Anda di halaman 1dari 4

REMBULAN MALAM INI

Hari ini hujan turun lagi, membasahi setiap dedaunan sampai ke relung tangkainya.
Aroma tanah, kabut menyelimuti jendela kamar, bahkan dinginnya yang tak pernah
menggodaku untuk beranjak dari tidur. Aku tahu, hari ini adalah hari yang istimewa untuk
seorang lelaki terhebat dalam hidupku, ayah. Hari ini ayah akan menggelar akad nikah yang
terbilang cukup sederhana di rumah pengantin wanita pujaan ayah. Tapi entah mengapa aku
tidak suka dengan wanita itu, aku tidak suka ada seseorang yang menggantikan kedudukan
bunda dalam hati ayah maupun hatiku sendiri. Tapi ini demi kebahagiaan ayah, demi melihat
ayah tetap tegar, tetap menjadi lelaki terhebat dalam hidupku. Kemarin aku dan ayah sempat
berdebat seputar masalah ini, tapi seketika ayah mengatakan sesuatu yang membuat pipiku
basah dengan air mata. “Ayah tidak pernah berfikir sedikitpun untuk menggantikan bundamu
dalam hati ayah, nak. Tapi kamu harus tahu, kamu sudah beranjak dewasa, dan ayah sudah
semakin tua, ayah ingin kamu merasakan indahnya kasih sayang seorang ibu, tutur katanya
yang lembut, dan dekapannya yang hangat akan ketulusan. Ayah yakin bundamu bahagia
disana melihat ayah bahagia”. “Ayah egois, ayah tidak pernah tulus mencintai bunda, sejak
kapan ayah tau kalau bunda bahagia jika ayah menikah dengan wanita lain ?”. Kemudian
ayah menatapku lembut dan membisikkan “Bunda akan teramat bahagia sayang” lalu ayah
meninggalkan kamarku, mininggalkan aku yang didekap sunyi, tangis, dan sendu.

Hingga detik ini aku belum juga melangkahkan kaki menuju tempat dimana ayah
sedang memakaikan cincin kejari lentik wanita itu. Tapi ini keputusanku, aku masih belum
percaya jika ayah benar memutuskan untuk menghianati cinta bunda. Biarkan, biarkan saja
jarak antara aku dan ayah membentang, biarkan ayah menyakiti hati bunda sekaligus hati
anak tunggalnya ini. Begitulah hati kecilku yang masih menyimpan rasa kecewa pada ayah,
entah sampai kapan. Atau mungkin sampai ayah menjelaskan mengapa ayah mengatakan
bunda akan teramat bahagia jika ayah menikah dengan wanita itu.

Sudah sekitar dua bulan aku bersama ibu baruku, aku akui wanita itu sangat perhatian
denganku. Kadang ayah memarahiku karena aku bersikap dingin kepada istri baru ayah itu.
Tetapi wanita itu malah membelai rambutku dengan lembut, dan ia membelaku seakan-akan
ia sangat menyayangiku. Dan seperti biasa ayah selalu menurut terhadap apa yang wanita itu
inginkan. Bulan ini, kami sekeluarga termasuk isteri baru ayah menjalani bulan ramadhan
dengan bahagia. Tetapi hanya teruntuk ayah dan wanita itu, tidak dengan aku. Hari ini kami
merencanakan untuk berziarah ke makam bunda. Tapi aku menolak jika isteri baru ayah ikut
ke makam bunda. Hari ini juga aku kembali berdebat dengan ayah “Aku tidak ingin yah jika
ayah mengajak isteri baru ayah itu ke makam bunda, tidak ingin !” kataku sebagai pemula
perdebatan kala itu. “Jaga bicara kamu, Nia ! dia itu ibu kamu, kamu tidak berhak bicara
seperti itu kepada ibu kamu sendiri”. “Ibu Nia tetap bunda yah, bukan isteri baru ayah itu,
mungkin ayah memang sudah dibutakan oleh cinta ayah kepada wanita itu sampai-sampai
ayah lupa dengan cinta bunda yang begitu tulus buat ayah. Dan ayah kini mengkhianati cinta
bunda begitu saja”. Mungkin Ayah semakin geram dengan perkataanku, aku tidak tahu
mengapa ayah begitu mencintai wanita itu “Ayah harus bilang berapa kali, Nak. Bundamu
pasti bahagia...” belum sempat ayah melanjutkan kalimatnya itu aku pun beranjak pergi
meninggalkan ayah bersama wanita yang sedari tadi menyimak perdebatanku dengan ayah.
Dan tanpa kusadari, pipi wanita itu basah menunduk dan terisak. Tidak tahu sebab apa
sampai sebegitu perihnya hati wanita pujaan ayahku itu.

Malam ini tepat pada jam dimana ayahku merencanakan untuk berziarah ke makam
bunda, tapi aku mengurungkan niatku untuk mendatangi makam bunda jika harus bersama
wanita itu. Entah apakah ayah sudah berangkat bersama isterinya itu, apakah juga
mengurungkan niatnya sebab perdebatan tadi siang.

Pukul 19.00 rembulan begitu nampak indah bersama sang pengawal yang berkerlip
menghiasai langit malam. Dan disini, di balkon dekat kamar aku terisak seraya memandang
rembulan nan cantik di atas sana. “Bunda.. apakah bunda tidak rindu kepada rembulan yang
sangat bunda cintai ? apakah bunda tidak ingin kembali menyaksikan rembulan bersama anak
kesayanganmu ini ? apakah bunda tau kalau aku disini ditemani oleh rembulan malam
kesukaan bunda ? bundaa... bunda masih ingatkan waktu bunda mengajak aku dan ayah ke
balkon ini, bunda menunjukan semua keindahan rembulan kepada kami, bunda menceritakan
semua tentang rembulan kesukaan bunda. Bunda.. Nia rindu akan cerita bunda.. Nia rinduu..”
aku tertunduk tak kuasa menahan tangis yang sempurna membuat lautan pada bawah mataku.
Tiba-tiba ada yang berkata seraya memandang rebulan di atas sana, dan itu adalah ayahku
“Bunda, apakah bunda bahagia disana ? kini suamimu yang teramat mencintaimu sudah
melakukan apa yang bunda inginkan. Bolehkan aku katakan semuanya kepada anak yang
teramat kita cintai ini ?” lalu ayah menatapku lembut dengan beberapa buliran air mata
dipipinya. Sedangkan aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan ayah. “Nia, sebelum
bundamu memutuskan untuk meninggalkan ayah dan juga kamu. Bundamu berpesan agar
ayah menikah dengan ibumu”. “Ibuku ?” tanyaku dengan sangat heran. “Iya, nak. Dialah ibu
kandungmu. Bundamu yang meminta merawatmu selama sisa hidupnya. Karena ayah dan
bunda kala itu tidak bisa memiliki keturunan. Bundamu sangat menyayangimu nak, ia
menyukai rembulan karena rembulan itu adalah kamu. Kamu hadir ketika masa gelap sedang
kita alami. Seperti rembulan yang hadir ketika gelap malam memnyelimuti bumi. Ibumu
ikhlas merelakanmu nak, karena ibumu orang yang baik sekaligus sahabat dari bundamu”.
Aku mendengarkan semua yang ayah katakan dengan penuh isak tangis. Dengan tubuh
merasakan hangatnya pelukan seorang ibu, karena disaat ayah mengatakan semuanya, ibu
langsung memelukku erat.

Malam ini malam indah bersama bulan ramadhan yang penuh berkah, malam indah
bersama rembulan kesukaan bunda. Semua rasa kecewa akan sikap ayah, semua rasa
penasaran akan perkataan ayah kala itu kini sudah terjawab dan luruh bersama kilau
kedamaian rembulan malam. Aku telah bertemu dengan ibu kandungku, aku dapat merasakan
kasih sayang dari seorang ibu, dan yang lebih membuat bahagia adalah aku memiliki dua
bidadari surga dan satu lelaki terhebat yang menguatkan hidupku, yang akan selalu ada di
relung hatiku sebagai kasih terindah untuk sepanjang masa.

Akhirnya aku, ayah, dan ibu bahagia, saling memeluk erat bersamaan dengan senyum yang
tak kalah indah diatas sana (rembulan malam ini).

TAMAT
Nama saya Dela Olis Odilia, tinggal di Desa Ngrayun, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten
Ponorogo, sekolah di SMA Negeri 1 Ngrayun. No telepon/wa 085231861189. Akun Fb Dela
Olis Odilia.

Anda mungkin juga menyukai