Anda di halaman 1dari 39

Pembedahan Puisi Kader

Angkatan 15

1. Ryan Aditya

ADA CINTA DI SEBUNGKUS ES KRIM


Ryan Aditya

Nikmati lah aku


Buka saja yang menyelimuti ku
Pelan-pelan saja
Tak perlu kau terburu-buru

Nikmati lah aku


Aku sudah menjadi milik mu
Jangan malu-malu
Gigit dulu saja bagian atasnya

Nikmati lah aku


Kau tak perlu ragu-ragu
Puaskan lah dirimu
Jangan biarkan ku tersisa sedikit pun

Nikmati lah aku


Jangan engkau sia-siakan
Rasakan juga bagian bawahnya
Aku sudah mulai mencair.
BALADA KAPAL TUA
Ryan Aditya

Terombang ambing terbawa ombak


Layarnya berkibar Mengelilingi samudra
Tampak luar terlihat usang
Bagian dalam bagaikan nirwana

Namun sayang seribu sayang


Nahkoda gila mulai lah sembarang
Dipecutnya kencang anak buah kapal
Kulitnya terklupas dan berdarah-darah

Kapal tua kini kehilangan arah


Telah dikuasai si para perompak
Bukan khawatir dan coba melawan
Sang nahkoda gila malah ikut pesta

Diajaknya ia ke suatu istana


Berdansa bahagia hingga lupa tahta
Wajah murung bingung anak buah kapal
Mereka tak tau harus bagaimana

Kini si perompak memaksa menyetir


Sang nahkoda gila di dorongnya ke pinggir
Anak buah cemas dan mulai khawatir
Mereka serahkan semua pada takdir

Kapal tua hancur dan hampir terjungkal


Nahkoda diikat tak di beri gerak
Anak buah kapal sudah mulai bangkit
Setirnya di rebut paksa tuk menepi.
UANG
Ryan Aditya

Banyak orang yang gila uang


Orang banyak tuhankan uang
Banyak yang mati karena uang
Orang banyak menyembah uang

uang!
uang!
uang!
uang!

Hidup bukan hanya soal uang


Untuk hidup kita perlu uang
Mati bukan perkara uang
Jika mati butuhkan uang

Pusing kepala karena uang


Ke rumah sakit butuhkan uang
Hidup hancur karena uang
Semua hanya perkara UANG!!!
2. M. Khalid Syariefudin ~WeJe
3. Peter Saputra ~Pito

Puisi : Sebuah Bayangan


Pengarang : Peter Saputra

Di sepanjang malam yang basah


aku menemukan sepasang matanya
yang kian ku rindukan di lampu-lampu ibu kota
dan lagi-lagi, kau hanya menjelma butiran air mata
yang ku simpan dalam lembaran tanpa warna.

kini, aromamu bukan lagi bagian yang utuh


rangkaian bentuk patah yang tanpa arah
menjadi jalan pulang yang tak indah
seperti caramu membentuk luka tanpa kata.

ringkih,
buaian kasih sayang menjadi angan
yang berpetualang pada garis-garis,
tak berhaluan.
tak berkesudahan.

dan malam ini,


ku titipkan suara doa
yang semoga terbuka,
berterima padamu yang kian menjauh.

Judul: Akhir Yang Menyiksa


Pengarang: Peter Saputra

Bakarlah aku
Silahkan, sakiti diriku terlebih dahulu
Hisaplah aku
Sampai roh ku menusuk paru-parumu
Sentillah aku
Buang rongga-rongga tubuh yang telah menjadi abu
Nikmatilah aku
sampai di penghujung mulutmu.

Teruslah menyiksaku, sampai bara terakhirku bisa melukaimu


Bahkan menjadi penyesalan menyedih dalam hidupmu
Judul: Bulu Yang Kotor
Pengarang: Peter Saputra

Sulit terbayangkan...
Tak ku bisa mengerti
Hidup bagai digergaji
oleh mesin duniawi

Kotor dianggap sampah


kasar, jelek, dan lusuh.
Kasar tak terhubung
Jelek tak terpandang
Lusuh tak berwarna
Sialnya, ramah saat diperlukan
Bulu kotor tetap kotor

Baik mendekap
Karena tak lengkap
Hinggap pun tak sama
4. Aji Santoso
5. Bima Rojabino

Cacat
Bima Rojabino

Oiii!
Manusia manusia tanpa lidah
Suaramu kecil bagai semut
Kenakan toa bila perlu!
meneriakkan segala yang terpendam

Oiii!
Manusia manusia tanpa tangan
tak pernah sanggup melawan
walaupun berbeda jalan
karena dituntun jadi kebiasaan

Oiii!
Manusia manusia tanpa kaki
disetir sudah jadi hobby
Carilah kaki kaki besi!
biar jalan dan berdiri dengan kaki sendiri

Dan kau! Manusia manusia tanpa Nurani


Sudahlah!,
jangan lagi mengibuli!
Dengan topeng topeng senyum lebarmu,
Dan juga retorika manismu
6. Hanna Chairunisa

KARNA KITA LAHIR TELANJANG


Hanna chairunisa

Aku lahir tanpa sehelai benang


Bermandikan tubuh telanjang
Beranjak dewasa
Mengapa telanjang begitu tabu?
Salahkah bertelanjang?

Kini telanjang adalah luka


Luka yang tak kunjung mengering
Selalu menyerang ketika lengah
Aku marah, sebab aku tertikam sosok berbadan besar

Perlukah kucatat kebencian di atas puisi?


Atau menangis di bawah rintik sendu?
Masih adakah yang peduli?
Memeluk tubuh telanjangku dengan penuh kasih
Atau malah menghakimi layaknya binatang jalang

Mengapa telanjang begitu tabu?


Mari bertelanjang
Karna kita lahir telanjang
DIPERKOSA KEADAAN
Hanna chairunisa

Gelap malam
Kurasakan dingin yang menikam
Diatas ranjang
Kulihat pria telanjang

Perlahan kubukan kain putih yang terbalut di tubuhku


Enggan menikmati permainannya
Membayangkan berapa banyak dosa yang berserakan

Desahan desahan menjijikan keluar dari bibir pria itu


Namun kupaksa tubuh ini menikmati
Mengupat dibalik desahku
Sembari menertawakan pria jelek di atas ranjang

Uang kuterima pertanda usainya permainan


Betapa bodohnya aku
Memperlukan diri hanya karna uang yang tak seberapa
Sial!! Air mata penyesalan mengalir

Dilecehkan manusia berbekal aset keluarga


Yang tidak berani bertarung
Hilang sudah harga diri
Kalah dipecundangi dunia

Demi tuhan
Ini bukan lagi persoalan harga diri
Tapi masih bisakah aku bertahan hidup
Sedang aku hanya berbekal ijazah SMP.
DI TEPI PANTAI
Hanna chairunisa

Di tepi pantai
Aku memandangmu
Kasih,
Dengan lagu cinta
Rinduku menjadi badai

Masih adakah hangat?


Sampai engkau mesti mengumpat
Jauh menghilang, mencoba mendekatmu
Kasih

Pada lelah aku berucap


Sejenak kita berbincang
Bersenda gurau dengan cinta
Di tepi pantai
7. Thoriqotul Jannah ~Icoh
8. Adinda Nurhaliza
Ini Aku

Aku adalah aku


Bukan kamu, bukan kau
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala kurangku,
selalu mensyukuri karunia-Mu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala kekuatanku,
adalah pertolongan dari-Mu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala masalahku,
dari masa lalu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala risauku,
yang tak menentu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala air mata ku,
saat hari begitu pilu
Ini Aku
Aku adalah aku
Dengan segala senyumku,
yang terlihat ayu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala perjuanganku,
yang kini masih bersamamu
Ini Aku

Aku adalah aku


Dengan segala lukaku,
tak menghambat cita-citaku
Ini Aku, manusia bernyawa satu
9. Rahma Rosdiana
10. Maheswara Widyadana
11. Nur Indah Salsabela
12. Nasywa Azalia

Singkat
Karya: Nasywa Azalia

Entah pertemuan berapa


Engkau menarik seluruh aku
Matamu memerdu lagu
Dadaku penuh gemuruh

Entah sejak kapan


Aku terpikat parasmu
Hatiku tertawan
Dan aku akan menunggu
Hingga waktu mengikat kita
Segala rindu menjelma cita

Hujan
Karya: Nasywa Azalia

gemuruh hujan
mengguyur kenangan manis
bersama secangkir coklat panas
air mata mengaliri sungai pipi
bermuara sesak di dada
lekaslah hujan berhenti
biar pelangi menarikan sepi
Ketakutan
Karya: Nasywa Azalia

Aku takut
Cercaan melekat dalam pikiranku
Mimpi buruk yang tak pernah usai!
Entah sampai kapan

Aku takut
Mereka membenciku
Tatapan seakan mengutuk
Ia pergi seolah korban
Dan akulah penjahat

Aku takut
Kehilangan jati diri
Apakah benar aku penjahat?
Sedih,marah bercampur
Ingin rasanya keluar dari tubuh
Memeluk lalu berkata semua akan usai
13. Teteh Petania
14. Tristha Godeliva

Yume (mimpi)

Satu-satu bermunculan
Satu-satu menghilang
Bangun atau tidak itu urusanku
Oh bunga tidurku yang baik
Apakah ini akan berakhir?

Satu-satu bermunculan
Satu-satu menghilang
Oh bunga tidurku yang malang
Ketakutan kudatang
Bolehkah aku terbangun?

Dia Pergi

Seperti hilang jiwaku terbawa bersamamu


Mengapa kau disana, mengapa kau terbaring
Air mataku mentes bak hair hujan yang deras
Menggenggam tanganmu berharap kau dapat pergi bersamaku
Hai cintaku, kudekap tubuhmu yang dingin
Hai cintaku, kuhantarkan dirimu ke tempat berpulang mu
Rumah

Adalah rumah
Berisi ibu, ayah, adik dan kakak
Dimana ruang riang, lesu terbentuk
Tak perlu banyak aksi, cinta terbentuk

Adalah rumah
Tak perlu banyak kursi dan meja
Kita hidup sederhana saja
Dengan rumah yang tak memiliki pintu menuju kehilangan
15. Esra Michella

Luka
Karya : Esra Michella

Aku pikir kita bisa bersama


Ternyata kau lebih memilih dia
Apakah kita akan bertemu lagi
Lalu menjalin hubungan bersama…
Atau kita takkan pernah bertemu?
Sungguh aku sangat rindu padamu
Aku berharap kau bahagia bersama dia

Hari Esok
Karya : Esra Michella

ketika hari ini berakhir


mungkin hati kamu berat
tak berhenti menatap hari esok
tak berhenti bersandar pada harapan yang tak jelas
berapakah yang kita harapkan dari hari esok
mungkin yang akan terjadi nanti
tidak akan menjadi kekecewaan
kita berdua akan menatap hari esok
bersama-sama kita melewati hari yang penat
bersama-sama kita mengatasi kesendirian ini
Sahabat
Karya : Esra Michella

Kita adalah dua insan yang menyatu


Satu pikir, satu hati, dan satu lelucon
Kita saling menyimpan rahasia
Saling cerita tentang persoalan
Kita juga saling menguatkan
Keterbukaan adalah kunci utama kepercayaan kami

Tanpamu hidupku tidak seru


Kamu manusia Istimewa bagiku
Kemana kamu pergi akupun ikut
Dimana kamu ada, di situ aku berada

Sahabat itu seperti liontin


Seperti emas yang harus dihargai
Seperti pelangi mewarnai duniaku
Atau seperti matahari yang bersinar
Menerangi hidupku
16. Nizrina Salsabila

Pulang lebih dulu

Mati rasanya seperti mimpi buruk


Tapi mati seperti jalan terbaik dalam hidup
Rasanya sudah ingin pulang
Namun tak kunjung juga dijemput

Begitu lelah ditampar keadaan


Sampai lebam di seluruh badan
Hingga tak tahu rasanya sakit
Yang ada hanya rasa ingin pulang
Tak sanggup tetap tinggal disini

pulang lebih dulu...


Pulang tanpa diharapkan
Aku tahu,ini memang kesalahan
Tapi ini pilihan
Demi uang dan tahta

Kata mereka ini kota surga


kata ku kota indah seperti di neraka
Negri antah berantah
Manusia kotor dimana mana

Hidup dalam persaingan


Hanya mementingkan uang dan jabatan
harta dan kekuasaan
Setelah semua mereka dapatkan

Melupakan tanggung jawab dan kewajiban


Hidup berlagak seperti tuhan
Karna tidur di atas uang
Tinggi hati dan menyombongkan diri

Lalu tidur disebalik jeriji besi


Bahkan mati dalam keadaan berdasi
Baru menyesal setelah semua terjadi
Yang sengsara anak dan istri
Menunggu yang tak pasti

Aku terombang ambing dilaut


Seperti kapal yang tak ada nahkoda
Kesana kemari tanpa arah
Seperti hidup tak bermakna

Suara yang bising dikepala


Tak bisa aku usir dengan mudah
Butuh waktu dan air mata
Untuk semua baik baik saja

Entah kapan
Cepat atau lambat
mungkin kapal ini tenggelam
Jika terus begini gini saja

Ditelan samudra
Dan hilang tak terlihat oleh mata
Akan kah nahkoda itu datang
Mengarahkan mau kemana

Dan memberi makna


Tentang semua resah
Dan rasa gelisah
17. Nayala Ukhti

Sofa

Karya: Nayala Ukhty

Panas api menghangatkan tubuhku

Memandang foto kita di bingkai berdebu

Mengingatmu di sepanjang khayalanku

Berharap kamu selalu disisi

Pada sofa lembut terdekap sunyi

Memori tentangmu menghantui kepalaku

Mengembang senyum manis di menit pertama, lalu di akhiri dengan tangisan rindu

Duduk sendirian disini adalah penyiksaan lebih besar di diriku sebenarnya

Tidak peduli bagaimana pun kerasnya diriku berusaha menghilangkan pikiran ini

Hanya berharap kamu tak akan pernah hilang di pikiran ku

Cintaku….
Aku dan diriku
Karya: Nayala Ukhty

Siapa pun bisa tersesat


Saat berjalan di malam yang gelap
Jangan khawatir, aku punya kamu
Cahaya terang menembus kegelapan

Tidak apa jika kamu takut


Kehangatan dan senyum hangat di akhir kita hentakan
Dalam waktu yang berlalu semua itu akan melindungi kita
Tidak apa jika kita melambat sesaat

Tarik napas sejenak saat perjalanan yang sulit dan melelahkan


Menangis seperti anak kecil
Tersenyum seperti orang dewasa
Lewati semua dengan bernyanyi bersama

Semua serpihan cerita akan berwarna


Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu
Nikmati semua warna yang kita dapat
Mari cintai bahkan kesedihan tersembunyi yang kita buat
Memori sia-sia
Karya: Nayala Ukhty

Hari di tahun yang kita habiskan bersama


Semua senyum dan tawa
Perkelahian hebat kita hadapi, perdebatan ricuh kita lalui
Apakah kalian mengingatnya?

Bahkan saat waktu berlalu


Semua kenangan itu bermunculan
Putih abu-abu, cinta pertama, perkelahian, perdebatan, sahabat sejati, hukuman yang
lelah?
Kaset lalu pun bergerak

Apa kabar, bahagia kalian?


Masihkah sama seperti dahulu saat kelas terasa sangat berisik
Apakah kita bisa kembali bersama
Mengurai semua senyum dan tawa

Sedih rasanya menyapa lalu pergi


Hanya formalitas saja yang kita buat sekarang
Itu semua hanya memori yang dilakukan lalu terkubur sia-sia

Anda mungkin juga menyukai