LA DORES
Buah terlarang pada matamu
segala keindahan
yang kulihat di langit dan di bumi,
segalanya telah berakhir
pada matamu
O, kekasihku
matamu adalah
buah-buahan dari surga
tumbuh di wajah wanita
yang kucandui tatapannya
kudapati anggur
pada setiap tatapanmu
yang tak pernah habis kuminum
dan selalu membuatku mabuk dan bernyanyi
Ketika semua yang fana jatuh dan berguguran,
tetapi tuhan,
dengan aturannya yang aneh,
Melarangku—
memetik matamu,
Vulnus Insivum
Entah berapa lama lagi kekasih,
Aku berjalan sendiri
Di belantara sajak yang membuatku tersesat kesepian
Hanya untuk mencari di mana ciumanmu terjatuh.
Oo kekasih
Entah berapa lama lagi
Kusakiti diri sendiri
Dengan metafora-metafora
yang kutarik dari tulang rusukku
untuk merayakan kesunyian
Aku Mencintaimu
di sini aku mencintaimu,
di bawah pepohonan yang rindang tempat
pucuk-pucuk bunga bermekaran dan angin berkesiur di wajahmu
Gulma ini,
adalah cinta yang kita tanam bertahun-tahun
tidak seperti cinta yang kita duga,
ia tumbuh menjadi hama. menyerap airmata di sepanjang tahun.
mudah saja,
aku melupakanmu
tetapi langit sore seperti mataku
yang di dalamnya warna luka bertahan
O, kekasih,
di reruntuhan cintamu
aku masih mematung
di sini memanggil-manggil namamu
sampai sakit paru-paruku.
Hujan di Jalan A.W. Syahrani
ketika hujan turun,
kukenang tempat ini,
banjir di jalan a.w. syahrani
:tempat segala tanda tanya tumpah meluap-luap memenuhi jalan
kau basah,
air pelan-pelan hinggap di keningmu
seperti bertanya, “siapkah engkau menangis esok hari?”
Muara Wahau,
Di sini tak kau temukan apa-apa
kecuali suara riang burung gereja yang pulang
membawa begitu banyak
malam ke dalam sangkarnya
Rindu Buruh Kepada Tubuhmu
aku mendengar suara jantungmu
pada denyut mesin dan asap pabrik
tetapi aku tak tahu,
dengan bahasa apa dia berdebar
kemudian,
mataku melotot tak keruan
ia berusaha menerjemahkannya
dengan bahasa-bahasa asing dari sebuah negeri yang hancur.
kekasih,
maafkan lengan-lenganku yang miskin
aku tak bisa memelukmu malam ini
karena mesin-mesin pabrik
telah merampasnya dari tubuhmu.
di kejauhan,
aku mendengar Yassin memukul-mukul dadamu
juga mengeluarkan begitu banyak bunga dari mulutmu
tetapi
kehidupan tidak sepanjang penis
yang pernah kaudambakan dahulu
O, kekasih,
cinta selain cintamu adalah duka lara yang agung
itulah mengapa kesunyian mendirikan istananya di dadaku
Kuucap namamu,
dengarkanlah suara ini sebagai deritaku
aku bersaksi,
api unggun Namrud
telah menjadi taman mawar bagi Ibrahim,
begitu pula kecupanmu yang begitu menenggelamkan ini,
akan menjadi dahaga bagi bibirku
di hadapan desember
masih aku menunggumu,
melantur pada cermin yang memantulkan diri sendiri
Aku Melihat
di sini kulihat
hujan pergi meninggalkan langit
hanya untuk jatuh di kulitmu
menyentuhmu lebih dekat dari siapa pun
di situ kulihat
pelangi mengkhianati warnanya
dan bersembunyi,
hanya untuk menjadi hitam dan cokelat bola matamu,
di sana kulihat,
ombak pergi meninggalkan laut
hanya untuk pecah di bibir pantai
menyapa langkah-langkahmu
di mana-mana kulihat,
api meninggalkan panas
angin meninggalkan sejuk
sungai meninggalkan tawar
laut meninggalkan asin
oh kasih lihatlah,
segala sesuatu yang bergerak di bumi
akan melepaskan dirinya sendiri
hanya karena sesuatu
yang membuat mereka jauh darimu.
Risau Berkali-kali
rindu adalah risau yang gemar dihinggapi sepi, sayangku
meskipun
ia adalah belati
yang bisa membunuhmu berkali-kali.
Elegi
telah kuucapkan namamu
dalam doa-doa
dengan bibir yang paling sunyi,
yang masih terdapat bekas lukamu
yang tidak pernah mengering
kekasih
di manakah kamu?
tanpamu,
tubuhku hanyalah lumpur dan tanah
setumpuk daging dan tulang tanpa roh,
mati dan layu.
di hadapan wajahmu
aku adalah musafir di hadapan oasenya
nampaknya,
jarak terjauh yang telah kutempuh adalah perjalanan mataku menuju
matamu.
kita tak lagi mengenal harum bunga-bunga musim semi, hanya bau busuk
pada sajak yang menumbuhkan derita
dan bunga yang kaupetik adalah duka lara yang kaucincinkan pada jari
manismu.
Pada Air Matamu
sepanjang hari kulihat ombak datang dan pergi dengan seribu kepedihan,
tak jarang pada setiap malam angin datang dari selatan menyentuh bibirku
yang tipis tanpa ciuman-ciumanmu
oh kekasihku
tangisan ini bukanlah salah bola matamu
Bangkai Cintamu
di mataku,
pagi dan malam berlalu lalang
dan melarikan diri dariku.
lampu-lampu
buku-buku
seperti masa lalu
tak pernah mati dan tak pernah selesai dibaca
tapi di kursi,
ada aroma yang telah selesai
seperti harum kafan yang membungkus
bangkai cintamu
Esok hari
barangkali esok hari,
kita akan bertemu,
kaucantik menggendong anakmu yang lucu
sedangkan aku:
masih sama seperti dulu,
sibuk menghirup debu pada buku.
di kamar gelap
jilat api lahap melalap
dan kau serupa lilin
semakin lama semakin redup dan senyap
tanpa kata-kata, meninggalkanku pada gelap yang tanpa tanda dan rona
warna lipstikmu
di kamar gelap
kau tersirat
kau tersurat
rindu mendekap
sama erat dengan urat
Lempari Aku dengan Rindumu
jika kaumarah,
lempari saja aku dengan bencimu
tak apa!
asalkan, jangan lempari aku dengan rindumu
lalu pergi jauh-jauh
jangan!
Tetaplah seperti Cokelat Tembakau dan Wiski
di dalam hati dan pikiranku yang terbatas.
tetaplah bersarang seperti asap tembakau dalam paru-paru atau wiski yang
terserap pada dinding-dinding lambungku
selalu berdiamlah di dalam
selamanya!
Burung Bisu
pada sebuah pagi
pohon-pohon ditebang
tanah dilubang,
hutan berubah tambang,
burung bisu,
apa yang membuatmu kesepian?
Pelaut Ulung
harus dengan apa
kuarungi kemurungan cintamu ini kekasih,
telah kupahat sebuah kapal
dengan ribuan namamu
telah kurajut layar dari sajak Rumi dan Neruda agar berkibar seindah
rambutmu
aku adalah kapal yang kehilangan pelabuhan
di tubuhmu
kekasih
aku hanya pelaut ulung
aku tak bisa mencapai pulau tempat kau memuja roti dan sirkus
tetapi ketika aku mengenangmu
pada ombak, angin dan badai
cintamu adalah satu-satunya persekutuan yang kekal, antara laut,manusia
dan kemurungan
Hujan
hujan adalah hak air teduhkan bumi
juga ritus sepasang kekasih
bergembira dengan puisi
Khianat
awan masih tugur
geliat guntur
di taman,
kulihat mawar merah, kucintai!
kucari kau,
dalam tubuh mawar
ternyata
tak nampak kau di sana
di tepi sungai
kulihat kuntum asoka, kucintai!
menyusupku
dalam tubuh asoka
ternyata
tak nampak kau di sana
di bukit
kulihat mekar daisy, kucintai!
kuleburkan diriku pada tubuh daisy
ternyata
kudapati diriku sendiri
dalam rahasia
kuhadapkan wajah
dari satu bunga kepada yang berbilang-bilang
dari yang berbilang-bilang kepada yang satu,
oh,
kudapati kau!
pada tutup bunga kelopak mata sendiri.
Asmara
kita yang jauh tiada antara
kita yang dekat tiada tersentuh
dipecah-pecah
dipisah-pisah
oh ... asmara
sayangku
demi tubuhku
kita adalah anak detik yang menipu
arah jarum arloji
Perhatian
jangan lagi larang-larang aku merokok
jangan kau kira
karena rokok aku akan tidak sehat lagi
ketahui saja,
jika aku sedang tidak sehat
itu bukan karena
temba-kau
tapi sebab
tanpa-kau
Mampus di Tilam
ada maling tewas dirajam
ada kawan terkapar ditikam
ada ikan mati di kolam
kau….
lantas
tanpamu…,
tahun baru macam apa ini,
di langit, kulihat warna-warni pecah
membentuk warna bibirmu seperti sebuah sore
di kamar biru di kota rindu yang jauh itu.
tanpamu…,
aku serupa kembang api,
dibakar, diterbangkan,
hanya untuk hancur di angkasa,
Malam Tahun baru II
malam tahun baru ini,
akan kutangkap pecahan warna-warni kembang api,
lalu kusimpan dan kuletakkan di sela-sela jepit rambutmu
sisanya kukumpulkan,
akan kuletakkan juga di sela-sela meja tidurmu,
tepat pada figura yang tak mengenal warna apa-apa seperti lebam biru di
tubuhku.
Mampus
tubuhmu mampus secara tragis
setelah kautikam mulutmu
dengan lidahmu sendiri
Puisi di Rahimmu
aku ingin menulis puisi di rahimmu,
seperti puisi adam di rahim hawa
kelak kauakan takjub dan bangga,
sebab, kauakan melihat puisi yang menangis,
puisi yang demam ketika menumbuhkan gigi,
atau puisi yang bisa menerbangkan layang-layang
Selamat Sepi
untuk apa lagi kaupupuk cinta yang tak bisa kaupetik?
mau menambah subur sepi-sepi yang lagi bermekaran ya.
selamat sepi,
mau temani aku minum wiski?
Bulan di Bibirmu
tak apa bulanku berbeda dengan bulanmu,
bulanmu sabit di langit,
bulanku sabit di lengkung bibirmu
Perihal Perselingkuhan
penyesalan akan menendang-nendang kepalamu
jika kaumasih saja suka terlena oleh kemilau perselingkuhan.
dan kemudian cinta akan pergi darimu dengan cara yang paling lucu.
Kepada Sepi
wahai sepi,
binasalah kamu,
sebab kekasihku telah tampak
dengan kecupannya yang tidak terduga-duga.
Bajingan Terbaik
silakan membanjingankan bajingan yang kau ciptakan sendiri
dan kau akan sadar,
bibirmu adalah mesin pencipta bajingan terbaik
Jarak
jarak hasratmu dengan jarak bibirku hanya sejengkal,
tapi canggungnya tak terukur oleh apa pun
Sabda Cermin Kepada Wujud
lihatlah AKU
pada kedalaman matamu,
yang saling melempar tanya kepada cermin,