Ingatlah saudaraku,
1957
DARI PENARI BUAT PELUKIS Acep Zamzam Noor
: Akulah ranjang
Nganga sunyi
Aku melayang-layang
1984
MENYERAP TINTA DI LAUTAN Acep Zamzam Noor
Nyala lampu
KERINDUAN YANG ABADI Acep Zamzam Noor
1963
KUCARI MUSIK Ajip Rosidi
Kucari musik
Yang brisik
Yang berontak
Memberangsang
Kucari musik
Yang sejuk
Yang mengalun
Tenteram
Maka kasihMu
mengalir abadi.
1968
PANORAMA TANAH AIR Ajip Rosidi
Di bawah langit yang sama
manusia macam dua : Yang diperah
dan setiap saat mesti rela
mengurbankan nyawa, bagai kerbau
yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau
ke pembantaian, tak boleh kendati menguak
atau cemeti'kan mendera;
dibedakan dari para dewa
malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan
pada kemewahan dan nafsu
yang bagai lautan : Tak tentu dalam dan luasnya
menderu dan bergelombang
sepanjang masa
Di atas bumi yang sama
Manusia macam dua : Yang menyediakan tenaga
tak mengenal malam dan siang,
mendaki gunung, menuruni jurang
tak boleh mengenal sakit dan lelah
bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring
kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun berbaring
dipisahkan dari manusia-manusia pilihan
yang mengangkat diri-sendiri dan menobatkan
ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat
menjadi orang-orang terhormat dan keramat
yang ludah serta keringatnya
memberi berkat
Di atas bumi yang kaya
manusia mendambakan hidup sejahtera
Di atas bumi yang diberkahi Tuhan
Manusia memimpikan keadilan
(1962)
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG W.S. Rendra
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
HAI, KAMU! - W.S. Rendra
PUISI WAJIB :
PUISI PILIHAN :
DOA
Karya: Puisi oleh Chairil Anwar
Tuhanku
dalam termanggu
ku sebut namu Mu
biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Tuhanku
cahaya Mu panas suci
bagai kerdip lilin
di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
kembara di negeri asing
Tuhanku
dipintuMu ku ketuk
aku tak bisa berpaling.
DISERANG RASA
Karya: Usmar Ismail
SAJAK PUTIH
Oleh : Rachmat Djoko Pradopo
SENJATA
Karya : Oleh : Abdul Wahid Situmeang
direguknya
wiski
direguk
direguknya
bayangkan kalau tak ada wiski di bumi
sungai tak mengalir dalam aortaku katanya
di luar wiski
di halaman
anak-anak bermain
bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi
aku kan lupa bagaimana menangis katanya
direguk
direguk
direguknya wiski
sambil mereguk tangis
lalu diambilnya pistol dari laci
bayangkan kalau aku tak mati mati katanya
dan ditembaknya kepala sendiri
bayangkan
1977