CREDIT TITLE
Judul : Luka Semalam
Penulis : Hasina binti harits
Penerjemah : Mata Malaikat
Kompilasi ke dalam Ebook Mata Malaikat Ebook Publisher
Sukabumi, Minggu, 15 Mei 2011
http://arzellita.wordpress.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................
01. DUNIA KEDUAKU...............
02. LUKA SEMALAM................
03. RUMAH ITU DUNIAKU.........
04. SEGALANYA UNTUKMU.......
05. SEBUAH KEPULANGAN........
06. SUATU KEMAAFAN............
07. EPILOG...........................
ULASAN NOVEL......................
BIBLIOGRAFI.........................
DUNIA KEDUAKU
"Siappp...!!!"
"Terima kasih, Bu."
"Sama-sama. Jangan lupa siapkan tugas yang ibu berikan tadi."
pinta Bu Halimah, wali kelas tempatku menuntut ilmu.
"Baik Bu!!!" sahut teman-temanku sambil memberi sebuah
senyuman dan diiringi dengan tawa kecil.
Barangkali mereka sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah
atau bermain ke tempat lain setelah seharian lelah memeras
otak di sekolah. Kadang-kadang aku ingin menjadi seperti
mereka. Hidup mereka dipenuhi dengan kegembiraan. Alangkah
bahagianya jika aku mampu menjadi seperti mereka. Kalau aku
dapat keluar dari situasi ini, akulah manusia yang paling
bahagia. Namun rasanya semua ini tidak akan terjadi. Mungkin
apa yang telah aku lalui selama ini terlalu sulit atau aku yang
terlalu takut untuk menghadapi kenyataan hidup ini.
Apakah aku terlalu memikirkan tentang kehidupan yang
belum pasti ini? Apa yang pernah terjadi dalam hidupku ini
masih tidak dapat dilupakan? Apa aku seorang yang pendendam
ataukah aku terlalu belajar dari setiap kesalahan? Terlalu
berat untuk ku menghadapinya. Apalagi untuk melupakannya.
Apa yang telah tersurat untukku, aku terima seadanya, andai
itu bisa mengobati hati ini.
Kadang-kadang aku merasa terlalu letih untuk meneruskan
kehidupan ini. Aku hanya berserah kepada-Mu Ya Allah. Andai
inilah ketentuan-Mu.
"Haaah?!!" Aku tersentak dari lamunan. Jantungku terasa bagai
tercabut dari dudukannya ketika seorang sahabatku
mengagetkanku.
"Ah Ana, ngagetin aja. Untung aku ngak punya penyakit
jantung. Hampir aja copot jantungku."
Aku mengurut dada yang berdegup kencang.
"Suruh siapa juga kamu melamun. Sampai nggak melihat aku
datang. Lain kali ajak, ajak-ajak aku kalau mau melamun
hahaha..." sahut Ana sambil tertawa renyah.
"Mikirin pacar ya?? Hm rupanya dah punya cowok ya? Teganya
kamu ngak cerita ma aku huhuhu." cibir Ana lagi.
"Ah kamu... Nggak ada bosennya mengejekku. Siapa yang punya
cowok?? Emangnya kamu yang tiada hari tanpa cowok. Aku ngak
berminat ma cowok. Buang-buang waktu aja ngak ada
maknanya." cibirku pada sahabat baikku itu.
"Biasa...kan Orang cantik namanya juga. Ya harus punya cowok
banyak lah hahaha." balas Ana
"Emangnya kamu ngak ada yang naksir. Eh bukannya Mamat
naksir kamu, atau hahaha??" lanjut Ana
Kelas yang sunyi seketika menjadi berisik oleh gelak tawa kami.
Kini hanya tinggal kami berdua saja di dalam kelas. Teman-
teman yang lain semuanya sudah pulang.
"Ah kalo bercanda, pasti kesitu terus.Sudahlah? males aku
ngeladeninnya." ucapku sambil mengambil tas dan melangkah
meninggalkan sahabatku itu.
Malas aku melayani cerita dongeng sahabatku itu. Makin
dilayani makin panjang pula ceritanya. Aku tertawa sendiri di
dalam hati.
"Alaah... Janganlah marah adik manis. Aku cuma bercanda kok!!
Tunggu aku Tina..!!"
Aku hanya mencebikkan bibirku ke arahnya.
Itulah Suhana Suhaimi. Sahabat baikku yang selalu
menemaniku ke mana saja ku pergi. Dialah satu-satunya
sahabat yang sangat memahamiku. Kami sudah seperti gula dan
semut.
Mungkin karena kami mempunyai kisah hidup yang hampir sama,
pernah dilukai oleh orang yang disayangi. Kami menangis dan
tertawa bersama.
"Mau shalat atau makan dulu?"
"Kita makan dulu lah.. Perutku dah keroncongan nich. Setelah
itu, baru kita shalat. Tapi kita ke perpustakaan
dulu, nyimpen tas." jawabku. "Oke, aku ikut aja. Dah telat
nich.."
Kami mempercepat langkah menuju ke perpustakaan. Langit
kelihatan cerah sekali dengan awan-awan yang berarak
memecah kilauan panas mentari seperti ingin melindungi bumi
ini dari pancaran teriknya.
Aku tersenyuman kecil. Inilah duniaku. Dunia ciptaan Tuhan
yang Maha Agung. Setiap hari selepas pulang sekolah aku selalu
menghabiskan waktuku di perpustakaan hingga petang. Ana dan
buku-buku di perpustakaan itulah yang menjadi teman setiaku .
Dan aku adalah penunggu perpustakaan yang setia?
LUKA SEMALAM
"Assalamualaikum, umi"
"Waalaikummussalam. Sudah pulang, apa nggak ke
perpustakaan dulu?" Tanya Umi. Mungkin ia hairan melihat aku
pulang lebih cepat hari ini.
"Lagi males. Lagipula Tina rindu pada Ummi," kataku diiringi
tawa kecil.
"Halah... Beneran kangen? Jangan-jangan mau curhat karena
berantem ma pacar hehehe" goda Ummi.
"Ah Ummi... Kayak nggak tau watak anak sendiri aja. Hanya umi
saja buah hatiku. Ngak ada yang kedua, ketiga." Balasku
diiringi dengan tawa.
"Umi masak apa hari ini? Hakim ngak pulang sekolah lagi ya?"
Tanyaku.
"Sudah.. Tapi sudah hilang lagi entah kemana. Mungkin ke
rumah Mak Ida. Biasalah, adik kamu tu, main aja kerjaanya
sampai lupa makan. Pergi mandi sana!! Jangan lupa shalat. Nanti
kita makan sama-sama."
"Baiklah, umiku sayang... Nanti selesai shalat, Tina panggil
Hakim untuk makan bersama." balasku ringkas sambil
meninggalkan umi di dapur.
Lalu aku memanjat anak tangga satu per satu menuju kamarku.
"Alangkah baiknya jika aku dapat berbaring dan tidur dulu. Aku
merasa ranjangku memanggil-manggil namaku, mungki rindu
pada tuannya." cetus hati kecilku.
Tapi aku harus mandi dan solat dahulu. Ummi sudah
menungguku di bawah.
"Aduh... Perut ini mulai keroncongan." aku mengomel sendirian.
Bahagia sekali aku hari ini. Adikku, Hakim yang tidak habis-
habis bercerita itu dan ini. Ada kalanya tidak masuk akal
ceritanya. Ada saja yang lucunya. Jika tidak disimak nanti ia
merajuk. Dialah teman setiaku di rumah ini. Umi pun asyik
sibuk di dapur. Maklumlah, kakak baru saja cuti. Ada saja yang
hendak dimasaknya.
Kakakku sedang menolong umi di dapur. Sudah dua bulan kakak
tidak pulang. Mungkin ia sibuk.
"Sedang nonton film apa, Tin?" Tanya Kak Joe.
Aku tidak tahu kapan kakak muncul di hadapanku. Tiba-tiba
saja ia sudah berdiri di sebelahku. Di tangannya ada setoples
kue pisang, kue kesukaannya.
"Eh, kak Joe. duduklah. Banyak betul kue nya, kayak bakal
habis sendirian aja." godaku.
"Harus habis lah... Lihat dulu donk yang bikinnya, umi
kesayangan kita kan? Nanti Kita makan sama-sama. Bagus gak
filmnya?"
"Baguslah.... Kalau ngak, buat apa Tina nak tonton." balasku
diiringi tawa kecil.
"Berapa hari disini Kak??" Tanyaku ringkas
"Tiga hari aja dik. Hari Minggu kakak sudah harus berangkat
lagi. Banyak tugas yang harus diselesaikan. Pulang kesini pun
karena kangen sama umi dan kalian."
"Untuk bisa masuk USM harus lulus baik ya kak?"
"Makanya gigihlah berusaha wahai adiku. Sayank!"
"Harus seperti apa pelajarannya, OK atau KO?"
"Mesti Ok donk..!! Tina kan pelajar harapan sekolah. Ops...
harapan negara."
Aku dan kakak terus tertawa memecah keheningan malam.
"Kalau ada masalah dalam pelajaran jangan malu-malu untuk
bertanya pada kakak.Mumpung kakak ada disini."
Itulah kakakku. Insan yang tidak pernah berhenti memberi
dorongan dan motivasi kepadaku. Aku ingin menjadi seorang
yang berhasil dalam hidupku. Aku mau membuktikan kepada
lelaki itu bahwa kami bisa hidup tanpanya, malah hidup kami
lebih bahagia kini. Ummi pun sudah memiliki butik sendiri,
sekarang ini. Apa yang Ummi sediakan untuk kami sudah lebih
dari cukup. Aku sangat bersyukur kepada-Mu Tuhanku. Engkau
telah melimpahkan rezeki-Mu kepada keluargaku. Alhamdulillah
"Hakim, ayo makan kue." panggil umi.
Hakim menggeleng. Aku tahu benar adikku itu tidak suka makan
pisang. Apapun makanan yang dibuat dari pisang pasti
ditolaknya tanpa berfikir panjang. Dia lebih suka menghabiskan
waktu dengan bermain. Walau begitu, aku akan pastikan setiap
PR sekolahnya sudah disiapkan terlebih dahulu. Selah itu
barulah dia boleh bermain.
"Mengasyikan kalau hari seperti ini. Makan kue sambil nonton
tv." tiba-tiba Kak Joe bersuara.
Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata yang terbit dari
mulut Kak Joe. Umi turut merajut senyuman. Kami sekeluarga
terus tenggelam dengan kebahagiaan yang terasa hari ini.
Alangkah bahagianya kami sekeluarga ketika ini. Aku menjadi
lupa dengan kisah lalu yang amat pahit. Setelah ku telan segala
lara ini, aku percaya bahwa hanya Engkaulah satu-satunya yang
tidak pernah mengecewakan hamba-Mu
Kebahagiaanku saat ini telah menutup sedikit kisah duka itu.
Aku bahagia kini. Rumah ini adalah duniaku dan keluargaku ini
adalah nyawaku.
SEGALANYA UNTUKMU
SEBUAH KEPULANGAN
SUATU KEMAAFAN
EPILOG
Sudah setahun lebih aku berada di Universitas Pendidikan
Sultan Idris ini. "Dulunya aku begitu sulit untuk menyesuaikan
diri di sini, tetapi kini Alhamdulillah, aku tidak lagi merasa
janggal, bahkan aku merasa menjadi lebih berdikari di sini. Aku
sudah mulai mampu beradaptasi dengan bumi Tanjong Malim ini.
Dahulu duniaku hanyalah rumah dan sekolah. Sekarang aku
sadar, duniaku tidaklah sesempit itu.
"Hello...Assalamualaikum Ummi."
"Waalaikummussalam" Ku dengar suara Ummi di ujung telpon
sana.
"Bagaimana kabar Ummi ,ayah dan Hakim sehat kan?" Tanyaku
ingin tahu.
"Alhamdulillah, Kami semua sehat. Tina juga sehat kan?"
"Sehat, Ummi," jawabku pendek.
Aku dan umi kemudian berbincang tanpa arah melalui telepon.
Inilah rutinitasku disetiap akhir pekan. Aku akan menghabiskan
waktu malamku dengan menghubungi keluarga di kampung. Ada
saja cerita yang mau aku sampaikan pada Ummi dan ayah.
Tentang pelajaran, teman-teman, dosen yang cerewet dan
banyak lagi yang ingin aku bagi bersama.
Kini, aku sangat bahagia dan semoga kebahagiaan ini tidak akan
lagi hilang dari hidupku. Amiiin.
Kebahagiaan yang ada didunia ini hanyalah bersifat sementara.
Walau begitu, nikmati kebahagiaan itu selagi kita
merasakannya. Sesungguhnya kebahagiaan itu tidak pernah
meninggalkan kita, tetapi kita sendiri yang selalu lupa untuk
menjaganya. Malah, kita yang lari meninggalkan kebahagiaan
itu.
Hargailah sesuatu yang kita miliki, agar kita jangan menyesal
nanti. Kebahagiaan adalah anugerah dari Allah. Jagalah ia
seperti menjaga nyawa kita sendiri.
Kehidupan yang singkat ini sepatutnya dipenuhi dengan
kebahagiaan dan keindahan, bukannya penuh dengan
kekecewaan dan kepahitan. Kehidupan ini memang dipenuhi oleh
kekejaman dan kesulitan. Jika kita tidak kuat, pasti kita akan
menjadi pecundang di pertengahan jalan, tenggelam dalam
lautan yang luas, lemas dalam alunan gelombang kehidupan ini
dan kalah sebelum sempat berjuang. Oleh sebab itu, kita harus
tabah menempuhnya. Biar setinggi apapun kita harus
menggapainya. Biar sejauh apapun perjalanan itu, kita harus
melaluinya. Biar seluas lautan kita harus merenanginya. Biarpun
sukarnya sebuah perjuangan itu, kita harus menguatkan tekad,
kita harus meneruskan kehidupan ini dan membuktikan bahwa
semua ini bukanlah
penghalang untuk menjejakkan langkah menuju masa depan
yang gemilang.
-TAMAT-
ULASAN NOVEL
BIBLIOGRAFI