Tapi …
Cobalah lihat
Sekali lagi
Baju kumal, dan perut yang menahan lapar tak hitung hari
Tapi ...
Tetaplah menjadi kawan yang kukenali untuk hari ini dan selanjutnya
Seharusnya tidak ada lagi keadilan yang disuarakan, dituntut dan diperjuangkan
Masih ingatkah kalian tentang Novel yang tak berujung
Negara dan ideologinya hanyalah menjadi bunga tidur bagi setiap anak bangsa
Padahal cita-cita luhur tertinggi pendiri bangsa adalah kita yang tak lagi tertindas
Arti Sahabat
Sahabat ...
Kita selalu bersama suka dan duka
Kalian selalu ada jika dibutuhkan
Kalian selalu mengingatkan jika salah satu dari kita khilaf
Aku berharap dan berdoa
Kita akan terus berjuang dan melangkah untuk menggapai ridha-Nya Sang Penguasa
Sahabat ...
Meski jarak membentang di antara kita
Tak kubiarkan benang kebersamaan kita terputus karena tak ada pertemuan
Kesepakatan Semesta
Teruslah tertulis hingga aku bisa terus melotot membaca dengan tangan gemetar, hati menyahut
dan akal yang terus berkelana,
Punya sepeda ingin motor, punya motor ingin mobil, begitu terus sampai kita lupa
Kain kafanmu tak berkantong, tidak juga aku ataupun manusia lainnya.
Kaulari ke toko pakaian, kaubeli semua. Yang hanya menuruti nafsu mata dan juga rasa belaka.
Dengan harap juga doa. Sungguh. Sangat sungguh. Kita telah berlebih, melampaui batas juga
berdosa.
Muhasabah
Kota Tua
Ikut mengaminkan
Sementara aku
Aku Siapa
Aku siapa?
Aku siapa?
Aku siapa?
Aku siapa?
Hujan Dan Harapan Di Bulan Juli
Saat tetes demi tetes air hujan jatuh menimpa tanah yang ditanami bunga itu
Di Juli kemarin, aku pernah menanam harapan pada kecerdasanku sendiri, pada keuletanku
sendiri
Ego menguasaiku kala itu. Hingga benda cair asin tak lagi kukenali
Sebab, rasanya yang asin dan langsung mengenai pipi tanpa singgah dulu di kepala
Aku ingin melintas, melewati Masjid tua yang bertengger burung gereja di kubahnya
Selembut Ibu
Merintih aku dalam ikhtiar. Demi menuntas rindu dalam dekap hangat
“kepada sampah-sampah yang penuh kesialan, rumah bapak tak sanggup lagi bertahan”
Harapan,
Perpaduan Asa
Kau harus bangkit, menjadikan setiap kulit adalah perlindungan bukan pertandingan
Kau harus bahagia, menjawab segala pertanyaan dengan apik, membuang resah di tengah
kelatahan yang menjelma menjadi penyair
Sehingga, mampu menyuburkan generasi yang paham ajaran untuk mencintai dan mengagumi
bangsa sendiri
Bayang-Bayang Kelam
Di balik jelaga yang menatap nyalang, aku berlindung di tengah mimpi kelam
Berharap akan ada seberkas cahaya untuk sang malam, hingga pagi turut menjelang
Ah, satu yang terlupa olehku. Jejaka yang siap menemani, takkan kalah oleh siapa pun yang
menghakimi
Di sana, di tempat terakhir satu-satunya yang akan kudatangi, selalu terbuka peluk untukku
kembali
Pengalaman
Menghapus Memorabilia.
Sebab dia, adalah bagian dari contoh kehidupan yang tidak pantas diulang.
Ingatlah nanti!
Nanti,
Saat kau
Angkatan 20
Sorak-sorai tak lagi terdengar di tengah jalan
Kata lulus?
Hitam
Pahit
Tapi melenakan
Seperti kamu
Semenjak kepergianmu
Hidupku tak lagi sama
Cepat kembali
Aku rindu
Mempertemukan kita
Yang kemudian membekas di ingatan atau dipaksa untuk melupa secara perlahan
Jua
Perihal kepergian,
Perihal kepergian
Perihal kepergian
Anak-anak tangga
Usai dengan khusyuk, Kaki tua itu, bercerai dengan anak tangganya, menuju peraduan yang tak
berbilang material
Pulang.
Khilafku
Tanpa sadar
Rain-du
Menelan sunyi
Itu rahmat
Itu bermanfaat
Aku hanya tak suka akan kenangan yang ia ciptakan
Benci hujan
Benci dia
Di Sudut Kota
Ah, mungkin tidak dan semua itu hanyalah harapan nan semu
Teman,
Sahabat,
Teriakan tak berdaya dari mereka yang kau tindas atas nama kekuasaan
Ayolah
Bukan makian
Saudaraku,
Bukan kebencian
Meneguhkan Samar
Palestina
Pada dunia
Namamu hilang
Tak kutemukan
Kulihat di sana
Bertebaran belasungkawa
Masih ada
Mama
Setiap kali aku jengkel, kududukkan diriku memikirkan kembali semuanya dan berIstigfar
Tercengang Mengenang
Menandakan kepergian seorang yang amat arif dalam tiap halaman puisinya
Akhir hujan di bulan Juni, dia masih menunggu embusan nafas hujan di bulan Juli
Tak meronta, tetesan hujannya memberi damai, mengingat waktu tua dan segala karyanya
Tutup usia.
Menenun cita-cita di atas pasir yang mudah terhapus, menjulang mengambil keputusan
Badan tertinggi di sini bersifat semaunya, yang dengan mudahnya menggerogoti setiap jelata
Walaupun rasa ini tak dapat melampaui kekagumanku pada indahnya negeri ini
Untukmu,
Memberikan nasihat
Labirin
Oleh: Sri Vona Kasim
Labirin.
Padahal, dalam Ummul Qitab, jelas diajarkan meminta ditunjuki jalan yang lurus
Melainkan jalan pikirku tanpa iman dan menaruh minat pada kelabilan
Peradaban Guyonan
Tuan!
Tidak ada kata menyerah menghembuskan raung keadilan pada jagat raya
Meja Hijau
Aku,
Adalah pengembara
Menelusuri lembaran kertas
Aku,
Adalah mimpi
Nanti,
Akan kuceritakan
Dan pertarungan
Di sana,
Ada cinta
Aku hanya bisa berdoa dan juga membantu ibu dari rumah
Sukses bersama
Jalani saja
Aksara Pseudo
Keluh
Di ujung tanduk,
Di pinggiran jalan,
Penyair Berjilbab
Kisah indah yang kita torehkan, biarlah menjelma dongeng yang hanya bisa dikenang
Harap yang pernah kita bingkai bersama, biarlah jadi tetes bening yang luruh dengan semoga
Dusta yang kaugaungkan, fitnah yang kausebarkan, biar menjadi abu untuk kehidupan yang telah
lalu
Gorontaloku,
Gorontaloku,
Pesonamu membentang dari ujung Gorut sampai Pohuwato
Taman Olele, Pulau Saronde, Benteng Otanaha, sampai Danau Limboto jadi obyek wisata
andalanmu
Gorontaloku,
Gorontaloku,
Dan dengan bangga kukatakan pada setiap orang yang bertanya dari mana asalku
Tuhan ...
Juga badanmu
Rantai suci tak mampu lagi mengikat persatuan antara Padi dan Kapas
Alibi Korupsi
Di sini ...
Tapi ...
Selesai
Coba lihat
Sayang ...
Kita terlambat
Kita selesai
Nikmat dunia
Pergilah Kasih
Tapi ...
Selamanya
Bahagia
Enggan beranjak
Menunaikan salat
Bertemu pencipta
Sedikit memarahi manusia, bumi mungkin lelah menampung segala keserakahan kita
Sebagai manusia, tidak sepatutnya kita juga menyerah, tetap perbaiki diri dan mawas diri
Kopi Pahit
Terimakasih kopiku,
NEGERIKU BERCANDA
Adilkah negeriku?
Kami mohon,
Tegakkan keadilan
Kami menjerit
Bulan Pahit
Di keabadian nanti
Jika banyak keramaian yang hanya ikut-ikutan, karena tak kuat menahan beban
Simpul-simpul Eufemisme
Seperti dahulu
Lekas
Terbang bebas
Meninggalkan bekas
Dia adalah Sebuah sekuntum doa yang terbaik dari kalian di bulan Juli ini.
Tidak
Tidak
Bahkan meski kita takkan pernah bersua walau hanya di alam mimpi
Kemarin
Sekarang
Dan nanti
Mendengar
Terkadang tak cukup hanya dengan telinga
Yang Terjaga
Bidadari Tercantikku