuisme
berkembang di masa itu. Karena landasan filosofis yang berkembang di Jawa pada masa
itu, beranggapan bahwa Raja Saa dan Dewa Wisnu adalah pelindung rakyat, raja bahkan
dunia. Bila dilihat lagi secara luas, agama Hindu khususnya pemujaan Siwa sangat
mendominasi perkembangan agama di masa Kerajaan Kediri. Hal ini bisa dilihat dari
prasasti, arca dan penemuan karya sastra jawa kuno.

 Kehidupan Budaya: Candi, Prasasti, dan Kitab


Berikut adalah daftar peninggalan Kerajaan Kediri baik berupa kitab, prasasti
maupun candi.
 Kitab Bharatayudha karangan Mpu Tantular dan Mpu Panuluh
 Kitab Kresnayana karangan Mpu Tanakung
 Kitab Smaradahana karangan Mpu Monaguna
 Kitab Lubdaka karangan Mpu Tanakung

 Prasasti Penumbangan Prasasti Hantang


 Prasasti Talan - Prasasti Jepun
 Prasasti Weleri
 Prasasti Angin
 Prasasti Padlegan
 Prasasti Jaring
 Prasasti Semanding
 Prasasti Ceker

 Candi Penataran
 Candi Tondowongso
 Candi Gurah
KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapel, sedangkan ibu kotanya berada di
Kutaraja. Asal-usul penamaan Singhasari berawal ketika Raja Wisnuwardhana menunjuk
anaknya, Kertanagara, sebagai putra mahkota dan mengganti nama pusat pemerintahan
kerajaan menjadi Singhasari. Singhasari yang sebenarnya merupakan nama ibu kota justru
lebih terkenal daripada nama kerajaannya, yakni Tumapel. Pada akhirnya, masyarakat
terbiasa menyebut Kerajaan Tumapel dengan nama Kerajaan Singhasari.
Kerajaan tersebut mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Kertanagara,
sekaligus menjadi raja terakhirnya. Widjiono Wasis dalam Ensiklopedia Nusantara (1989)
mengungkapkan jika Kertanagara saat itu ingin menyatukan sebagian wilayah Nusantara di
bawah naungan Singhasari.
Dengan pusat pemerintahan di Jawa bagian timur, wilayah kekuasaan Singhasari pada
era Kertanagara disebut-sebut mencakup Bali, Jawa Barat, sebagian Kalimantan, bahkan
sebagian Sumatra hingga kawasan Selat Malaka.

 Kehidupan Politik Pemerintahan/Raja-raja


Kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Kerajaan Singhasari berkembang
dengan cepat, khususnya ketika masa pemerintahan Raja Kertanagara. Hal tersebut dapat
kita lihat dari pelaksanaan politik yang ada di dalam maupun di luar negeri pada masa
pemerintahan Raja Kertanegara. Adapun politik dalam negeri yang dilakukan antara lain
yaitu dengan mengganti pejabat pembantunya. Tak hanya itu, untuk memperkuat lagi
kekuasaannya, Ia juga melakukan pernikahan politik dan memperkuat aspek angkatan
perang.
Sedangkan untuk politik luar negeri yang mereka lakukan diantaranya yaitu dengan
melakukan sebuah ekspedisi Pamalayu yang bertujuan untuk menguasai Kerajaan
Melayu dan melemahkan kekuasaan dari Kerajaan Sriwijaya. Sementara itu,
keberhasilan lain yang diperoleh selama masa pemerintahan Raja Kertanegara yaitu salah
satunya berhasil menguasai wilayah Sunda, Bali dan juga Kalimantan, serta Malaka.

 Kehidupan Ekonomi Bidang: Pertanian, Berdagang dan Mata Uang.


Untuk kehidupan ekonomi saat zaman Kerajaan Singosari tergolong cukup maju.
Karena letaknya yang sangat strategis yaitu berada di lembah sungai Brantas, hal ini
menjadikan tanah yang ada di kawasan tersebut menjadi sangat subur. Oleh karena
itulah, mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai seorang petani. Tidak
hanya berada di lembah yang subur, Sungai Brantas pada saat itu juga menjadi salah satu
lalu lintas perdagangan antar daerah dan wilayah.
Oleh sebab itu, tidak sedikit dari masyarakatnya yang bekerja sebagai pedagang.
Walaupun begitu, pada kenyataannya kehidupan ekonomi pada masa Kerajaan Singosari
sempat mengalami fluktuasi atau naik turun. Saat dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan
ekonomi di Kerajaan Singosari tergolong sangat makmur. Tapi kemudian saat dipimpin
oleh Anisapati, kehidupan ekonomi masyarakat menjadi terabaikan. Setelah itu,
kehidupan ekonomi mulai membaik ketika dipimpin oleh Wisnuwardhana. Hingga pada
akhirnya saat masa pemerintahan Raja Kertanegara, kehidupan ekonomi Kerajaan
Singosari mencapai puncak kejayaannya.

 Kehidupan Sosial: Agama dan Stratifikasi.


Tidak jauh dari kehidupan ekonominya, kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari
juga mengalami pasang surut. Ketika masih dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan sosial
pada saat itu tergolong cukup maju. Hal itu dibuktikan dengan adanya daerah yang
bergabung ke dalam wilayah Kerajaan Tumapel. Lalu, ketika dipimpin oleh Anusapati,
kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari justru menjadi terabaikan. Sebab, sang raja
memiliki untuk sibuk dengan sabung ayamnya. Sampai saat Kerajaan Singosari dipimpin
oleh Wisnuwardhana, kehidupan sosialnya mulai sedikit rapi. Kemudian saat dipimpin
oleh Raja Tarumanegara, kehidupan sosial Kerajaan Singosari menjadi semakin maju.
Kehidupan keagamaan di Kerajaan Singosari tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangan Agama Hindu dan Budha di Indonesia pada saat itu. Dimana saat itu
penganut Agama Hindu dan Budha bisa hidup secara berdampingan dengan damai.

 Kehidupan Budaya: Candi, Prasasti, dan Kitab


 Candi Kidal
 Candi Singasari
 Candi Jago
 Candi Katang Lumbang
 Candi Kangenan

 Prasasti Singasari
 Prasasti Malurung

Anda mungkin juga menyukai