Anda di halaman 1dari 30

Mata Indah Bola Pimpong

Pria mana yang tak suka Senyum mu juita Kalau ada yang tak suka Mungkin sedang goblok Engkau baik Engkau cantik Kau wanita Aku cinta

Mata indah bola pimpong Masih kah kau kosong Boleh kah aku membelai Hidungmu yang aduhai Engkau baik Engkau cantik Kau wanita Aku puja

Jangan marah kalau ku goda Sebab pantas kau digoda Salah sendiri kau manis Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalu ku ganggu Sampai kapanpun kan kurindu Lepas saja tawamu nona Agar tak urung dunia Engkau baik engkau cantik Kau wanita aku cinta Aku puja kau betina Bukan gombal aku yang gila

Jangan marah kalau ku goda Sebab pantas kau digoda Salah sendiri kau manis Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau ku ganggu Biuar mampus aku rindu Lepaskan tawamu nona Agar tak urung dunia

Aku Milikmu
Kupikir kau sudah melupakan aku Ternyata hatimu masih mem untukku Waktu kan berlalu tapi tidak cintaku Yang mau menunggu untukmu Untukmu. Aku milikmu malam ini Dan memelukmu sampai pagi Tapi nanti bila ku pergi Tunggu aku disini

Waktu kan berlalu tapi tidak cintaku Yang mau menunggu untukmu Untukmu Aku milikmu malam ini Dan memelukmu sampai pagi Tapi nanti bila ku pergi Tunggu aku disini

Sarjana Muda
Berjalan seorang pria muda Dengan jaket lusuh dipundaknya Disela bibir tampak mengering Terselip sebatang rumput liar Jelas menatap awan berarak Wajah murung smakin terlihat Dengan langkah gontai tak terarah Kringat bercampur debu jalanan Engkau sarjana muda Resah mencari kerja Mengandalkan ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu berhenti Didepan halaman sebuah jawaban. Termenung lesuh engkau melangkah Dari pintu kantor yang diharapkan Terngiang kata tiada lowongan Untuk kerja yang didambakan Tak peduli berusaha lagi Namun kata sama yang kau dapatkan Jelas menatap awan berarah Wajah murung smakin terlihat Engkau sarjana muda Resah tak dapat kerja Tak berguna ijazahmu Empat tahun lamanya Bergelut dengan buku Sia-sia semuanya

Setengah putus asa dia berucap Maaf ibu

Frustasi
Generasiku banyak yang frustasi Broken home istilah bule-bule luar negeri Mereka muak liat papi mami bertengkar Mereka jijik liat papi mami selalu keluar Ada urusan yang tak masuk diakal Mami sibuk cari bujangan Papi sibuk cari perawan

Timbang kesal lebih baik aku berkhayal Jadi orang besar seperti hitler yang hina Jadi orang tenar persis karakter juragan kacang Mata cikung badan persis capung Tingkah sedikit bingung Pikiran mirip-mirip orang linglung

Rambut selalu kusut Disuruh selalu manggut-manggut Duduk disudut Ai kasihan itu tubuh tinggal tulang sama kentut Ei mister gelek.. Lo tega mata gue kok ga bisa melek Ei mister gelek. Ei.. duit gopek gue kira cepek Ei.. mister gelek.. Perut laper ada tape pas gue sikat asem-asem Gak taunya gelek Denk.de.de.denk

Lonteku
Hembusan angin malam waktu itu Bawa lariku dalam dekapanmu Kau usap luka disekujur tubuh ini Sembunyilah-sembunyi Ucapmu. Nampak jelas rasa takut diwajahmu Saat petugas datang mencariku ***

Back to ***

Lonteku.. Terima kasih atas pertolonganmu Dimalam itu.. Lonteku Dekaplah daku mari kita lanjutkan Cerita hari esok.. Walau kita berjalan dalam dunia hitam Benih cinta tak pandang siapa Meski semua orang singkirkan kita Genggam tangan erat-erat Kita melangkah

Yang Terlupakan
Denting piano kala jemari menyinari Nada merambat pelan dikesunyian malam Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang Yang pernah terlupakan *** Hati kecil berbisik Untuk kembali padanya Sribu kata menggoda Sribu sesal di depan mata Seperti menjerit waktu aku tertawa Kala memberimu dosa

Back to ***

Rasa sesal di dasar hati Diam tak mau pergi Haruskah aku lari dari Kenyataan ini. Pernahku mencoba tuk sembunyi Namun senyummu tetap mengikuti..

Doa Pengobral Dosa


Disudut dekat gerbong yang tak terpakai Perempuan bermakeup tebal dengan rokok ditangan Menunggu tamunya datang *** Terpisah dari ramai Berteman nyamuk nakal dan segumpal harapan Kapankah datang tuan berkantong tebal

Habis berbatang-batang tuan belum datang Dalam hati resah menjerit bimbang Apakah esok hari anak-anakku dapat makan Oh.. Tuhan beri setetes rezeki Dalam hati yang bimbang berdoa Beri terang jalan anak hamba Kabulkanlah Tuhan Back to

***

Kerete Tiba Pukul 1


Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi waktu itu Lama memang kutunggu kedatanganmu sobat karibku Datang telegram darimu dua hari yang lalu Tunggu aku distasiun kereta itu pukul Satu Kupacu sepeda motorku Jarum jam tak mau menunggu Maklum rindu Trafight light aku lewati Lampu merah tak peduli Jalan terus Asik

Didepan ada polantas Wajahnya begitu buas Tangkap aku Tawar menawar harga pas tancap gas

Sampai stasiun kereta pukul setengah dua Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga Kereta tiba pukul berapa Biasanya kereta terlambat dua jam mungkin biasa. Tiba kabar darimu dua hari yang lalu Tunggu aku distasiun kereta itu pukul satu Kupacu sepeda motorku Jarum jam tak mau menunggu Maklum rindu Trafight light aku lewati Lampu merah tak peduli Jalan terus Asik

Dimuka ada polantas Wajahnya begitu buas Tangkap aku Tawar menawar harga pas tancap gas

Sampai stasiun kereta pukul setengah dua Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga Kereta tiba pukul berapa Biasanya kereta terlambat dua jam cerita lama.

Untuk Para Pengabdi


Kesetiaan masih ada Setidaknya menjadi cita-cita Itu sebabnya aku disini menemanimu Siang malam Ku berjalan direlung hati di dalam benak Setiap langkah mudah-mudahan begitu

Silahkan engkau tertawa sepuas hati Takkan pernah berpaling karena hina Bahagia rasanya bila engkau bahagia Berduka rasanya kalau engkau berduka

Untuk pengabdi lagu para pengabdi Dipuncak gunung ditengah-tengah samudra Di dalam rimba di kebingungan desa dan kota Yaya.yaya.ya.

Aku temani kau. Woooo.ooooo Kan ku temani kau..

Silahkan engkau tertawa sepuas hati Takkan pernah berpaling karena hina Bahagia rasanya bila engkau bahagia Berduka rasanya kalau engkau berduka

Untuk pengabdi lagu para pengabdi Dipuncak gunung ditengah-tengah samudra Di dalam rimba dikebingungan desa dan kota Yaya.yaya.ya..

Untuk pengabdi lagu para pengabdi Dipuncak gunung ditengah-tengah samudra Di dalam rimba dikebingungan desa dan kota Yaya.yaya.ya..

Manusia Setengah Dewa


Wahai presiden kami yang baru Kamu harus dengar suara ini. Suara yang keluar dari dalam Buaian penuh lumut kebosanan Walau hidup adalah permainan Walau hidup adalah hiburan Tetapi kami tak mau di permainkan Dan kami juga bukan hiburan Turunkan harga secepatnya Berikan kami pekerjaan Pasti kuangkat engkau menjadi Manusia setengah dewa

Galang Rambu Anarki


Galang rambu anarki anakku Lahir awal januari menjelang pemilu Galang rambu anarki dengan mu Terompet tahun baru menyambutmu Galang rambu anarki Ingatlah tangisan pertamamu ditandai Bbm melambung tinggi Maafkan kedua orang tuamu kalau Tak mampu beli susu Bbm naik tinggi Susu tak terbeli Orang pintar tarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi

Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu. Galang rambu anarki dengarlah Terompet tahun baru menyambutmu Galang rambu anarki Ingatlah tangisan pertamamu ditandai Bbm melambung tinggi

Maafkan kedua orang tuamu kalau Tak mampu beli susu Bbm naik tinggi Susu tak terbeli Orang pintar tarik subsidi Anak kami kurang gizi Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Doa kami di nadimu.

Aku Bukan Pilihan


Kini ku mengungkapkan Siapakah dirimu Yang mengaku kekasih mu itu Aku tak bisa memahami

Ketika malam tiba kurela kau bertanya Dengan siapa kau melewatinya Aku tak bisa memahami ***

Aku lelaki tak mungkin menerima mu bila Ternyata kau mendua membuatku terluka Tinggalkan saja diriku yang tak mungkin menunggu Jangan pernah memilih aku bukan pilihan

Selalu terungkap tanya Benarkah kini dirimu Wanita yang kukenal hatinya Aku tak bisa memahami... Back to ***

Tak perlu kau memilihku Aku lelaki bukan tuk dipilih Back to ***

22 Januari
Dua-dua januari kita berjanji Coba saling mengerti apa di dalam hati Dua-dua januari tidak sendiri Aku berteman iblis yang baik hati ***

Jalan berdampingan tak pernah ada tujuan Membelah malam mendung yang slalu datang Kudekap erat Ku pandang senyummu Dengan sorot mata yang keduanya buta Lalu ku bisikkan sebaris kata-kata putus asa Sebentar lagi hujan Dua buku teori kau pinjamkan aku Tebak tidak berdebu Ku baca slalu Empat lembar fotomu Dalam lemari kayu Kupandang dan ku jaga sampai kita jenuh

Back to ***

Lalu ku bisikkan sebaris kata-kata putus asa Sebentar lagi hujan

Ujung Aspal Pondok Gede


Dikamar ini aku dilahirkan Di balai bambu buah tangan bapakku Di rumah ini aku dibesarkan Dibelai mesra lentik jari ibu

Nama dusunku ujung aspal pondok gede Rimbun dan anggun ramah senyum penguhuni dusun Kambing sembilan motor tiga bapak punya Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya ***

Didepan mesjid samping rumah wakil pak lurah Tempat dulu kami bermain Mengisi jeramnya hari Namun sebentar lagu Angklung tembok pabrik berdiri Satu persatu sahabat pergi Dan takkan pernah kembali Back to ***

Sampai saat tanah moyangku Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota Terlihat murung wajah pribumi Terdengar langkah hewan bernyanyi

Antara Aku Kau dan Dia


Tabir gelap yang lalu hinggap Lambat laun mulai terungkap Labil tawamu tak pasti tangismu Jelas membuat Aku sangat ingin mencari Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu Dapat kutemui mengapa engkau tak pasti Lalu aku coba untuk mengerti Saat engkau tiba disimpang jalan Kau bimbang tenukan arah tujuan Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki

Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki Jalan gelap yang kau pilih Penuh lubang dan mendaki

Ku Menanti Seorang Kekasih


Bila mentari bersinar lagi Hatikupun ceria kembali Asik.. Ku tatap mega Tiada yang hitam Betapa indah hari ini

Ku menanti seorang kekasih Yang tercantik yang datang dihari ini Adakah dia kan slalu setia Bersanding hidup penuh pesona Harapanku Jangan kau tak menepati janji Datang lah dengan kasihmu Andai kau tak datang hari ini Punah harapanku Ku tatap mega Tiada yang hitam Betapa indah hari ini

Bangunlah Putra Putri


Sinar matamu tajam tapi ragu Kokoh sayapmu semua tahu Dekap tubuhmu takkan tergoyahkan Kuat jarimu kala mencengkram Bermacam suku yang berbeda Bersatu dalam cengkrammu Angin genit mengelus merah putihku Yang berkibar sedikit malu-malu

Merah membara tertanam wibawa Putihmu suci penuh kharisma Pulau-pulau yang berpencar Bersatu dalam kibarmu Terbanglah garudaku Singkirkan kutu-kutu di sayapmu Terbang Berkibarlah benderaku Singkirkan benalu ditiang mu Eii jangan ragu dan jangan malu Tunjukkan pada dunia Bahwa sebenarnya kita mampu

Mentari pagi sudah membumbung tinggi Bangunlah putra-putri pertiwi Mari mandi dan gosok gigi Setelah itu kita berjanji Tadi pagi esok hari atau lusa Garuda bukan burung perkutut Sang saka bukan sandang pembalut

Dan coba kau dengarkan pancasila itu Bukanlah rumus kode bunbut Yang hanya berisi harapan Yang hanya berisi hayalan

Pesawat Tempurku
Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur Hei kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi Sebentar saja nona sebenar saja hanya sebentar

Rayuan maut ku tak membuat kau jadi galak Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak Kalau saja aku bukanlah penganggur sudah kupacari kau Jangan bilang tidak bilang saja ia Ia lebih baik dari pada kau menangis Penguasa-penguasa berilah hamba mu uang Beri hamba uang Beri hamba uang

Oh ya andaikata dunia tak punya tentara Tentu tak ada perang yang banyak makan biaya Oh ya andaikata dana perang buat diriku Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum Kalau hanya senyum yang engkau berikan Westerling pun tersenyum Oh singgahlah sayang pesawat tempurku Mendarat mulus didalam sanubariku

Penguasa-penguasa berilah hamba mu uang Beri hamba uang Beri hamba uang Penguasa-penguasa berilah hamba mu uang Beri hamba uang Beri hamba uang

Penguasa-penguasa berilah hamba mu uang Beri hamba uang Beri hamba uang

BENTO
Namaku bento rumah lst Mobilku banyak harta berlimpah Orang memanggilku bos eksekutif Tokoh papan atas atas sglanya Asik.

Wajahku ganteng banyak simpanan Sekali lirik oke sajalah Bisnisku menjajal jajal apa saja Yang penting aku senang aku menang Persetan orang susah karena aku Yang penting asik sekali lagi

Ngomong soal moral ngomong keadilan sarapan pagiku Aksi tipu-tipu Maling kelas teri maling kelas Itu kantong sampah Siapa yang mau berguru sebut namaku Bento-bento-bento Asik..

Jangan Tutup Dirimu


Dari hati yang paling dalam Kudendangkan...sebuah Lagu temani sepi Sejenak iringi nurani Ada jarak diantara kita Selimuti sekian waktu T'lah tersita Ingin kubilang jarak terbentang....semoga

Buat apa kau diam saja Bicaralah agar aku semakin tau Warna dirimu duhai permata Kau mimpiku... aku tak bohong Seperti yang kau kira

Datanglah kau kekasih Dekap aku erat-erat Jangan buang pelukku yang tulus Biarkan hujan turun Basahi jiwa yang halus Jangan tutup dirimu Seperti yang s'lalu kau duga Pintaku kau percayalah usah ragu Datanglah kau kekasih Dekap aku erat-erat Jangan campakkan pelukku yang tulus Biarkan hujan turun Basahi jiwa yang kering Jangan tutup dirimu

Kemesraan
DG Suatu hari Dikala kita duduk ditepi pantai Em A D Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi DG Burung camar terbang bermain diderunya air Em A D Suara alam ini hangatkan jiwa kita DG Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam Em A D Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cinta DG Ada hati membara erat bersatu Em A D Getar seluruh jiwa tercurah saat itu Reff: GAD Kemesraan ini... janganlah cepat berlalu GAD Kemesraan ini... inginku kenang selalu GAD Hatiku damai... jiwaku tentram disamping mu GAD Hatiku damai... jiwa ku tentram bersamamu

Buku Ini Aku Pinjam


Biar tau... biar rasa... Cinta ini milik kita

Di halte itu ku tunggu Senyum manismu kekasih Usai dentang bel sekolah Kita nikmati yang ada

Seperti hari yang lain Kau senyum tersipu malu Ketika ku sapa engkau Genggamlah jari genggamlah hati ini Memang usia kita muda Namun cinta soal hati Biar mereka bicara Telinga kita terkunci

Biar tau... biar rasa... Maka tersenyumlah kasih Tetap langkah... jangan hentikan Cinta ini milik kita

Di kantin depan kelasku Disana kenal dirimu Yang kini tersimpan di hati Jalani kisah sembunyi Buku ini aku pinjam Kan ku tulis sajak indah Hanya untukmu seorang Tentang mimpi-mimpi malam Cinta ini milik kita...

Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang masih terus berjalan Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah Seperti udara... kasih yang engkau berikan Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku Dengan apa membalas...ibu...ibu....

Belum Ada Judul


Pernah kita sama sama susah Terperangkap didingin malam Terjerumus dalam lubang jalanan Digilas kaki sang waktu yang sombong Terjerat mimpi yang indah lelap

Pernah kita sama-sama rasakan Panasnya mentari hanguskan hati Sampai saat kita nyaris tak percaya Bahwa roda nasib memang berputar Sahabat masing ingatkah kau

Sementara hari terus berganti Engkau pergi dengan dendam membara di hati Cukup lama aku jalan sendiri Tanpa teman yang sanggup mengerti Hingga saat kita jumpa hari ini Tajamnya matamu tikam jiwaku Kau tampar bangkitkan aku sobat

Guru Oemar Bakrie


Tas hitam dari kulit buaya 'Selamat pagi!', berkata bapak Oemar Bakri 'Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!' Tas hitam dari kulit buaya Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan 'Berkelahi Pak!', jawab murid seperti jagoan Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang Busyet... standing dan terbang Reff. Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri Oemar Bakri... profesor dokter insinyur pun jadi Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri Kembali ke (*)

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan Berkelahi Pak!', jawab murid seperti jagoan Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut Bakrie kentut... cepat pulang

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri Oemar Bakri... bikin otak seperti otak Habibie Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Nak
Jauh jalan yang harus kau tempuh Mungkin samar bahkan mungkin gelap Tajam kerikil setiap saat menunggu Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu

Duduk si nina dekat pada baba Jangan kau ganggu ibu mu Turunlah lekas dari pangkuannya Engkau lelaki gelap sendiri

Jauh jalan yang harus kau tempuh Mungkin samar bahkan mungkin gelap Duduk si nina dekat pada baba Jangan kau ganggu ibu mu Turunlah lekas dari pangkuannya Engkau lelaki gelap sendiri

Entah
Entah mengapa aku tak berdaya Waktu kau bisikkan jangan aku kau tinggalkan Tak tahu dimana ada getar terasa Waktu kau katakan kubutuh dekat denganmu

Seperti biasa aku diam tak bicara Hanya mampu pandangi bibir tipismu yang menari Seperti biasa aku tak sanggup berjanji Hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini Entah esok hari Entah lusa nanti Entah

Sungguh mati perempuanku Aku tak mampu beri sayang yang cantik Seperti kisah cinta di dalam komik Sungguh mati perempuanku Buang saja angan-angan itu Lalu cepat peluk aku Lanjutkan saja langkah kita Rasalah Rasalah Apa yang terasa Apa yang terasa

Seperti biasa aku diam tak bicara Hanya mampu pandangi bibir tipismu yang menari Seperti biasa aku tak sanggup berjanji Hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini

Kembang Pete
Kuberikan padamu setangkai kembang pete Tanda cinta abadi namun kere Buang jauh-jauh impian mulutmu Sebab kita tak boleh bikin uang palsu

Kalau diantara kita jatuh sakit Lebih baik tak usah kedokter Sebab ongkos dokter disini Terkait di awan tinggi

Cinta kita cinta jalanan Yang tegar mampir di persimpangan Cinta kita cinta jalanan Yang sombong menghadap keadaan Semoga Semoga Semoga Semoga hidup hidup hidup hidup kita kita kita kita

Kuberikan untukmu sebuah batu aki Tanda sayang batin tercekik Rawat baik-baik walau kita terjepit Di kesempatan yang terjepit Cinta kita cinta jalanan Yang tegar mampir di persimpangan Cinta kita cinta jalanan Yang sombong menghadap keadaan

bahagia sejahtera bahagia sejahtera

Politik Uang
Boleh saja partai ribuan jumlahnya Tapi yang menang yang punya uang Seorang cepekceng sudah bisa jadi Presiden Begitulah cerita yang berkembang

Gontok-gontokan sudah gak musim Adu domba yang ditunggu-tunggu Pemilu tempat berpestanya uang palsu Habis kalo gak gitu gak lucu Progam-progam ber Seperti dongeng jaman kecil Walau ternyata hanya kibul doang Tapi tampaknya bikin hati senang

Bul.kibul. tak kibul kibul Kibul di adu demi berkibul Ini sudah dari jaman Dari jaman raja-raja Sampai sekarang

Jangan heran korupsi menjadi-jadi Habis itulah yang diajarkan Ideologi jadi komoditi Bisa di ekspor ke luar negeri

Uang adalah bahasa kalbu Santapan rohani rakyat dan wakil rakyatnya Tentu saja tidak semuanya Tapi yang pasti banyak yang suka Jangan heran korupsi menjadi-jadi Habis itulah yang diajarkan Ideologi jadi dagangan Bisa diekspor ke luar negeri

Uang adalah bahasa kalbu Santapan rohani para birokrat Tentu saja tidak semua Tapi yang pasti banyak yang suka

Anda mungkin juga menyukai