Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SALSABILA

KELAS : XI MIPA 2
1.Menjelaskan kejadian yang dialami tokoh
Diceritakan bahwa tinggallah di sebuah desa seorang anak perempuan dan sang ibu. Di waktu
senja, sang ibu selalu saja duduk di depan rumah untuk menanti kembalinya sang suami yang
tak dapat dipastikan kedatangannya. Cerita-cerita tentang sang suami selalu didengarkan
kepada sang anak yang tidak pernah bertemu dengan ayahnya tersebut. Ia selalu mengatakan
bahwa ayah berjanji akan datang pada saat senja. Hingga suatu saat, sang anak yang beranjak
dewasa mulai kehilangan kepercayaan tentang kembalinya sang ayah. Ia sudah tidak yakin
bahwa ayahnya masih mengingat ia dan ibu.
Hari berlalu, anak tersebut diterima bekerja di perusahaan yang terletak di kota. Sang anak
bermaksud untuk mengajak sang ibu untuk tinggal bersamanya. Namun ibu menolak, karena
tetap ingin menanti kembalinya sang suami pada senja hari di rumah tersebut walaupun ia
akan tetap merasakan senja yang sama di berbagai tempat.
Sang anak pun pulang beberapa kali untuk menjenguk ibunya. Pada saat pulang ke rumah,
sang anak menyampaikan keinginannya untuk menikah, sang ibu pun merestuinya dan
menyuruh anaknya untuk meminta restu kepada ayahnya. Ibu menyarankannya untuk tinggal
beberapa hari di rumah, karena ia yakin sang suami akan kembali. Setelah tinggal beberapa
hari di rumah ternyata sang ayah tidak muncul
Pembuktian dalam dialog berikut ini :

Adegan 1

ANAK : "Ibu...Jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang Ayah".


IBU : "Kenapa?"
ANAK : "karena Ayah tak pernah datang, dan ku kira ia memang tak akan pernah datang"
(Sambil memandang ke arah langit senja)
IBU : "Ayahmu berjanji akan datang saat senja"
ANAK : "Sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui disini. Tempat ini...sedari dulu
waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun Ayah tak jua datang" (Agak
meninggikan nada bicara)
IBU : "Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang, ia pasti datang menepati janjinya"
ANAK : "kenapa  Ayah berjanji akan datang saat senja? Kenapa tidak pagi atau siang saja?"
IBU : "Karena senja bukan akhir, ia adalah permulaan sebuah hari"
ANAK : "Haaaaah....Sudahlah! Aku tak mengerti maksud perkataan Ibu itu" (Sedikit emosi)
Adegan 2
ANAK : "Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Aku berencana akan tinggal
disana, dan ku harap Ibu mau ikut bersamaku tinggal di kota"
IBU : "Ibu masih ingin menunggu Ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja"
ANAK : "Dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama"
ANAK : "Ibu bisa menikmati senja bersamaku" (Mencoba membujuk)
IBU : "Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu disini, di rumah ini"

Adegan 3

ANAK : "Ibu… aku kan sudah bekerja, aku pun sudah dewasa. Bukan remaja lagi"
IBU : "Lalu?"
ANAK : "Aku…ingin menikah"
IBU : "Sudah ada yang melamarmu? Siapa?"
ANAK : "Seseorang yang sudah cukup lama ku kenal. Dewasa, bertanggung jawab, dan
kurasa dia mencintaiku"
ANAK : "Aku berharap ibu memberi restu untukku"
IBU : "Ibu akan merestuimu. Tapi.. kau juga harus meminta restu pada senja… Ayahmu"
IBU : "Tinggallah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin"

2.Menjelaskan tema drama


Tema yang diangkat dari pementasan ini adalah kesetiaan tanpa kelogisan berpikir. Istri yang
selalu menunggu kepulangan suami yang sudah belasan tahun tak kembali dan tidak pernah
mengunjungi sama sekali.
Pembuktian :
IBU : "Kau berjanji akan datang saat senja. Dan aku yakin kau akan datang. Aku yakin kau
tak akan melupakan cinta kita, melupakanku dan buah hati kita. Aku akan tetap
menunggumu, sampai senja terakhir hidupku" (Berbicara pada senja)
Disinilah tema diangkat, yaitu ada adegan sang ibu selalu menanti suami nya pulang, karena
suami nya pernah berjanji akan pulang sewaktu senja.
3.Perjalanan nasib tokoh
Di awal video menceritakan sang anak yang marah karena tidak ingin mendengarkan apapun
tentang ayahnya. Sang ibu marah karena sikap anaknya. Setelah sang anak diterima pekerjaan
di kota ia berniat untuk membawa ibunya dan tinggal bersamanya di kota, namun ibunya
menolak karena sang ibu tetap ingin menunggu kepulangan suaminya.
Selanjutnya sang anak pulang kembali ke rumah untuk meminta restu ibunya karena sang
anak akan menikah, namun sang ibu mengatakan akan memberi restu jika sudah meminta
restu pada ayahnya. Ibunya meminta anaknya untuk tetap tinggal beberapa hari.
Adegan terakhir sang ibu ditinggalkan anaknya karena sang anak sudah muak dan kesal
dengan ibunya, ibunya yang marah mengecap anaknya sebagai anak durhaka.
Pada penutup terlihat sang ibu berjanji akan tetap menanti kedatangan suami nya saat senja.

4. Latar cerita
Latar tempat : rumah
Latar waktu : senja
Pembuktian :
Latar tempat : Rumah dengan halaman dan tempat duduk (bangku panjang).
Latar waktu : adegan pemain yang selalu duduk di depan rumah dikala senja.
*terdapat dalam dialog*
IBU : "Ayahmu berjanji akan datang saat senja"
ANAK : "kenapa  Ayah berjanji akan datang saat  senja? Kenapa tidak pagi atau siang saja?"
IBU : "Karena senja bukan akhir, ia adalah permulaan sebuah hari"

5. Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari drama tersebut adalah sesungguhnya tidak semua harapan
dan keinginan dapat terwujud serta bahwa kesabaran seseorang pasti ada batasnya.
Pembuktian :
Kesabaran seseorang
IBU : "(Berbicara dengan senja) Kau berjanji akan datang saat senja. Dan aku yakin kau akan
datang. Aku yakin kau tak akan melupakan cinta kita, melupakanku dan buah hati kita. Aku
akan tetap menunggumu, sampai senja terakhir hidupku".
6. Nilai - nilai kehidupan dalam drama
Nilai sosial diri dengan orang lain hal ini terlihat dari kutipan “Istri harus patuh pada suami,
ujaran yang kasar berdampak menyakiti hati orang lain, kebencian yang memutuskan tali
darah dalam tubuh, lebih mementingkan orang lain dari pada ibunya sendiri”.
Sedangkan nilai moral naskah drama Janji Senja melingkupi beberapa aspek di antaranya
berbentuk tingkah laku yang sesuai dengan kesusilaan, budi pekerti, dan juga akhlak.
Berdasarkan hasil tersebut terlihat jelas jika naskah drama Janji Senja karya Taofan
Nalisaputra sangat kental akan nilai sosial dan moral hal ini karena naskah drama yang
diangkat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.

B.Kebahasaan drama
1.Kata ganti yang digunakan dalam drama
• kata ganti orang pertama tunggal : Aku •
Pembuktian :
ANAK : "Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Aku berencana akan tinggal
disana, dan ku harap Ibu mau ikut bersamaku tinggal di kota"
• kata ganti orang pertama jamak : kita •
Pembuktian :
ANAK : "Sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui..di sini..tempat ini...sedari
dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun Ayah tak jua datang" (Agak
meninggikan nada bicara)
• kata ganti orang ketiga jamak : ia •
Pembuktian :
IBU : "Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang, ia pasti datang menepati janjinya"
• Kata ganti kepemilikan (pronomina posesiva) : mu •
Pembuktian :
IBU : "Sudah ada yang melamarmu? Siapa?"
• Kata ganti petunjuk (pronomina demonstrativa) : disini •
Pembuktian :
IBU : "Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu disini, di rumah ini"
• Kata ganti keadaan : mengapa •
Pembuktian :
ANAK : " Mengapa Ibu harus menunggunya seperti ini? Menunggu seseorang yang tak jelas
dan tak pasti kapan ia kan kembali. Dia sudah lupa dengan kita, dan ku pikir ia memang
sudah lupa dengan kita. Coba ibu pikirkan, sedari dulu waktu aku masih dalam
kandungan hingga kini aku dewasa, sudah bertahun-tahun lamanya ia tak pernah kembali ke
rumah ini. Bahkan aku sendiri tak pernah tau wajahnya. Ku pikir sebaiknya Ibu menikah lagi
dan melupakan lelaki tidak bertanggung jawab itu"

2. Kosa kata sehari hari yang digunakan


Kosa kata Baku dan ada yang non-baku tetapi banyak menggunakan kata Baku
Pembuktian :
Ibu : “Tidak rindukah kamu pada ayahmu?”
Anak : “Rindu…tapi itu dulu, sekarang tidak lagi”
Ibu : (menatap tajam pada anaknya) “kenapa?”
Anak : (diam sejenak) “karena aku tak lagi menganggap senja
sebagai ayahku, bagiku dia hanyalah lelaki yang
menitipkan sperma pada ibu”
Pada kata "tak" disini seharusnya kata Baku nya tidak.

3. Jenis kalimat yang digunakan


Jenis Kalimat yang digunakan dalam drama ini adalah kalimat langsung yang disertai dengan
adanya tanda petik (“….”) .
Pembuktian:
ANAK : "Ibu...Jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang Ayah".
IBU : "Kenapa?"

Anda mungkin juga menyukai