Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia- Nya kepada penulis,
sehingga penulis karya sastra puisi yang berjudul “ Rasa yang Terlukai” dapat selesai tepat pada waktu
yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan buku kumpulan puisi “ Rasa yang Terlukai “ penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang tua, teman, sahabat dan lingkungan alam sekitar yang sudah mendukung untuk
menciptakan judul ide pada puisi, sehingga penulis dapat mencurahkan segala suasana hal pada karya
sastra puisi ini.

Kumpulan puisi yang tersusun dalam antalogi “Rasa Yang Terlukai” ini adalah kumpulan puisi bebas yang
disatukan melalui buku yang telah dicetak . Penulis mengalami berbagai macam kendala dalam
menyelesaikan buku kumpulan puisi, mulai dari kesulitatan mencari ide,mengungkapkan kata dengan
gaya bahasa yang jarang digunakan, bahkan untuk mengumpulkan niat dalam menulis puisi ini
membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh agar buku ini dapat di terbitkan.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya sastra puisi ini masih belum sempurna, sehingga saran dan
kritik yang membangun sangat diperlukan demi memperbaiki karya sastra puisi selanjutnya. Penulis juga
berharap agar buku kumpulan puisi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membaca.

Ponorogo, 4 September 2022

Penulis
PELUK YANG TAK BERTUAN

Hampir dua musim berlalu

Aku tak lagi menemukan bayang mu di sini

Mencari senyummu yang mulai pudar di penghujung hari

Di gantikan kerlap kerlip bintang malam

Ada rasa yang kian hari kian merekah

Seperti pohon pohon meranggas yang daunnya mekar

Biarkan angin gurun kencang berhembus

Membawa serbuk sari agar rindu di buahi

Jika tak ada keinginan menanami bunga menghiasi taman kota

Negri ini hanya gurun gersang yang di penuhi pasir dan debu

Begitulah aku kekasih,

Jika tak bertemu dengan mu aku hanya seonggok daging tak berharga

Kita adalah dua orang yang jauh berbeda

Butuh perjuangan lebih agar tumbuhan hidup di gurun tanpa unsur hara

Kamu adalah tropis, kayu yang di buang saja bisa tumbuh dengan mudah di sana

Wahai angin,mainkan melody dari ranting-ranting pohon

Membentuk simpony klasik tentang semesta

Tenangkan aku dalam kicauan paling merdu

Buat aku tertidur dalam bait-bait doa

Biarkan daun-daun itu gugur

Mengelus lembut air mata di pipimu

Beri aku petunjuk di antara jutaan sakura

Menemukan rindu yang kehilangan pemiliknya

Masuklah ke dalam

Nikmati setiap waktu penantian


Biar ku hangatkan dengan pertemuan

Menjemput peluk yang sudah lama tak bertuan


SEPI SELALU MENUNTUNKU

Di sebuah kota saat semua ini bermula

Ketika kedua mata kita bertemu saling tatap

Saling mencuri cara untuk menyapa

Hanya saja aku terjebak setelahnya

Dalam ilusi yang tanpa sengaja ku buat

Kamu berlalu setelah meninggalkan tanya

Kini aku mencoba berkelana


Memasuki hutan mencari kesunyian
Agar tak lagi ada rasa yang menyapa
Namun, sepi selalu saja menuntunku

Pada mu yang kini tak tau rimba

Aku tidak tahu

Entah tuhan merencanakan apa

Mempertemukan kita tanpa sengaja

Membuat ku jatuh cinta

Setelah itu Kita di pisahkan


SETIDAKNYA KAU PERNAH HADIR

Aku adalah kapal yang kehilangan arah.

Layar koyak dan kemudi patah Pasrah,hanya itu yang ku pikirkan

Membiarkan semesta menyelesaikan tugasnya

Sejauh mata memandang hanya ada lautan

Tak ada tanda-tanda daratan

Senyum,aku sudah di batas waras

Antara hidup dan mati

Kondisiku memprihatinkan

Lebih tepat nya tak layak di pedulikan Kapal kecil, kumuh,tak ada gunanya di beri bantuan

Di saat harapan itu pupus Ah,sudah benar-benar tak waras

Ku lihat badan kapal mendekat

Sudah tak mampu membedakan antara fiktif dan nyata

Ternyata semesta tak ingin aku berakhir di sini

Mengirimkan bantuan di saat akhir hidup ini

Kamu datang wahai malaikat penyelamat

Penunjuk di kala sesa

Bersama kau menggandeng hingga tepian

Ah bodohnya aku terlalu bergantung

Harusnya aku paham,

Tujuanmu ke tepian hanya sebatas mengantar Setelah nya kau kembali berlayar

Di dermaga aku sama saja Tidak baik malah semakin buruk

Seiring waktu aku paham Tak seharusnya menaruh harap

Terima kasih,sudah hadir di saat kritis Tanpa mu aku

mungkin sudah menjadi bangkai,

tenggelam dalam lautan. Kini aku sudah lebih baik dari sebelumnya Memperbarui layar,menukar
kemudi Mamutuskan mengarungi camudra
KETIKA KU TETAPKAN TUJUAN ITU KAMU

Kau ingat ketika takdir menghadirkan temu

Di salah satu tempat yang telah kita janjikan

Aku datang di sambut senyum mu yang membuat candu

Membuat rindu hadir sewaktu waktu

Di bawah langit kota yang sedang mendung Hawa dingin yang merasuki berubah hangat seiring suara

mu yang lembut Tatap mu saat mendengar ku bercerita seolah memuja

Rasanya aku adalah orang yang paling sempurna jika bisa memilikimu selamanya

Saat terlukis di wajahmu senyum, seketika berubah sendu Ketika kau menceritakan penderitaan yang
membuat hati ku pilu

Andai aku bisa menjaga mu dari semua yang kau jalani saat itu Tapi itu dulu

Kini semua tak lagi sama

Kita hanyalah cerita lama dari masa lalu

Saling percaya di antara kita tak cukup untukku memilikimu

Ketika ku tetapkan tujuan itu adalah kamu

Ku kira kita adalah dua insan yang saling jatuh Pada harap yang menginginkan cinta utuh.
KEPING HATI

Aku kembali bukan untuk pulang

Kini bersama mu bukan untuk mengulang

Hanya sejenak untuk singgah Tak perlu susah

Hanya memastikan kamu punya rumah

Bertanggung jawab atas setiap keping hati yang ku rengkuh

Tak lagi ku renggut cinta untuk jatuh

Agar harapan lain tetap utuh

Rasa ku tetap sama bahkan lebih dari dulunya

Karena kau adalah yang pertama

Tak bisa melupakan bukan karena tak bisa menemukan cinta yang baru

Sebab rasa itu seperti pualam

Menjadi kata wajib dalam doa untuk semoga


AKU ADALAH

Aku adalah diam yang justru mencintaimu sangat dalam

Aku adalah acuh yang justru menjadikanmu butuh

Aku adalah gengsi yang justru menjadikan mimpi

Aku adalah enggan yang justru menjadikanmu tujuan

Andai kamu tahu betapa tinggi kamu bertahta

Dalam hati yang sangat ku jaga

Mungkin hadirku tak kau anggap

Namun begitu besar menaruh harapan

Bukan aku tak berani menyatakan rasa ini

Aku yang tak punya kelebihan apa-apa

Hanya bisa menyebut mu dalam doa

Meski kadang hati cendereung memaksa

Namun hakikat cianta sangat mulia

Biarkan tuhan memberi jalan untukku

Menjadikanmu ratu, mengucap qobiltu di depan walimu


SEBATAS TEMAN

Kita hanyalah dua insan yang tak saling kenal

Bermula dari sekedar sapa,komunikasi kita berlanjut cerita

Ruang chat yang awalnya dingin

Menjelma penuh dengan kehangatan

Cara mu menyapa ketika mentari muncul di sudut kota

Cara mu mendengar resah membuat ku betah

Cara mu memberi perhatian tanpa sadar menghadirkan nyaman

Pada mulanya kita hanyalah teman

Tapi nyaman yang tumbuh berubah rasa tak ingin kehilangan Ada sesuatu yang lebih

ketika bersamamu tapi tak menentu

Perlahan hadir mu berubah kebutuhan

Tak mendengar kabar dari mu membuat kelabakan Aku terjebak dalam angan yang hanya sebatas

ingin Memulai sesuatu yang sejatinya tak harus di mulai hanya akan menyeret pada jurang kesengsaraan

Rasa yang tak kusadari menjelma istana.

Di sana kau bertahta

Menjadi penguasa pada kerajaan yang tak mesti ada Aku salah peran

Menjadi pioner pada kerajaan yang aku ciptakan

Harusnya dari awal aku sadar

Bahwa rasa nyaman ini hanya jebakan

Hati ku saja yang bandel selalu mencari cari pembenaran

Walau akal sudah sering mengingatkan,hubungan ini hanya sebatas teman


SENJA PERTAMA

Senja pertama di akhir tahun penuh nelangsa

Menikmati pahit kopi yang manisnya kau bawa pergi

Melepas renjana di ujung cakrawala

Bulan bersinar sempurna

Menyusuri jalanan kota di antara beribu bintang-bintang

Temani untuk merajut kenangan yang tertinggal

Mengumpulkan debu debu yang denganmu sempat

Malam ini langit menerangi langkah ku yang suram

Menelusuri jejak dari kepingan janji manis yang tinggal bersentuhan

Ampas aspal menjadi saksi

Panasnya gesekan antara ban dan sakit hati harus membuat rasa itu bebal
RUANG GERSANG

Di kesucian sunyi malam

Coba ku rapal indah nama mu

Dalam rangkaian bait tiap tasbih

Di atas sajadah tempat sujudku

Pada ruang hati yang gersang

Aku musafir yang berjalan gontai Izinkan rintik-rintik itu jatuh

Mengisi lubuk-lubuk rinduku

Menghapus dahaga dari danau cinta.

Tapi sebanyak apapun air itu kuhabiskan

Dahaga ku tak pernah terlunaskan, Hanya dengan dingin air mata mu

Desau angin masuk membawa luka masa lalu

Tak ada obat agar rasa sakit ini bebas

Hanya dengan sejuk wajahmu

Membalut luka dengan rajutan cinta


SEKUNTUM BUNGA

puan, kamu lihat bunga yang di sana?aku mencintai nya ambillah tuan tak usah! aku lebih memilih untuk
dia di miliki orang yang lebih paham cara merawatnya itu lebih membuatku senang ketimbang
memilikinya

Dia yang Hanya Mimpi

Dia yang kuanggap hanya mimpi

Mengukir senyum kala mentari menghampiri dan perlahan menghilang melewati senja yang hampir
menjadi

Dia yang mungkin hanya sebatas mimpi

Semburat merah merona menghias pipi, yang pergi berlalu tanpa menyisakan satu jawab yang pasti
Berjalan menyisakan suara khas yang menggema di lorong jalan ini

Dia yang kutahu tak seindah dalam mimpi

Tersenyum bagai bulan purnama, yang tak selalunya datang dalam malam yang sunyi

Bersinar matanya seteduh mentari kala menepi di kaki langit

Selaras dengan auranya kala memakai pakaian taqwa saat bermunajat kepada Sang Illahi

Dia yang kulihat dalam bingkai kenangan

Berikut bara api yang tak sanggup ku genggam

Yang pernah menuliskan aksara kosong dalam kertas putih tanpa nyawa

Yang pernah teruntai sepotong harapan nan semu dalam bisikan angin tak nampak nyata

Dia yang kini hanya kutemukan dalam doa Meski hanya sesaat, doa itu kan terpanjat

Untukmu yang tak jelas hadirnya

Juga tak jelas kemana perginya

Kunantikan kembali caramu yang pernah hadirkan bahagia kala tersenyum dalam petang
BISAKAH KEMBALI!!

Dulu aku yang bersikeras untuk memintamu berpisah dariku

Sekarang sudah berpisah darimu

Aku yang bersikeras memintamu kembali padaku

Apa ini? Bukan mksudku membolak balikan hatimu

Memang jujur aku belum sanggup menjalani kisah cintaku tanpa cintamu

Ku kira ku sanggup

Ternyata hati ku gugup Bila kau

menghilang dari hadapanku Apa

ada kesempatan untuk ku?

Agar bisa menggenggam tanganmu

Sperti dulu Kali ini aku tak akan melepaskan tangan itu

Akan ku jaga segenap hatiku dan ku genggam erat tanganmu

Karna aku sadar memang aku sangat menyayangimu


PENUH HARAP

Hai tuan...

Semoga kisah kita tidak berakhir sampai disini

Walau banyak sekali rintangan yang kita lewati

Walau banyak sekali orang yang mengusik hubungan ini

Aku harap kau bisa mengahadapi ini semua

Tuan…

Aku tak meminta lebih darimu

Yang ku minta hanya satu

Bertahan lah dan menetaplah disini

Jangan berniat untuk pergi

Pergi meninggalkan diriku sendiri

Karena disini diriku masih membutuhkan sosok seperti dirimu

Tuan...

Inilah aku Yang mencintaimu dengan caraku sendiri

Walau mungkin caraku salah untuk mencintaimu

Aku memang tak bisa menjadi seperti tuan diluaran sana Yang mungkin jauh lebih baik dariku

Tuan...

Maaf jika diriku belum bisa menjadi yang kau inginkan

Maaf jika diriku telah banyak mengecewakan

Maaf juga mungkin dari dari sikap ku membuatmu tak nyaman

Tapi percayalah tuan Bahwa diriku ini sangat takut kehilangan dirimu
LOVING YOU

Mencintaimu itu seakan tertidur diatas pecahan kaca

Terlalu sakit bahkan untuk sekedar mencoba

Mengejarmu ibarat berusaha menggengam awan

Selalu hampa setinggi apapun aku melompat

Tapi akulah sibodoh yang terlelap diatas pecahan kaca

Akulah sibodoh yang terus melompat tanpa sadar kakiku telah patah

Karena aku menikmati setiap rasa sakit kala tertusuk pecahan kaca

Karena aku menikmati saat bisa lebih tinggi untuk mendekatimu meski harus terjatuh Lagi dan lagi

Aku memang tidak mengerti cinta

Tapi aku paham apa itu rasa sakit

Dan cinta adalah apa yang kuyakini


Mampu membuatku tahan tuk tersakiti
AKU, DUNIAKU

Bukan mawar bila tak berduri

Bukan hujan bila tak basah

Bukan sakit bila tak menoleh luka

Bukan tangis jika tak berurai air mata

Ku hidup dalam dunia kecilku

Dimana air mataku tak ku tuai pada dunia lewat tangis

Dimana lukaku tak ku rintihkan rasa sakit

Dimana hujan ku tak pernah membasahi kelopak mawar

Aku hidup dalam dunia kecilku

Dunia dimana aku hanya ingin melihatmu tersenyum

Dunia dimana aku hanya ingin engkau menatapku

Aku hidup dalam dunia kecilku...

Dimana aku bercerita pada ribuan tangkai mawar

Dimana aku menari di antara rintik hujan yang tak membuatku basah.

Aku hidup di dunia kecilku

Dimana tak seorangpun tahu...

Dimana hanya aku yang tahu...

Sekeping hati ini terlalu jauh mencintaimu....


TERLUKA

Aku menyebutnya cinta

Dia yang selalu membawa luka di tiap senyumnya...

Aku menyebutnya cinta la yang bisa menggores perih dengan tatapannya...

Aku menyebutnya cinta

Seorang yg datang di hidupku....

Mengisi kisah dalam dongeng tentangku...

Dan pergi dengan senyuman....

Meninggalkan ku penuh kecewa

Aku tak ingin lagi menyebutnya Cinta" Dia yang menyebutku sampah...
Aku,

Yang ia tinggal disini...

Meninggalkanku dengan luka...

Yang berbalut air mata<


FOOL

aku pernah mencintai dengan begitu dalam

tapi berkahir terluka...

aku pernah mencintai dengan begitu hebatnya

namun berakhir kecewa...

aku pernah mencintai dengan tulus

namun aku berakhir seperti orang bodoh...

aku tahu jika hanya aku yang berjuang tapi tetap bertahan

aku tahu bahwa kau tak mungkin melihatku namun kumasih mendambamu

aku sadar aku terlalu bodoh untuk bertahan pada apa yang tak menganggapku

terlalu bodoh untuk mencintai yang tak memandangku dengan cara yang sama

meski begitu,

aku tahan untuk terluka

aku tahan untuk diabaikan

aku bertahan dengan keping-keping hatiku

yang serapu kaca ini

hingga nantinya hatimu yang luluh atau rasaku yang pudar


KAU TAK PERLU TAHU

Suaramu bersetubuh dengan gerimis yang bertaut dalam dekap buana.

Entah ia turun dimintakan oleh kau agar gerimismu menyaru di telinga

"Pernah kubilang padamu aku jatuh cinta, sekarang, aku kebagian jatuhnya saja.

Benderangku diterkam gelapnya kepergian.

Akhirnya, aku meraba-raba, menerka-nerka.

Barangkali cintanya sudah hilang, ya? Sudah terbang ke rumah baru. Padahal rumah hatiku selalu

megah untuk seseorang itu."

Kau tertawa, aku diam sambil menahan sakit di dadaku yang tertikam. Berhentilah tertawa seperti itu,

sebab di sini yang tercambuk tiada tara lalah hatiku.

Bagaimanapun upayamu untuk biasa saja, aku terlanjur pandai merasa bahwa kau sedang tak

baik-baik saja

"Asa, betapa peliknya seseorang itu, ia meramu keputusan tanpa bumbu-bumbu alasan.."

Kau tertawa lagi, kali ini aku ikut terbahak-bahak, kalau saat ini kau di hadapanku, mungkin kau

bertanya-tanya perihal tawaku yang ajaib sebab kali ini bisa menerbitkan mata air di mata--di satu-

satunya tempat yang katamu paling tandus sedunia.

"Bodoh.. Aku benar-benar bodoh.."

Kau menyuarakan hujan, bukan lagi gerimis dan di sini aku kian meringis.
"Bukan kau yang bodoh.."

"Berhentilah, Asa. Aku butuh setujumu kali ini saja."

Yang paling bodoh itu aku, ya, aku.

Sebab sampai detik ini pun aku tak punya alasan untuk tak bertahan mencintaimu sendirian, bertahan

tak mengungkapkan

sebab khawatir semuanya akan berantakan.

Tapi kau harus tahu, aku ada.

Kapanpun kau minta, suaraku kan tetap tersedia; menjagamu, dan kau tak perlu tahu itu
JANGAN PERGI DULU

Pada dirimu yang meriuh

ingin berkelana bersama angin, jangan pergi dulu, sebab kepalaku masih menderu melaung ingin.

Bersamamu laksana kepompong dan rumah mungil.

Ijinkan aku membalutmu

sedikit lebih lama, sebab bila mekar sayap-sayapmu telah tiba, pada akhirnya melanglang buana jua.

kau akan

Jangan pergi dulu,

Rindu yang telah kuracik masih bersisa untuk diseduh atau tiga yang bersedih. tak bisa menemui empat

Satu dua kali lagi,

Setelah diriku lapang.

Sanggup singgah,

melangkahlah sejauh tungkaimu sebab rumah mungil membalutmu begitu hangat ini saban hari tiada jeda
mendambamu mengulang tandang.

tapi jangan lupa pulang,


SECARIK LEMBAR KENANGAN

Secarik lembar kenangan mengganggu ingatanku

Dimana kisah kita yang dulu saling mencintai kini seperti orang asing

Seperti tak pernah Kenal sama sekali

Kau telah pergi namun tidak dengan bayangmu

Selalu mengikuti pikiranku hingga tak kunjung dapat melupakanmu

Apakah rasaku juga kau rasa?? Atau mungkin telah benar" kau musnahkan kenangan bersamaku

Hati dan logikaku berseteru

Dimana logika ingin melupakan namun hati tak bisa merelakan

Teruntuk kamu yang telah jadi masalaluku

Bahagialah walau bukan dengan diriku

Karna aku yang terlalu tak bisa memantaskan diri

Membuatmu tak fikir panjang untuk mengakhiri

Tak mengapa sekarang kita berjalan pada jalan yang berlawanan

Karna kita bukan lagi dua orang yang sama memiliki satu tujuan

Biar semua ini jadi kenangan

Dan biarkan waktu perlahan menjadi alat yang tepat untuk menghapuskan
BUKAN DIA

Bukan dia yang salah dalam masalah ini

Bukan dia yang harus bertanggung jawab

Bukan dia juga yang harus menanggung hinaan dari semua orang

Tapi...

Harusnya kamu yang berada di posisinya Bukan dia!

Kamu harus mengerti lebih banyak kepahitan untuk bisa lebih menghargai

Biarkan sekarang dia yang merasakan sakit

itu karnamu Dan aku berharap Setelah ini.....

Kamu bisa lebih mengerti tentang pengorbanan dan kehinaan

Karna masalah mu sendiri.

Pahamilah

Kamu yang bersalah bukan dia ataupun aku!

Kamu yang harus di hukum di sini

Bukan dia yang berkorban demimu


SULIT

Hari ini kau hadir

Sayang aku tidak dapat berjumpa

Sayang tidak bisa bertatap langsung

Entah sampai kapan aku begini Ada kesempatan namun tidak berkesempatan

Lelah rasanya Inginku akhiri

Nyatanya tidak bisa

Sulit untuk melupakanmu

Sulit sekali

Mungkin di lain waktu aku bisa bertemu

Atau sekedar menatapmu dari kejauhan

Semoga saja akan tercapai

Karena keyakinanku besar

Cintaku juga begitu


ADA DAN TIADA

Terkadang kamu datang namun pergi lagi

Terkadang kamu hadir namun dengan mudahnya menghilang

Kamu seperti ada dan tiada di hidupku

Andai kau tidak meninggalkan aku yang masih menginginkanmu

Andai kau tahu isi hatiku tanpa berkata-kata

Andai kau bisa merasakan apa yang sedang kurasakan

Ada disaat membutuhkan

Ada selalu untukku

Membagi suka dan duka bersama

Memelukku

Kamu mungkin tidak akan pernah tahu atau membalas perasaanku

Aku tahu hanya dia yang kau mau

Hanya dia yang selalu kau rindu

Jangan berharap lagi diriku Itu menyakitkan

Bukankah sudah melupakan

Bukankah sudah menghapus

Ternyata tidak bisa

Sungguh lucu mengharapkan seseorang yang tidak pernah memikirkan atau merindukan diri kita malah
selalu kita jaga rasa untuknya

Itulah aku

Meskipun demikian aku akan menyimpan semua sebagai kenangan dan mencari kisah sejati yang benar-

benar mencintaiku dengan tulus juga akan menerima ku sepenuh hati


BIODATA PENULIS

NAMA: DITA WAHYU PRATAMA

TEMPAT, TANGGAL LAHIR: Ponorogo, 11 Januari 2008

JENIS KELAMIN: LAKI – LAKI

NO.TELEPON: 085738160212

Anda mungkin juga menyukai