Anda di halaman 1dari 15

KUMPULAN PUISI LAMA

POTRET PADAT MAKNA

Kala langkahku berderap masuk kamar ini

Mataku terpana menatap dinding putih

Bergantung Potret padat makna

Di sana terpampang wajah-wajah akrab

Jejaka Cendana dan gadi Sandelwood

Duduk berdamping di balik puing-puing kehancuran

Dan reruntuhan tembok-tembok kota

Pancaran mata penuh ceria

Membalut luka curiga bertepuk sebelah tangan

Serasa aku melihat,

Hati mereka merajut benang-benang kasih

Menjadi kain bermotif cinta

Seakan aku simak

Pijar mata mereka penuh yakin

Di celah-celah puing kehancuran

Bertumbuh tunas-tunas cinta

Bersemi di hati yang mendamba

Birakan aku menamai kamar ini

Kamar potret pengharapan

Berhenti sejenak di persimpangan jalan cita-cita

Biar Cuma sesaat

Untuk saling memandang,


mengetuk jendela hati

Semoga nama terpatri di sana

Wahai kamar bergantung potret padat makna

Biarkan aku bersimpuh di sini

Untuk memandang dan boleh berharap

Hati mereka bersanding mentari

Sambil menoreh angan di langit biru

Bulan sekali kelak jatuh ke pangkuan

AKHIRNYA KITA BERSATU LAGI

Akhirnya kita bersatu lagi di sini

Di antara puing-puing kehancuran

Di balik-tembok-tembok yang rubuh

Di kota duka

Bencana alam sembilan dua

Kita bersatu lagi

Menyanyikan lagu-lagu riang

Mengangkat kidung pujian

Bergema mars kemenangan

Cinta tak roboh diguncang gempa

Tak tenggelam walau gelombang pasang meneimpa

Hari ini semestinya kita menulis puisi

Dengan nuansa-nuansa baru

Pada birunya kisah kita

Seperti pasang laut dan ombak malam hari


Menghapus bekas-bekas kaki pada pasir

Akhirnya kita bersatu lagi

Di akhir badai lena berallu

Dan hari-hari remuk dan keruh pergi

Di hatiku, hatimu terpatri rasa

Ikan dan air

Akhirny kita bersatu lagi

Berjanji menghapus luka-luka hati

Seia sekata dalam rencana

Pabila badai melanda

Kita beralari ke dalam celah-celah hati

Penuh kasih dan sayang

Bersembunyi di balik dinding cinta

Kalau pun maut menjemput

Seirama kita ke sana

KUCATAT HARI INI

Dalam derap langkahmu hari

Kembali lorong-lorong kenangan bersaksi

Kita seirama menghitung batu-batu bisu

Kita bercerita tentang waktu yang pergi

Dan musim yang berlalu

Di hati masih ada tanya ingin lepas

Dari jendela-jendela yang tertutup

Mengintip celah-celah kelam


Masihkah ada sepenggal harapan

Tersimpan di sana.

Hari ini mestinya kucatat

Di sinilah pertemuan itu terjadi

Bukan untuk bersekutu

Bukan pula untuk berperang

Tapi Cuma menggoyangkan lonceng kenangan

Biar bergema dentanganya membelah gunung

Memantul dari lembah ke lembah

Kabarkan pada alam kering kerontang

Di sinilah kita bersatu lagi

LAGU KENANGAN

Kala lagu ini kembali berkumandang

Dentang imanku kembali bergema

Dari rantuan kelana terasing

Serasa memanggil aku mengenang kembali

Lorong-lorong kesunyian berbuah rahmat

Di sana

Tersimpan ceritaku masa lalu

Tergantung potretku tegak berjubah

Memandang dunia dari simpang

Lawan arus

Membangunnya dari dalam

Di atas wadas iman yang rapuh


Di situ

Lagu itu kami nyanyikan malam hari

Mengangkat puja rahmat berlalu

Mengemis kasih malam nanti

Menggantung harap bangun di pagi hari

Boleh memandang cerahnya mentari

Dan beningnya embun pagi

Pada pucuk-pucuk hijau

Kini lagu itu kuulangi

Dari lorong-lorong bising kesibukan dunia

Untuk mengenang kisah anak manusia

Hidup ini penuh kenangan

SENJANYA SEBUAH KASIH

Maumere manis e..e

Tak lagi merdu terdengar

Kala senjanya sebuah kasih

Mengukir kisah di dermaga tua

Seakan pasrah pada kapal-kapal

Yang buas merenggut hati dan cinta

Ke balik puccuk-pucuk gelombang

Tak berbelas kasihan pada yang ditinggalkan


Pelabuhan jadi saksi

Kita menambatkan

Penantian panjang

Kembali pulang membawa sekeping hati

Yang pernah hilang

MERAJUT MIMPI

Malam sunyi mencekam sepi

Merajut mimpi-mimpi

Menjaring angan

Merenda rindu

Di celah-celah napas sahabat

Yang terlelap tidur di samping

Terselip pesan perjuangan kaum miskin

Mencari sesuap nasi dan seteguk air

Namun yang mereka terima

Cumalah janji pembangunan atas nama mereka

Tapi hasilnya dinikmati para penguasa

Dalam dengkur lelaki tua

Di balai-balai

Tersimpan sejuta dendam hati tertindas

Kaum birokrat

Menanti fajar memerangi ketamakan Boss


Oh malam yang sunyi

Masihkah kau menyembunyikan

Suara-suara kecil yang mengeluh

Dan akankah kau tetap menampung

Mimpi-mimpi kaum pinggiran

Akan hari esok yang tak pernah berubah

Oleh kemiskinan struktural??

SIAPA AKU

Malam bertanya siapa aku

Aku adalah rahasia malam yang hitam

Ada kebisuan yang penuh tanya

Memandang pekatnya malam jiwa

Berdau pandangan sayu pada bulan

Suram menyabit

Hatiku Cuma nyanyian keraguan

Dengan nada-nada pasrah

Menanti fajar merekah

Angin berbisik siapa aku

Aku ruhnya heran diingkari zaman

Aku angin yang tak pernha berhenti

Menggelanan tak ada akhir

Terus melangkah tanpa henti

Dan bila terbentur curamnya

Aku akan kembali dengan sinar mata Yang sayu


Waktu bertanya siapa aku

Sku bagai dia yang memeluk

hari-hari berlalu dan menunjuk yang akan datang

Aku bangkitkan pesona harapan yang menawan

Menghidupkan masa lampau yang silam

Mrangkai masa depan mengynyah sesuap nasi

Yang ditebus dengan keringat dan darah

Dan bila kau bertanya siapa aku

Aku adalah anak penggelandang

Berumah di hati pembelas kasih

Bercinta dalam dekapan

Tangan-tangan yang terbuka

HATIKU PADAMU

Walau larut malam

Mataku belum larut dan sayu

Menanti dalam bayang-bayang rindu

Kau si seberang jalan

Aku di sini sepi

Bukan karena tak ada lawan bicara

Bukan karena alam bisu tak bercerita

Tapi karena hatiku padamu

Terungkap dalam puisi-puisi rantau

Ini kutulis di hati

Tentang cinta yang bersemi

Di awal Natal
PANDANGAN PERTAMA

Betapa kebetulan ini

Kita menyatu hati walau saling asing

Betapa kebetulan ini

Kita berawal pada saat yang sama

Pada kedipan mata pandangan pertama

Lalu aku bertanya kapan

Lantas kau berkisah

Tentang celah-celah hati yang simpatik

Terpancar pada canda yang menawar harga belanja

Aku terperanjat karena sadar

Di saat yang sama hatiku pun hilang

Jatuh pada hatimu

Di sinilah kebetulan itu terjadi

Kita sama-sama menyimpan rasa

Terungkap pada hari menjelang natal

Menyatu pada detik-detik tahun baru

Dan hati kitapun seakan ladang baru

Tempat kita menabur cinta

Bertunas dari hari ke hari

Bersemi kuncup-kuncup rindu

Yang membara bila sehari tak bertemu

Berdaun satu-satu pada keping-keping

Kemesraan yang menggetar.


Ini kebetulan

Yang akan menjadi cerita cinta

Sama-sama kita menunduk kepala

Mengangkat hati cinta kita

Berbunga harum semerbak

Mewangi alam juang dengan aroma yang berhamburan

Pada malam pengantin pada mimpi-mimpi

UNTUK DIRENUNGKAN

Dimalam yang sepih ini

Ada hasrat berpeluk tak lepas

Menyiksa hati tak ingin sendiri

Melangit angan bersanding berdua

Menepis gelisah bayang-bayang rindu

Terpuaskan..

Dari sudut kampung

Kudengar anjing menggonggong lepas suara

Kemduan sunyi ditelan senyap malam

Di sudut hatiku yang jatuh cinta

Masih terdengar merdu suaramu

Mesrah berbisik jujur

Selebut sutra mengikat hati

Bila esok kita bertemu

Aku akan ceritakan tentang rintihanku malam ini

Menjadi teman bercanda dalam mimpi-mimpi indah

Dan akan kunikmati sinar matamu


Yang tak lenyap dalam pelupuk mataku

Merayu hati tak ingin pisah

Menyejuk kasih tak kuasa menahan rindu.

CINTA MENGALAHKAN SEGALANYA

Pandanglah sinar mataku

Walau sayu tapi tak redup

Di sini tersimpan sinar kehidupan

Dan tergantung bintang gemerlap

Pujaan hatimu

Kala kau hening menyimak sukma

Salju turun di sawang lapang

Dan mimpi-mimpi kita yang bisu

Bersemi dan mekar pada langit hati

Musim semi akan tiba sesaat

Dari semua damba dan harapan

Akan terpuaskan

Semua mimpi yang menggetar

Akan meleleh lenyap dan tiada

Dan Kau pun tahu

Segala rahasia adat dan agama

Akan mencair dan mengalir

Pada sungi kehidupan di lembah cinta

Sungaipun akan menyelimuti jeritanmu

Dan mengubah sendu jadi kidung bintang

Dalam nada-nada musim semi


Di sinilah kita lupa asal usul kita

Laut senantiasa membuka tangan

Keibuannya dan mendekap

Meraih kita dalam dekapannya

RATAPAN MALAM

Kepadamu kukeluhkan duka yang membisu

Jatuh ke ladang hati

Bagai benih tumbuh bersama ratapan malam

Aku terpenjara dalam kenyataan

Dan kegelapan masa bakti

Aku laksana burung rajawali

Terpenjara dalam sangkar besi

Menjerit tak mampu

Menangis tak ada air mata

Kala aku melangkah menemukan jalan

Sebilah pedang penghinaan menembus

Menikam hati mengalir darah keputusasaan

Yang kugapai

Cuma bayang-bayang mimpi awan kelabu

Aku menemukan kesendirian

Himpunan dukacita yang membelenggu

Yang kuraih Cuma bayang-bayang malam

Mengganjal kesedihan hati yang bertanya


Kesedihanku

Adalah duri dalam hati

Yang menusuk liku-liku hidup tanpa harapan

Ratapanku adalah untaian sanjak

Nada-nada keluh

Pada lembaran masa muda yang kosong.

MAWAR DI KAKI BUKIT

Kutanam di taman damba

Pada musim hujan di akhir tahun

Kala lonceng natal berdentang

Dan sepasang burung gereja mencecit

Memaduh kasih pada ranting-ranting bertunas

Kusirami dengan cinta

Serasa sinar mentari terpantul bening

Butir-butir kasih kupercikan dengan kelembutan

Selagi getar-getar harapan kubisikan

Dalam bahasa diam

Detik-detik awal tahun adalah tanda

Setangkai mawar bertunas di tamanku

Membalas bisikan harapan yang menggetar

Tersenyum dalam bahasa hati

Men janjikan setangkai bunga

Bila musim bunga tiba


KURSI BAMBU

Di akhir Ziarahku hari ini

Aku duduk terenung

Di atas kursi bambu

Menikmati keheningan malam

Mataku tertuju pada cahaya neon dari seberang jalan

Terkadang pudar karena lambaian daun ketapang

Diterpa angin malam

Mengucapkan isyarat dan bertanya

Mengapa berada di sini

Antara kursi bambu dan neon

Terbentang bayang-bayang hampa

Selagi dirIku tak tahu menjawab

Mengapa aku termenung di sini

JAWABAN UNTUK PENGAWASAN KETAT

Di sinilah kata itu kutulis

Bagai desau angin malam yang mendesir

Bagai pasir dan ombak yang menderu

Bagai mata yang memandang diri

Biarlah kata dan nada-nada sumbang

Membuat melodi cinta tak panjang

Sebab hanya bulan purnama

Yang mengintai gontai langkah dimalam yang gulita

Dan kerikil jalan setapak yang bersaksi


Langkah kaki telanjang

Tanpa alas membungkus kesakitan

Perjalanan cinta memang bertebing dan terjal

Bila kumpulan isi hati bukan dasar pijak

Langkah itu terkapar dan jatuh

Ini kutulis kata itu

Pada lembar hidup masa lalu

Di sana akan terselipkan untaian tutur dan puisi tua

Karena puisi itulah jejak-jejak kaki ziarah hidupku

Ijinkan kau berdiam diri

Menanam pucuk-pucuk hidup

Dalam ladang kalbu yang luas

Agar bertumbuh

Dan menati musim untuk berbuah

Anda mungkin juga menyukai