Anda di halaman 1dari 12

Bangkit

Cahaya bulan malam ini begitu terang, bintang pun berkelap kelip
memamerkan keindahannya. Aku berjalan menyusuri sebuah lorong nan sepi,
tak ada satu orang pun disana. Hatiku terasa sepi dan gundah dengan segala
kekacauan yang terjadi hari ini. Sebuah hari dimana seharusnya kebahagiaan
ku dapati.
Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi, konflik
dengan orang tua karena ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang
terpaksa gagal, hadiah sepeda motor yang gagal ku dapat, adik yang
menyebalkan dan sorak sorai teman-teman merayakan kelulusannya.
Hari-hari yang keras karena kisah cinta pahitku. Hingga indahnya malam ini
seakan tak mampu membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai
mengalir di pipiku dan perlahan ku usap.
Ya, sakit memang putus cinta. Rasanya beberapa menit lalu kata-kata
terakhirnya masih bisa kurasakan merobek-robek hatiku “sudah sana…
pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu kira aku tak bisa menemukan yang
lebih baik darimu.
Semoga kamu tak menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta
suciku!” kutipan pesan yang masuk ke ponselku.
Beberapa telephone masuk pun sengaja ku tolak karena sudah begitu
muaknya. Air mata terus mengalir di pipiku diikuti dengan sakit kepala yang
mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku terus duduk termenung di
pinggir jalan.
“Halo mba.. lagi sedih banget nih kayanya, bisa bagi uangnya dong” ucap
seorang pemuda yang sedang mabuk menghampiriku.
Karena tak meresponnya, pemuda itupun pengancamku dengan sebilah pisau
lipat yang dikeluarkan dari saku celana jeansnya. Tanpa berfikir panjang, ku
ambil tas di sebelahku dan kuserahkan semua uang yang ku miliki.
“Ambil semua ini dan pergilah menjauh!”
Kembali ku susuri jalan hingga sampailah ke sebuah jembatan tua dengan
jurang tinggi di bawahnya. Kakiku mulai melangkah maju dan ku angkat kaki
kananku.
Selangkah lagi tubuhku akan jatuh ke dalam jurang, semua kekacauan di
hatiku seakan menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian.
Namun tiba-tiba seseorang menarik bajuku. Ternyata pria pemabuk tadilah
yang menarikku menjauh dari pinggir jembatan.
“Kenapa kamu lakukan ini, kenapa kamu menolongku?!”
Tanpa berkata apa-apa ia pergi meninggalkanku lalu ku kejar dia. Setelah
beberapa saat ia baru mulai berbicara.

1
“Aku sangat membenci orang-orang lemah sepertimu. Maaf jika aku
menarikmu” ucapnya sembari menatapku tajam dan menjulurkan tangannya.
Kaget bukan main ku lihat tangannya yang ternyata sisa 2 jari saja.
“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan di jalan. Jariku yang lain hilang
dipotong preman karena persaingan.” Karena tak ku sabut jabatan tangannya,
ia pun meletakkan kembali tangannya dan melanjutkan ceritanya.
“Maaf ku ambil tasmu, sudah 3 hari aku tak makan. Biasanya aku makan dari
sisa makanan di tong sampah. Namun karena hujan deras kemarin, semua
makanan yang ku anggap masih layak sudah berubah membusuk.”
Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan aroma
alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku
padanya. “Ambilah ini, mungkin kamu lebih membutuhkannya.”
Dari percakapan singkat dengannya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa
kubayangkan jika aku yang berada di posisinya.
Ya meskipun hidupku selalu kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di
hati. Pria yang selama ini ku perjuangkan namun ternyata selalu membuatku
kecewa pun seakan tak lagi membebaniku.
“Pulanglah, masih banyak yang menanti kepulanganmu!” ucapnya sembari
beranjak menjauh dariku.
Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah. Ketika sampai di
persimpangan jalan, ku dapati kekasihku berdiri dengan segenggam bunga di
tangannya.
3 orang yang ku kenal juga berdiri menantiku, ya kedua orang tua dan adikku
pun ikut mencariku.
“Maaf sayang, aku telah banyak mengecewakanmu dan salah menilaimu”
pelukan erat mendarat di badanku. Tak kuasa menahan tangis haru, ku peluk
balik kekasihku.
Beberapa saat berlalu ia kemudian menyerahkan bunga di tangannya dan
sebuah buku kecil yang ternyata diary ku.
Di buku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa banggaku pada
sosok pria yang sedang menggenggam erat tanganku ini.
Di balik sana, keluargaku tersenyum melihatku kembali. Kami pun masuk ke
mobil dan pergi ke mall untuk merayakan ulang tahunku. Ya meskipun hadiah
motor tetap tak kudapat karena aku gagal lulus ujian.

2
Terimakasih
Malam itu suasana di rumah seakan begitu dingin. Semua anggota keluarga
tak mengeluarkan satu patah kata pun. Bukan karena marah atau kecewa,
namun karena pusing memikirkan bagaimana cara membayar iuran wisata
sekolahku.
Awalnya aku hanya ingin mengurangi beban kedua orang tuaku dengan
memutuskan untuk tidak ikut study tour. Namun belum selesai ku ucapkan
keinginanku, Ayah yang semula terdiam seribu bahasa langsung membantah.
“Tidak, kamu tetap ikut! Sudah tidurlah, besok ayah bayarkan biaya study
tourmu”
Ku susuri ruang tengah menuju kamarku. Meski sebenarnya tak bisa tidur, ku
coba memejamkan mata dan tak memikirkan apapun. Namun isak tangis
ibuku yang terdengar lirih semakin membuatku tak bisa terlelap.
Aku tahu betul mengapa ibuku menangis, namun ayah tetap bersikeras untuk
menyuruhku mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Dialah sosok pria yang tak
pernah membiarkan buah hatinya sedih bahkan malu karena ketidak
mampuannya.
Kala itu malam belum terlalu larut, hingga masuk pukul 8.00 malam suara
pintu terketuk memecahkan hening di rumahku. Seorang tetangga datang
dengan membawa sebuah amplop coklat.
“Malam pak, maaf datang malam-malam”
“Tidak papa pak, silahkan masuk” sambut ayahku.
Setelah keduanya berbincang santai, tetanggaku menyerahkan amplop
tersebut pada ayahku. “Ini adalah uang pembayaran tanah yang beberapa
bulan lalu digunakan untuk jalan desa.”
Seketika ayahku terkejut. Bagaimana tidak, uang tak tak pernah ia bayangkan
sebelumnya tiba-tiba diantarkan ke rumah. Ya, awalnya tanah yang seberapa
itu direlakan ayah untuk menjadi jalan umum. Namun karena kebijakan desa,
tanah tersebut diputuskan untuk dibeli.
Seperginya tetanggaku, ibu langsung masuk ke kamarku sembari memelukku
erat. Tanpa berkata panjang ia memberikan sejumlah uang untuk membayar
biaya study tourku. Air mata tak bisa tertahankan dari mata kami, dan malam
itu rasa syukur memenuhi hatiku.

3
Keutamaan Istighfar
Tangis dan air mata seakan menjadi teman sehari-hari seorang janda bernama
Aisyah. Bagaimana tidak, setelah menikah selama 15 tahun dan menjadi ibu
rumah tangga seutuhnya ia kehilangan suami tercintanya. 
Meskipun alm suaminya merupakan karyawan tetap di sebuah perusahaan
besar dan setelah meninggal ia mendapat cukup banyak pesangon, namun itu
tidak akan cukup untuk membiayai kehidupannya dengan 4 orang anak dari
pernikahannya dengan alm suaminya tersebut dalam kurun waktu yang lama.
Sebulan berlalu rasa rindu pada suaminya masih begitu terasa, dan
peninggalan suaminya pun sudah semakin menipis. Sedangkan dirinya masih
dalam masa indah yang membuatnya tak bisa bekerja keluar rumah.
Ya Aisyah adalah seorang wanita terjaga yang begitu rapat menutup diri dari
perbuatan yang dilarang atau dimubahkan oleh agama. 
Hingga tiba 40 hari ia ditinggal suaminya, pengajian pun dilaksanakan di
kediamannya untuk mendoakan suaminya. Dalam pengajian tersebut ustadzah
yang mengisi menceritakan tentang keutamaan istighfar.
“Barang siapa memperbanyak istighfar, segala yang ia minta akan dikabulkan
oleh Allah dan rezeki mengalir akan didapatinya” sebuah kalimat yang begitu
mengena di hati Aisyah.
Setelah pengajian selesai, Aisyah begitu memikirkan isi pengajian siang tadi.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk melakukan apa yang dikatakan oleh
ustadzahnya.
Tak hanya dirinya, ia pun mengajak semua anaknya untuk mengalamkan dzikir
ringan tersebut. Tiada hari, jam bahkan menit yang terlewat tanpa lafadz
istighfar.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu dan uang uang
peninggalan suaminya semakin menipis sedangkan kebutuhan hidup semakin
tinggi.
Ia bingung bukan main, sedangkan anak-anaknya masih kecil sehingga tak
ada yang mengasuhnya jika ia pergi bekerja. Karena semakin bingung dan
merasa tak ada orang yang mampu menolongnya, ia semakin rajin
memanjatkan doa dan memperbanyak istighfar setiap harinya.
Keajaiban datang seketika itu juga.
“Assalamualaikum, tok-tok” Terdengar suara di balik pintu ruang tamunya.
Bergegas Aisyah pun membukakan pintu, ternyata seorang wanita paruh baya
tak dikenal yang datang ke rumahnya.
Pembicaraan dimulai dengan hangat, hingga masuk pada pembicaraan inti.
Wanita paruh baya tersebut ternyata seorang konglomerat dermawan yang
sedang mencari lahan untuk membuat masjid.

4
Diketahui jika suami Aisyah juga meninggalkan sebuah pekarangan yang
terletak di pinggir jalan dan cukup strategis. Lahan tersebut pun ditawar oleh
wanita berparas cantik tersebut.
Karena tidak tahu pasaran harga tanah, Aisyah pun tidak mematok harga.
Tanpa diduga, ternyata wanita tersebut memberi penawaran harga yang
begitu tinggi.
“Bagaimana jika lahan ibu saya ambil alih dengan harga 1 Milyar?” ucapnya
lembut.
Dengan mata berkaca-kaca Aisyah sontak mengiyakan tawaran tersebut.
“Boleh, sangat boleh. Suami saya pasti sangat bahagia jika lahan yang lama tak
terpakai tersebut bisa bermanfaat bagi keluarganya dan dibuat untuk lahan
masjid” jawabnya.
“Baik setelah ini saya akan mengurus pemindah namaan sertifikat tanah dan
pembayaran akan saya lakukan secara cash”.
Sore harinya, dua orang pria dengan pakaian serba hitam datang membawa
koper ke rumahnya pagi tadi dan koper yang dibawanya berisikan uang senilai
1 milyar. ke rumah Aisyah. Ternyata dua orang tersebut adalah ajudan dari
wanita yang datang
Penandatanganan penjualan pun ia lakukan untuk memproses pemindah
namaan sertifikat tanah. Uang senilai 1 milyar pun ia dapatkan.
Tangis haru tak bisa ia bendung lagi. Bagaimana cara Allah mengeluarkan
hamba-Nya dari kesulitan sungguh di luar perkiraan. Ada saja cara yang Allah
pilihkan untuk memberikan kebahagiaan dan jalan keluar bagi hamba yang
mau memohon.
Setelah hari itu, Aisyah dan anak-anaknya pun tak pernah henti mengucapkan
istighfar setiap saat. Sedangkan uang yang ia dapat dari penjualan tanah
peninggalan alm. suaminya ia gunakan untuk biaya sekolah anak-anak dan
biaya membuka bisnis catering , Ya, ia lebih memilih bisnis rumahan karena
dengannya ia tetap bisa memantau anak-anaknya di rumah.

5
Membantu Kesusahan Orang Maka Kesusahan Kita Akan Terangkat

Hari ini dagangan Pak Yanto tersisa setengah lebih, pasar begitu sepi. “Buk
maaf uang belanja hari ini kurang banyak, dengan bapak tidak habis” ucap Pak
Yanto pada istrinya.
“Gak papa pak, semoga cukup untuk makan dan uang saku anak-anak” jawab
istrinya dengan lembut dan menyodorkan teh hangat pada suaminya.
Keesokan harinya Pak Yanto kembali ke pasar untuk berjualan. Di tengah jalan
ia bertemu seorang kakek tua yang tampak sudah rapuh. Ia terlihat
kebingungan, lalu dihampirilah oleh Pak Yanto.
“Ada apa kek, ada yang bisa dibantu?”
“Kakek mau pulang, tapi tidak punya ongkos. Kakek tak tahu harus bagaimana
karena bekerja pun sudah tidak mungkin.”
Melihat kakek tua tersebut hati Pak Yanto tak kuasa membiarkannya. Meski
hanya memiliki uang pas-pasan, ia memberikannya untuk ongkos kakek
pulang ke kampungnya. Pak Yanto pun mengantarkannya ke terminal untuk
mencari bis yang sesuai tujuan kakek.
“Terima kasih banyak nak, semoga rejekimu selalu lancar, kakek tak bisa
membalas apa-apa selain doa” ucapnya dengan sedikit memeluk Pak Yanto.
“Amin makasih kek, semoga selamat sampai tujuan.”
Seperginya kakek tersebut Pak Yanto kembali ke pasar, ternyata sudah ada
seorang membeli yang menunggu untuk memborong habis dagangannya
dengan harga tinggi.
Sungguh kemurahan hati Pak Yanto telah membawa keuntungan untuk dirinya
sendiri.

Bolos Sekolah
Siapa sih yang tak suka dengan hari minggu. Hari dimana kamu bisa bersantai
sepanjang hari tanpa harus pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran dengan
soal-soal yang membuat kepala pusing. Pada hari minggu ini Danu
memutuskan untuk pergi ke waterboom dan menikmati hari liburnya untuk
bersenang-senang bersama keluarga. Suasana yang begitu menyenangkan
membuat Danu lupa jam hingga tak disadari ternyata ia bermain di
waterboom hingga siang.
Karena lapar ia dan keluarganya pergi ke mall untuk makan siang dan nonton
di bioskop. Kebetulan hari itu ada film anime anak yang cukup bagus dan
pastinya mendidik. Liburan menyenangkan ini berlanjut hingga malam dan
sesampainya di rumah ia langsung pergi ke kamar membaringkan tubuhnya
yang sudah begitu lelah namun bahagia.

6
Kring.. kringgg… Suara alarm terdengar nyaring dari meja belajar di kamar
Danu.
Ia pun segera bangkit mematikan alarm tersebut, namun bukannya pergi ke
kamar mandi Danu justru melanjutkan tidurnya.
“Danu.. sudah siang begini kenapa belum bangun. Nanti kamu telat sekolah
lho” panggil ibunya.
“Danu masih lelah bu, bolos sehari boleh ya. Lagian hari ini gak ada tes
ataupun PR kok jadi aman” sahutnya.
“Kamu itu sekolah untuk masa depanmu, tak bisa sembarangan begitu. Lagi
pula sekolahmu itu mahal.”
“Iya bu, tapi sekali saja bolos boleh yaa” lanjut Danu merayu
Geram dengan jawaban anak sematang wayangnya, ibu Danu kemudian
membangunkan paksa anaknya dan membawanya ke sebuah tempat. Tanpa
turun dari mobil, ibu Danu menunjuk anak-anak yang sedang bermain dengan
baju ala kadarnya.
Ternyata Danu diajak ke sebuah panti asuhan.
“Lihat anak-anak itu, mereka tak memiliki orang tua yang bisa membiayai
sekolah. Padahal mereka sangat ingin menimba ilmu di sekolah sepertimu”
Jelas ibu Danu.
Selanjutnya Danu diajak menyusuri jalan dan berhenti di sebuah
persimpangan. Dari situ terlihat segerombolan anak dengan penampilan yang
lusuh. Mereka sedang memainkan alat musik tiup kecil sembari menyodorkan
plastik bekas untuk meminta uang pada orang yang lewat.
Ya, anak-anak gelandangan tersebut harus bersusah payah demi
mendapatkan uang untuk makan. Jangankan sekolah, untuk makan 3 kali
sehari saja mereka harus berjuang keras terlebih dahulu.
Di perjalanan pulang Danu pun melihat seorang anak dengan tongkat sedang
berjalan kaki. Terlihat anak itu mengenakan seragam merah putih dan
menggendong tas yang sudah nampak using.
Dalam hatinya mulai sadar “betapa beruntungnya aku, hidup berkecukupan
dan bisa menempuh pendidikan dengan enak. Fisik yang sempurna juga ku
miliki tapi kenapa aku menyia-nyiakan kenikmatan ini.”
Setelah dibeli pelajaran berharga oleh ibunya, akhirnya Danu berangkat
sekolah. Meskipun telat namun ia tetap semangat mengikuti pelajaran di kelas.

7
Jiwa Wirausaha
Yesi adalah salah seorang mahasiswa berprestasi di sebuah universitas
ternama. Selain jago dalam bidang akademis, Yesi juga termasuk mahasiswa
yang aktif dan sama sekali tidak gengsian. Terbukti dengan usahanya untuk
menjual cemilan sehat dari rumput laut yang ia olah sendiri.
Produk dengan cita rasa lezat tersebut ia jual dengan harga yang relatif
murah. Awalnya ia hanya memasarkan produknya pada teman kuliah, dosen
dan staff kampus. Akan tetapi setelah berjalan cukup lama ia mulai eksis di
dunia maya untuk lebih mengembangkan bisnisnya.
“Yes, kamu kok memilih berjualan cemilan seperti ini, sedangkan kamu adalah
mahasiswa berprestasi yang pasti bisa dengan mudah mendapat pekerjaan di
perusahaan besar. Lagi pula cemilan kamu kan dijual dengan harga relatif
murah, apakah kamu yakin keuntungannya seimbang dengan uang yang akan
kamu dapat dengan bekerja di perusahaan besar?” Tanya teman Yesi yang
penasaran dengan keputusan mahasiswa cantik ini.
“Iya memang benar, mungkin aku bisa dapat pekerjaan di perusahaan bonafit
dengan gaji besar. Tapi aku kuliah dengan biaya besar bukan untuk
mengembalikan modal dan menumpuk kekayaan kelak. Aku lebih bahagia
kalau ilmuku bisa bermanfaat bagi kesehatan orang, Ya contohnya cemilan
sehat yang aku buat dengan riset hasil aku menempuh pendidikan di
universitas ini.”
Jawaban Yesi yang dalam tersebut lantas membuat temannya diam terpaku.

Profesionalisme
Suara alarm yang terdengar nyaring berhasil mengusik tidur Luki yang begitu
lelap. Niat hati hanya ingin mematikan alarm tersebut, namun matanya
seketika terbuka lebar. Luki kaget melihat jam menunjukkan pukul 7.
“Astaga sudah jam 7”
Segera ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kantor. Dengan kecepatan
maksimal ia mengendarai mobilnya di tengah jalanan ibu kota. Sayang
seberapa ngebut Luki, tetap saja ia sudah telat meeting yang telah diajukan
jamnya karena bos Luk yang akan pergi ke luar kota.
“Pagi pak, bolehkah saya ikut bergabung?” Tanya Luki pada bosnya yang
tengah memimpin meeting.
“Silahkan masuk. Oh iya tapi maaf project kamu ini harus saya gantikan
dengan Haris.”
“Tapi pak, Saya hanya telat sebentar.”
“Tidak masalah sebentar atau lama, namun bagaimana profesionalisme kamu.
Kami semua tenaga professional dan konsisten. Jika kamu tak bisa menangani

8
project ini secara professional mengapa harus saya pertahankan, sedangkan
ada temanmu yang memberi ide menarik untuk project ini.”
“Terlebih ini project besar yang tak boleh disepelekan begitu. Masih untung
kamu tetap bisa bergabung dengan anggota lainnya.” sambung bosnya.
Mendengar ucapan itu Luki terdiam dengan penuh penyesalan.
Selesainya meeting semua anggota kembali tim kembali ke meja masing-
masing. Mira yang merupakan teman dekat Luki di kantor pun menanyakan
perihal telatnya.
“Kamu kenapa Luk, kok bisa telat di meeting sepenting ini?”
“Iya aku salah, semalam aku begadang nonton bola hingga bangun kesiangan
dan lupa dengan meeting penting ini.”
“Oalah lain kali cobalah untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang
menguntungkan untukmu” Sahut Mira menasehati sahabatnya yang tengah
dirundung rasa menyesal ini.

Sahabat Terbaik
Siang itu aku dan Bunga, sahabatku dari kecil sedang mengantri sebuah tiket
konser. Karena artis yang akan tampil di konser tersebut kebetulan artis
internasional, jadi tak heran jika antrian begitu panjang. Bahkan kami pun
sudah mengantri sejak jam 7 tadi dan sampai sekarang masih belum dapat
tiketnya.
Sampai sore tiba, ternyata kami tak kunjung dapat tiket konser itu padahal slot
tiket sudah sangat mepet. Hanya orang yang beruntung yang bisa
mendapatkannya. Salah satu cara mendapatkan tiket konser itu adalah dengan
mengikuti kuis di sebuah radio. Tak mau ketinggalan pastinya aku pun selalu
dengerin radio yang mengadakan kuis tersebut.
Suatu hari tiket tinggal satu-satunya dan aku belum dapat telpon dari radio
tersebut. Ya, mereka yang ditelpon dan berhasil menjawab pertanyaan yang
diajukan adalah mereka yang dapat.
Harapanku pupus ketika seseorang ditelpon dari radio tersebut dan berhasil
menjawab pertanyaan yang diajukan.
Karena begitu ngefansnya sama artis yang mau konser, seharian aku menangis
dan tak mau keluar kamar. Bunga yang tau keadaanku pun segera datang ke
rumah.
“Sore tante, Titanya ada?”
“Ada itu di kamar, seharian belum keluar” sahut mamaku menjawab
pertanyaan Bunga.
“Ta, kenapa sih nangis gitu kaya anak kecil tau.”

9
“Apa sih, kamu kan tau gimana ngefansnya aku sama BTS. Bayangin udah
ngantri dari pagi sampai sore dan ikutan kuis tiap hari tapi ga bisa dapat tiket
juga!”
“Nih tiket buat kamu” Bunga menyodorkan sebuah tiket padaku.
Dengan muka heran aku menerima tiket tersebut, ku lihat dengan seksama.
“Hah gimana caranya kamu bisa dapat tiket ini?”
“Aku ikutan kuis juga dan kebetulan aku yang terakhir dapat. Tapi itu buat
kamu aja. Lagian aku gak begitu ngefans kok sama BTS, Cuma ikutan kamu aja
hehe” sahutnya tanpa muka bersalah.
“Beneran?” Aku langsung bangkit memeluk Bunga yang tengah meledekku
karena muka sembabku.
“Beruntung banget deh aku punya sahabat kamu. Jangan-jangan kamu ikutan
kuis Cuma biar dapet tiket untukku ya?”
“Iya hehe” jawaban Bunga yang semakin membuatku merasa beruntung
bersahabat dengan gadis berambut ikal ini.
Itulah beberapa contoh cerpen yang bisa Anda bacakan untuk anak-anak.
Selain sebagai pengantar tidur, banyak pula kutipan dan pelajaran yang bisa
Anda ambil.
Sebut saja untuk cerpen motivasi yang mengajarkan betapa pentingnya
berbagi, kemudian cerpen sekolah yang mengajarkan betapa pentingnya
pendidikan dan bersyukur dengan kondisi Anda saat ini.
Dari contoh-contoh di atas Anda juga bisa belajar mengenal unsur intrinsik
maupun ekstrinsik sebuah cerita. Seperti pada contoh pertama yang tertera
jelas apa saja yang masuk dalam daftar unsur intrinsik, mulai dari latar,
penokohan, nilai dan juga amanat atau nasehat tersirat yang disampaikan
cerpen tersebut.

Persahabatan Sejati
Saat ini aku berada di kelas 3 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga
sahabatku yaitu Aris, Andri, dan Ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang
dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah
pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian
kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan
hasilnya kita berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi
dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

10
Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang
dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama
untuk selamanya.”
Keesokan hari, aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat.
Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat
yang tidak bisa aku lupakan karena aris berencana untuk menyatakan perasannya
kepadaku. Akhirnya aku dan anis berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh
malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku ngga enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.


“Udahlah ndi, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab andri dengan
santai.
Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

“Arissss awasss! di depan ada juang!” Teriak Nindi.

“Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa
menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di
sampingku.

“Nindi.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.

“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.

“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Andri dan aris tidak tertolong di
lokasi kecelakaan” Jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti
mendengar pernyataan ibu.

“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta
kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.” batinku
berkata.

11
Lantas, 2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami
bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya
angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.

Mengajarkan Tentang Bersikap Rendah Hati

Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang sangat
pintar dan baik hati. Di sekolah sangat banyak teman yang menyukainya karena
sikapnya tersebut. Tidak jarang, semua ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi anak
perempuan bernama Ita, ia berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun
sangat sombong. Temannya hanya dua yaitu Lisa dan Lily, gadis kembar di
sekolahnya.

Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca pidato
dua minggu lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 membuka kesempatan seluas-luasnya
bagi siapa saja yang ingin ikut seleksi. Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap
hari mereka selalu latihan membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari
penyeleksian tiba, keduanya memberikan tampilan yang memukau lalu dinyatakan
lolos.

Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya, menyatakan
bahwa pasti ia akan juara. Sebab sebelumnya dia juga pernah menjadi juara waktu
kelas 5 SD di lomba pidato. Berbeda dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan
berlatih, mencoba menghafal kembali teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang
juara kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato yang sudah dihafalnya.

Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang sangat bagus. Semua juri
kagum termasuk Bu Yati yang saat itu datang untuk menemani mereka lomba.
Pengumuman pun tiba, Fitri keluar menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan
air matanya karena dia tidak menang sama sekali. Cerpen pendidikan ini
mengajarkan kita bahwa harus menjadi orang yang rendah hati dan jangan
sombong.

12

Anda mungkin juga menyukai