Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara ekonomis
Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali
misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.
7. Ceritakan kehidupan politik,ekonomi, dan agama kerajaan buleleng ?
Jawab :
Kehidupan Politik
Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti
Belanjong, Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal
menklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri
Kesari Warmadewa memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa.
Udayana memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Yang
nantinya Airlangga akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut
prasasti yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja Udayan menjlain hubungan erat dengan
Dinasti Isyana di Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama
Gunapriya Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana digantikan oleh
putranya Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran
hukum karena selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi
di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya
yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Ia
berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam
maupun luar kerajaan.
Dalam menjalankan pemerintahan, Raja Buleleng dibantu oleh badan penasehat
pusat yang disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini berkewajiban memberikan
tafsirandan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul
Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng bertumpu pada sektor pertanian.
Keterangan kehidupan masyarakat Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam
prasasti Bulian terdapat bebrapa istilah yang berhubungan dengan sistem bercocok tanam
seperti sawah, parlak (sawah kering), (gaga) ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.
Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup maju. Kemajuan ini
ditandai dengan banyaknya saudagar yang bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan
dengan penduduk Buleleng. Komoditas yang terkenal di Buleleng adlah kuda. Dalam prasasti
Lutungan disebutkan bahwa Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor
kuda dengan saudagar dari Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan bahwa
perdagangan pada saat itu sudah maju sebab kuda merupakan binatang yang besar sehingga
memerlukan kapal yang besar pula untuk mengangkutnya.
Kehidupan Agama
Agama Hindu Syiwa mendominasu kehidupan masyarakat Buleleng. Tetapi
tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan
dengan ditemukannya beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar purapura di Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai
berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca
Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja
Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu
penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.