Anda di halaman 1dari 51

Kata Pengantar

Disaat permasalahan datang tapi lisan terasa kelu untuk ungkapkan segala rasa,
disana puisi hadir, ketika kertas kosong menjadi tadah penampung semua imaji
dan pena yang menjadi orator pengganti, ketika benak hanya sanggup berfikir dan
hati kembali bertanya apakah ku sanggup untuk buncahkan semua alegi itu? saat
itulah ilham puisi ini ku susun dan ketika orang membaca sajak – sajak itu ku
harap mereka mengerti mengapa ku bagi kisahku itu, Ketika takdir memaksa ku
untuk dipertemukan dengannya, terlintas difikirku mengapa sampai tuhan
mempertemukan diriku dengannya dan mebuatku jatuh terjermbab ke dalam
jurang perasaan itu? Ketika relung hati mulai terisi akan rasa, dan ketika asa
pengharapan mulai tumbuh disaat itulah semua mimpi itu sirna, Ketika bunga
hendak diraih tapi sanyang tangan tak sampai, dan disanalah datang rasa
penyesalan yang teramat di dalam hidup ini. Mengapa kejamnya takdir itu
menimpa diri? Yang bisa ku harapkan kepada para pembaca jangan sampai
terulang apa yang menimpaku ke pada kalian dan mohon ambil yang baik jadikan
petuah dan yang salah mohon di luruskan.

Pasaman Barat, 2016 – 2021

Penulis,
AA
Daftar Isi
Kata Pengantar
1. Mawar hitam
2. Muhasabah
3. Kerinduan Sang Cemara
4. Kehilangan
5. Tak Tau Lagi
6. Kenangan Itu
7. Hampa
8. Pasrah
9. Hijrah
10. Lorong nan Sunyi
11. Tersesat
12. Salahkah Diriku
13. Terguncang
14. Yang Pernah Ada
15. Dibunuh
16. Beginilah Aku
17. Kisah Sebuah Kursi Usang
18. Dusta Dibalik Cinta
19. Bangkit
20. Mengapa Baru Kau Sadar
21. Aku Masih Ingin Sendiri
22. Cinta nan Semu
23. Telat
24. Memori Kelabu
25. Manusia Setengah Iblis
26. Dibalik Senyummu
27. Tertipu
28. Tak Percaya Lagi
29. Arti Sebuah Mimpi
30. Matamu yang Bercerita
31. Kejujuran Hati
32. Walau Hati Merindu
33. Bukan Karna Hujan Kau Tertahan
34. Arti Sebuah Terimakasih
Mawar hitam
Mawar hitamku
mengapa kau acuhkan daku
kemana lagi kan ku bagi duka dan luka
luka nan kau goreskan di hatiku
bagai sembilu dirimu
perih, pedih bagai diasami hatiku

mawar hitamku
jangan engkau sombong
berdiri dengan congkak, bersikap dingin
gelora api itu mulai padam
api cinta yang kini beku tak bergelora lagi
tapi, ingatlah bahwa uang bukanlah segalanya
walau se-gunung hartamu kau takkan bisa
untuk membeli sebuah ke ikhlasan, kesetian dan nurani serang pun

walau hampir mati pun karna sembilu cintamu


takan ada gentar rasa dihati dan badanku
kan ku kembalikan kecongkakan itu kembali padamu
dan rasakan kobaran api yang kau ciptakan
dan dalam api itu dirimu kan hangus terbakar
bagai abu dirimu diperbuat
Muhasabah
Rinai kini tak kunjung menepi
Menambah syahdu kesunyian diri
Angin kini enggan berhenti
Membawa diri ke dalam indahnya kesunyian
Kesunyianku ini merasuk hingga relung hati

Kini daku banyak menerawang diri


Apakah pantas mawar nan indah, untuk kumbang nan tak tau diri ?
Nan hanya tidur dan bermimpi sepanjang hari
Nan hanya menghayal tak tentu arah pergi
Membayang mega mendung di langit kini

Dari rinai menjadi badai


Badai yang tak kunjung terakhiri
Ragaku kini hanya layu tak bertenaga lagi
Gelora asa ku pendam jauh didasar bumi
Apa yang mau dikata, rasa ini harus diakhiri
Kerinduan sang cemara
Kutuliskan di ujung penaku
Salam rindu untukmu
Untukmu yang kutunggu selalu
Tanpa jenuh ku menunggu
Tapi kini kita tak kunjung bertemu

Pohon cemara mulai jemu


Angin enggan berhembus untukku
Betapa bayak daun yang berguguran karna menunggumu
Parau kini suaraku
Melawan derasnya lautan nan menderu

Tinta penaku kering menuliskan kata untukmu


Habislah lembaran kertasku
Telah binasa kata-kata untuk unggapkan semua perasaanku
Cukup ! sudah habis kesabaranku

Untuk menanti bayangmu


Letih ragaku mengejar cintamu
Kini kesabaran berbuah angkara murka bagimu
Bagimu yang tak mengerti arti rindu
Rinduku pada permataku
Kehilangan
Disaat langit masih dihiasi mentari
Turun ke ufuk jingganya pergi
Menyisakan diriku sendiri
Merenungi hilangnya permata pujaan hati
Tanpa kabar ia pergi

Kini diriku hanya membisu tanpa arti


Lautan hanya berderu tiada henti
Angin malam mulai menusuk diri
Kemana lagi diriku kan mencari
Perginya permata itu kini

Niur kini hanya melambai


Seolah mengingatkan diri
Jangan lagi kau cari
Bayangan dirinya nan tak ada kata pasti
Mungkin ia telah hilang di telan bumi

Ah ku usir pikiran itu dari benak ini


Oh bintang tunjukanlah rasimu untuk mencari
Mencari permataku yang telah pergi
Yang mungkin takkan kembali
Kembali ke hidupku lagi
Tak tau lagi
Kutatap kembali langit ini
Hanya awan kelabu menghiasi
Tak ada waktu pasti
Kapan mendung kan berhenti
Menghiasi Desember ini
Tak tau apa kan terjadi

Sama saja seperti hatiku kini


Mendung yang membalut awan tak kunjung pergi
Rintik-rintik rinai mulai membasahi
Angin terus bergejolak tiada henti

Tak tau kemana kan berteduh kini


Tak adakah tempat meneduhkan hati?
Yang di dirundung sedih tanpa henti
Terus dihantam dan dilukai

Tak tau untuk apa rasa di hati


Mengapa ini harus terjadi
Kesedihan yang datang silih berganti
Mengapa tangisan dan ratapan masih menghiasi
Mengapa dia tak kunjung mengerti
Arti dari cinta pengorbanan yang diberi
Kenangan itu
Masih terbesit di fikirku
Dikala kita bertemu
Disaat tubuhku hanya terpaku
Oleh paras ayu dirimu

Getar tubuhku
Dikala kau tersenyum malu padaku
Senyum itu indah terbit di bibirmu
Rasa terpikat jantung hatiku
Karna elok santun budimu

Tetapi kini jauh semua rasa itu


Meninggalkan fikirku
Engkau telah berubah tak menentu
Kemana hilangnya elok budimu?

Mengapa hanya bengis kini nan tinggal di hatimu


Jauh memang jauh dirimu kini
Hilang sudah hangat mentari di hati
Digantikan tebalnya mega mendung itu
Hampa
Malam ini hanya sepi menemani
Angin dingin hanya menyapa diri
Hanyut kini raga didalam menyendiri
Menyendiri merenungi nasib badan ini

Hanya benci menghiasi hati


Termenung memikirkan apa yang terjadi
Membisu tanpa arti
Untuk menunggu kata yang tak kunjung pasti

Menati janji-janji
Janji nan hampa tak berisi
Perih pilu derita mendera hati
Hatiku yang tak henti dilukai

Dilukai dirinya yang berduri


Tertusuk perasaan di hati
Pedih perih bagai di asami
Kemana lagi mengibakan diri

Hanya kepada illahi


Ku mengadukan kesedihan diri
Hanya ia yang mengerti
Bagaiman perasaan di hati
Pasrah
Lembayung senja mulai menghampiri
Mentari perlahan hilang dari cakrawala kini
Menyisakan diriku sendiri
Dalam termenung karena merenungi

Merenungi yang telah pergi


Yang mungkin takan kembali
Kembali untuk mengisi
Kekosongan di relung hati

Pasrah adalah kata pasti


Untukku saat ini
Tinggal kata bangkit untuk menegakan pandji
Pandji kehidupan yang tersisa kini

Untuk apa sedih menghiasi


Aku hanya ingin mengakhiri
Apa yang dia perbuat di hati
Menegakkan fikir jernih kembali

Untuk apa ku tangisi


Ia hanya mimpi
Untuk diraih tangan ini
Ke dalam hidupku kini
Hijrah
Jauh terus melangkah pergi
Diriku hanya terus meniti
Meniti kisah dari perjalanan ini
Menjauhkan dirinya dari relung hati

Aku hanya berjalan ditengah lorong sunyi


Terasa berat langkah dikaki
Tapi aku harus pergi
Jauh dan menjauh untuk menyendiri

Walau sesak rasa di hati


Walau bayangnya terus menghantui
Mengapa ia tak kunjung pergi
Pergi dari relung hati

Telah berulang kali kau sakiti


Aku hanya bergeming tak bereaksi
Tak ingat kah kau siapa yang menyakiti
Menyakiti perasaan di hati

Kau paksa rasa itu untuk pergi


Mengapa kau bujuk dia untuk kembali
Aku sudah tak peduli
Karena kau tak kan tulus mencintai
Lorong nan sunyi
Dikala diri hanya menyendiri
Angin dingin menghampiri
Membuat keadaan bertambah sunyi
Nan merenung tiada henti

Ku tak tau apa yang diperbuat diri


Tak habis ku menyelesaikan teka-teki
Mengapa ia merentan di hati
Selalu ia sakiti tiada henti

Mengapa janjinya enggan terbukti


Dia hanya membayang tiada henti
Kemana lagi ku akan pergi
Mengobati luka di hati ini

Terus diriku tersesat di dalam lorong mimpi


Diriku tak henti berkutat dengan fatamorgana dan ilusi
Hanya lorong dengan sejuta keindahan yang menghiasi
Tak satu pun nan menjadi pasti
Tersesat
Kemana aku akan pergi
Tak tentu arah, tersesat kini
Kemana ku kan mencari
Jalan untuk menyendiri

Bergejolak gemuruh rasa di relung hati


Untuk mencari kata pasti
Mengapa semuanya pergi
Sudahlah... untuk apa ku cari?

Apa yang terjadi, biarlah terjadi


Hidup pun malang, menyiksa di hati
Apa yang akan diperbuat lagi?
Untuk apa daya dan upaya di diri?

Jalan ini terus ku jejali


Terus-menerus diriku berlari
Menelusuri belantara nan sepi
Jauh terus diriku pergi

Untuk menghayati apa yang telah terjadi


Hanya kepadah Illahi
Daku mengeluh dan mengadukan nasib diri
Hanya Ia nan tau jalan terbaik untuk diri ini
Salahkah Diriku?
13-02-2017

Salahkah diriku untuk mencintai ?


Mencintai dengan sepenuh hati
Permata pujaan hati
Yang mungkin hanya mimpi

Salahkah diriku untuk memperjuangkan perasaan di hati?


Walau terus diri ini dilukai
Dengan ujian nan datang silih berganti
Tapi diriku kan terus berusaha tetap tegar berdiri

Salahkah diriku menegakkan pandji?


Pandji cinta dan kehidupan di diri
Diriku nan malang di pinggirkan dari hatinya kini
Oleh sikap dingin di dirinya kini

Salahkah diriku bermimpi?


Memimpikan dirinya malam ini
Walau benak ini tak sanggup mengingat semua nan terjadi
Karna perbuatannya kepada hati

Oh Illahi Rabbi...
Salahkah diriku untuk mencintai?
Dirinya saat ini
Walaupun ia terus berulang kali menyakiti hati
Terguncang!
24-03-2017

Kekasihku
Untukmu semua ku beri
Namun, enggkau hanya diam
Apa mungkin cintamu telah lenyap?
Indanya cerita kita mengapa Sirna?

Sirna sudah tak tentu rimbanya


Sudah berakhikah perjalanan cinta kita?
Mengapa sikapmu begini?
Dingin, tak acuh padaku
Sungguh kejam, membunuhku secara perlahan!

Dengan sikapmu yang meregas pucuk pengharapanku


Kau putuskan tali penggharapanku
Sehingga diriku terjatuh ke dalam palung kesedihan
Kesedihan, yang tak tau kapan terhenti
Jiwaku nan kau goncangkan dengan begitu kuatnya

Sehingga ku menjadi gundah


Seolah ku berdiri ditepi jurang nan rapuh
Kapan pun ku bisa terjun dengan bebasnya
Akal sehatku juga terusik
Semakin lama berkuang rasanya kewarasanku
Ah... untuk apa kukenang
Dirinya hanya menambah beban
Kan kubuktiakan padanya
Diriku kan tegar berdiri kembali
Untuk menghadapi kehidupan ini
Yang Pernah Ada
27-03-2017

bulan purama malam ini


mengingatkan ku pada sesuatu
yang ku lupa apakah itu?
Tapi, aku tau rasanya

Kembali ku tatap cahayanya


Sekarang aku ingat
Akan bentuk dan rupanya
Dia permataku yang telah lama menghilang

Tak tau kemana hilangnya


Saat itu ku hanya bercerita
Bercerita dengan dia bersama senada dan gurau
Kami hanya melempar senyum dan tawa
Ketika hal aneh mulai mendekati kami
Sekajap mata dia pun hilang
Hilang dari ruang mataku
Tanpa jejak dirinya pergi

Menjadi teka-teki dan misteri


Hilangnya dirinya dari hadapanku
Apa mungkin dia diculik?
Apa waktu itu diriku hanya bermimpi?
Dibunuh
27-03-17

sekian lama rasanya


diriku duduk disini
menunggu dirinya datang
ke sisiku, yang mulai jemu

tapi, hanya surat darinya


Yang menghampiri
Ku buka amplop surat itu dengan penuh harap
Ku keluarkan lembaran putih yang ada didalamnya

Sontak butiran bening jatuh membasahi kertas


Seakan diriku tak percaya
Dengan apa yang ditulisnya
Melukai mata dan hati

Tak ku sangka dirinya sekejam ini


Dia berpaling dan memilih orang lain
Lantaran kaya dan rupawannya orang itu
Rasa dibunuh jiwa dan raga ku

Dengan tulisan disurat itu


Sirna seketika harapanku
Rupanya dirinya tak tulus mencintai
Kiranya ia seorang yang tak punya hati
Dia campakkan diriku kedalam palung kesedihan
Yang begitu dalamnya
Pedih perih cinta ini ku rasakan
Inikah yang dinamakan, habis manis sepah dibuang
Beginilah Aku
05-04-2017

Bila tiba saatnya


Dan mereka hanya bertanya
Diriku hanya diam
Tak ingin seorang pun menganggu

Begitu pun dirimu


Diriku tak mau peduli
Mendengar sedu sedanmu
Yang selalu ingin mengadu

Beginilah aku
Ku tak mau dirimu kembali merayu
Merayu ku untuk kembali padamu
Ku tak ingin terulang kepedihan di kalbu

Sebagaimana kau perbuat dahulu


Mengguncang jiwa dan fikirku
Dengan tulisan disurat itu
Seketika diriku terasa dibunuh

Lebih baik kau pergi


Pergi dari hadapan dan kalbuku
Aku tak mau melihat dirimu
Dan dirimu hanyalah seorang munafik
Kisah Sebuah Kursi Usang
06-04-2017

Senja itu
Kita bersama menelusuri telaga ini
Dikala dirimu hanya tertawa dan tersenyum
Masih teringat teringat di fikirku semua itu

Tapi hanya, sekejap ku rasa


Senang dan bahagia
Mengapa duka menjadi muara
Hanya tangisan dan ratapan yang tersisa

Diriku jemu
Melihat semua itu
Mengapa kita tak kunjung bertemu
Terpiasah jarak dan waktu

Diriku hanya bisa menghitung masa


Menunggu dan menunggu
Dirimu kembali ke pelukku
Yang makin bertambah jemu

Tapi darimu tak kunjung datang


Ke tempat ku biasa menulis surat untukmu
Dibawah pohon Ara di tepi telaga
Diatas kursi nan usang
Usang dimakan zaman
Zaman yang terus berubah
Mungkinkah cintamu seperti kursi usang itu
Terkikis oleh cepatnya putaran roda zaman
Dusta Dibalik Cinta
07-04-2017

Ku pilih jalan ini


Menatap terus ke depan
Menantang setiap rintang nan menghadang
Jauh terus kakiku melangkah

Ku buang setiap ingatan


Ingatan tentang dirinya
Yang selalu menjadi pengganjal kepergian ku
Yang selalu merayu diriku untuk tinggal

Seperti ia tak sadar


Dengan apa yang teah diperbuatnya dahulu
Menyakiti diri ini dengan sikapnya itu
Sikap yang begitu dingin

Untuk apa bujuk rayumu


Kalau menjadi luka di kalbu
Untuk apa menangis tersedu-sedu
Kalau dirimu masih menjadi sembilu

Sudah cukup !
Mendengar manisnya kata cinta
Kalau terus dihiasi dusta
Akhirnya ku terluka
Bangkit
07-04-2017

Hembusan angin menyapa wajahku


Di dalam kesendirian diriku
Membuyarkan semua lamunanku
Lamunan nan indah itu

Seperti mengingatkan ku
Untuk apa dipendam sedih itu
Dia kan terus mangguncang kalbu
Dengan semua pilu

Lebih baik bangkit dan maju


Menatap masa depan
Mengubah diri
Melupakan masa lalu

Bangkit kini diriku


Dari kubur yang kau buat
Ku kan terus bangkit
Untuk menunjukan siapa diriku

Pada dirimu
Hingga kau sadar dengan anggapanmu
Pada diriku waktu itu
Hingga binasa kesombongan di dirimu
Mengapa Baru Kau Sadar
10-04-2017

Dalam sepi dan sunyi


Ku termenung menatap sudut ruangan
Menunggu dan menunggu sampai diriku jemu
Menghitung dan menghitung masa yang berlalu

Mengapa kembali terdangar melodi


Yang menyayat hati
Mengapa ia makin deras
Derasnya deru mengusik kesunyianku

Ku buka pintu
Melihat ke arah halaman
Mengapa kau duduk disitu,tanyaku
Bukankah enggkau yang dahulu

Yang sudah mencapakkan diriku


Ke dalam kubur lalu kau timbun
Mengapa sekarang engkau mengadu
Pada diriku, yang seperti sampah kau bilang

Sudalah
Hentikan sedu sedanmu
Untuk apa kau kembali merayuku
Bukankah dia lebih kaya dan rupawan

Sudah terlambat, sudah tak mempan


Bujuk rayu dirimu
Engkau hanyalah manusia dengan sejuta alibi
Sudah cukup! Jangan kau kembali ke sisiku
Sudah ku tutup lembaran usang itu
Sudah kubakar menjadi abu
Tak kan mungkin kembali seperti dulu
Tak ada lagi tempat untuk mu di hatiku
Aku Masih Ingin Sendiri
25-04-2017
Senja menghampiri
Dikala diriku menyepi
Ku memandang mentari
Yang mulai pulang

Meninggalkan sedikit sinarnya


Untuk mengghangatkan hatiku
Hati yang telah lama beku oleh dirinya
Diriku perlahan meninggalkan rasa itu

Perlahan ku bakar cinta terhadapnya


Perlahan ku buang ingatan itu
Perlahan ku susun kembali hidup ini
Perlahan diri ini sadar bahwa cinta tak mesti memiliki

Biarkanlah ia
Menentukan hidupnya
Ku tak ingin mencintai orang yang selalu mendua
Lebih baik ku nyatakan bahwa aku bukan pilihan

Lebih baik ku sendiri


Tanpa siapa pun yang menyakiti
Walau berat rasa di hati
Aku masih ingin sendiri
Cinta nan Semu
03-05-2017

Perlahan ku susun keping demi keping hati ini


Perlahan ku bangkit dari pusara
Perlahan ku bangun kembali tubuh nan lemah ini
Perlahan ku tumbuhkan pucuk pengharapan nan baru

Disaat itulah dirimu datang menyambut tanganku nan lemah


Dikau topang tubuhku yang renta
Kau terima suaraku nan parau
Kau basuh luka di hatiku sampai ia sembuh

Kau ingatkan kembali diriku entang apa itu kasih sayang


Apa itu rasa dan apa itu cinta
Kau tegarkan hati yang gundah ini
Kau berikan aku kehangtan yang telah lama hilang

Tapi sayang seribu kali sayang


Sesaat ku rasakan semua
Kehangatan dan kasih sayang
Tapi, itu kau berikan karna rasa iba

Ku sangka kita kan terus bersama


Kurira cinta yang kau beri itu setulus hati
Tapi apa yang kau berikan
Hanya sebatas cinta nan semu

Ku tak perlu belaskasihan mu


Ku tak perlu cinta nan semu itu
Kutak ingin semua perilakumu itu
Karena aku bukan lah seorang pemelas rasa iba
Telat
05-05-2017

Ku tuliskan semua
Perasaan yang gundah ini
Pena dan kertas menjadi sahabat
Yang menemaniku untuk terus menuliskan surat padamu

Merekalah yang berbicara tentang isi hati ini


Mereka jualah yang membantuku untuk berpesan padamu
Merekalah yang kelak akan berorasi tentang cantiknya parasmu
Elok santunnya budimu yang membuat hatiku tertambat padamu

Tapi tak berguna rasanya seperti ini


Tak ku ungkapkan lansung rasa ini
Tapi ku ragu untuk datang ke depan pintu rumahmu
Bimbang rasanya lidahku untuk mengunggkapkan semua rasa

Mengapa jadi begini


Getar sukmaku bertemu denganmu
Terdengar melodi indah memenggil namaku
Tapi sekejap ku lihat paras cantikmu

Tak kusanggka diriku terlambat


Bunga itu sudah dibawa pergi
Sedih rasanya, tapi untuk apa bersedih
Lebih baik ku berlari menjauhinya sejauh mungkin

Asaku kandas di karang tajam


Kini lebih baik ku berdiri bangun dari kesedihan iu
Biarlah cinta tak harus memiliki
Biarlah sepeti ini asalkan tak saling menyakiti
Memori Kelabu
17-05-2017

Ketika pertama kali kita bertemu


Memang terasa biasa
Dulu kita tak saling kenal
Dulunya memang ku masih lugu

Sampai saat itu, ia datang


Seketika rasa itu tumbuh
Terus-merus sampai hati ini terpaut
Terpaut tapi masih rapuh

Aku tak berani akan tetapi, ku yakin


Dengan apa itu rindu, apa itu cita
Cinta yang tulus ku harapkan
Tapi dusta yang kau berikan

Mengapa itu yang kau berikan


Mengapa semua ini harus terjadi
Bukankah kita telah berjanji
Mengapa harus kau pungkiri

Apa karna diriku ini


Sungguh ku tak percaya
Dirimu sekejam ini
Hati ini tak sanggup mersakan semua ini

Fikirku ini tak mampu menalarkan derita


Yang telah banyak kau berikan
Lebih baik sampai cerita ini
Daripada derita terus merusak hati
Manusia Setengah Iblis
18 – 05 – 2017

Sinar rembulan kembali menyapa wajahku


Begitu tulus ia menyinari malam nan sepi
Sama seperti malam nan telah berlalu
Ketika hati di rundung pilu

Hati yang terus menjadi korban Dirinya


Nan berulang kali menggoreskan sembilu
Dirinya nan telah berpaling
Ke pelukan orang lain

Begitu teganya manusia ini


Kekejaman adalah naluri
Benaknya hanya penuh dengan alibi
Untuk membuatku tersakiti

Memang dulu ia seorang nan pengasih


Elok budi nan murah senyum
Seorang nan lembut tutur katanya
Inilah alasan ku labuhkan hati

Tapi sayang, kini ia berdiri diatas kecongkakan dan kesombongan


Seolah sirna dirinya nan dulu
Tak ada lagi dirinya yang ku kenal
Entah kemana perginya
Telah binasa jiwanya
Telah binasa kebaikan hatinya
Di kalahkan kegelapan nan kejam
Tak ku sangka dirinya nan dulu telah tiada
Dibalik Senyummu
18 – 05 – 2017

Malam ini
Tak ada rembulan menarangi sepi
Bintang pun seolah enggan memunculkan cahayanya
Hanya deru ombak pemecah sunyi

Diriku terdiam sambil memenung


Terbesit di fikirku
Sebuah kenangan pilu
Ketika dirinya pergi dari sisi ku

Hanya senyuman nan penuh makna


Terbit di bibirnya
Setiap kali kita bertemu
Tak habis ku selesaikan teka – teki

Apa maksudnya?
Apa ia menghinaku dengan senyuman itu?
Apa ini bentuk balasan buatku?
Belum terungkap jua arti sebuah senyuman

Sudahlah biarkan ia
Seorang manita nan penuh dengan dusta
Terserahlah untuk apa difikirkan lagi
Alibi nan merusak diri

Lebih baik ku pergi


Jauh darinya
Yang hanya fatamorgana
Di dalam hidupku ini
Tertipu
18 – 05 – 2017

Seandainya kita bertemu kembali


Izinkan ku tatap kembali wajahmu
Walau hanya sekejap ku pandang
Karna ku tau kau telah memilih

Untuk mengakhiri rasa di hati


Terasa menyakitkan buat ku
Tapi ku tau ini bukan keinginnanmu
Karna ku lihat butiran bening nan turun di pipimu

Tapi ku salah
Baru ku tersadar membaca surat yang kau berikan padaku
Teramat penyesalanku
Mengapa lain yang disampaikan raut wajahmu

Bodohnya diriku
Telah terpedaya sandiwaramu
Mengapa kau tak jujur dari dulu
Mengapa sekarang kau menusuk jantungku

Tak percaya kau bunuh diriku


Rasa tercabik perasaanku
Kemana hilangnya kebaikan hatimu
Begitu teganya dikau padaku

Lebih baik kau pergi


Pergi sejauh mungkin
Kau kan terus melukai hati
Pergilah kau bersamanya
Tak Percaya Lagi
19 – 05 - 2017

Aku memang masih sendiri


Dan ingin terus sendiri
Tenang hatiku seperti ini
Tanpa seorang pun mengusik

Walau dulu ia pernah datang


Mengisi kekosongan di relung hati
Membuat sukma melayang ke angkasa
Membuai diriku hingga hampir terlena

Indanya cinta
Mengapa ia datang dan mebuatku terluka
Terluka dan terluka
Fikir dan kalbu pun terpedaya

Sakit rasanya memang sakit


Karna dusta nan terpaut di dalamnya
Rasa ditikam batin dan fikirku
Begitu dalam tikaman itu

Hingga datanglah vonis itu


Tak sanggup ku membacanya
Seakan ku tak percaya
Diriku kini dirundung kegilaan
Sampai fikir jernihku kembali
Ku tak ingin terulang kembali
Untuk kedua kali
Karna ku tak percaya lagi akan cinta
Arti Sebuah mimpi
24 - 05 – 2017

Teringat olehku
Ketika pilu mendera kalbu
Terdiam diriku di dalam termenung
Fikir ini jauh berkelana

Untuk mencari jawaban


Tak tentu kemana kan kucari
Sebuah arti mimpi
Yang datang bermain di benakku

Terekam wajahnya nan penuh bahagia


Tapi ia tak bersama diriku
Rasa perih mata ini
Menatap mereka berdua

Tapi ku biarkan dirinya


Untuk bersama pilihan hatinya
Asalkan dirinya bahagia
Kan ku lepas kepergiannya

Walau air mata deras di pipi


Walau berat rasanya kerelaan hati untuk di beri
Ku kan tegar berdiri
Kan ku terbitkan senyum di bibir
Ku rela pergi menjauh
Sampai hilang sagala rasa gaduh itu
Dari hatimu
Dan ku harap kau bahagia
Matamu yang Bercerita
16 – 06 – 2017

Dirimu nan dulu ku rindukan


Ketika sunyum tulus itu tebit di bibirmu
Hati yang penuh kehangatan itu begitu terbuka
Suara indahmu yang paling ku rindukan

Tapi sayang semua telah berubah


Kemana hilangnya cahaya diri
Kini kegelapan menguasai
Hangat hatimu telah beku

Ku tak tau apa yang sebenarnya


Tapi matamu yang bercerita
Kegelapan telah merubahmu
Menjadi tak menentu

Mata dan hatimu telah dibutakan


Oleh kemilau intan permata
Hingga hatimu menjadi dingin
Tiada hangatnya sinar mentari menyinari

Kapan kau kan kembali kasih


Dari lorong kegelapan di hatimu
Tak secercah pun terpancar sinar kehangatan
Dari hatimu kini
Begitu kejamnya kegelapan
Memadamkan cahaya di hatimu
Lenyap sudah
Dan tak kan terpancar ia kembali di hatimu
Kejujuran Hati
04 – 07 – 2017

Seandainya kau beri waktu


Untuk ku memandang wajahmu, walau hanya sesaat
Jika kau izinkan telingaku kembali mendengar
Indahnya suaramu, walau untuk terkhir kalinya

Tapi ku sadar kau telah memiih


Untuk menutup pintu hatimu
Telah kau pilih ia untuk menjadi belahan jiwamu
Untuk menemani dirimu mungkin untuk selamanya

Ku pun tau siapa dirinya


Seorang nan gagah, kaya dan orang terpandang
Memiliki hampir semuanya
Tapi itu bukan ukuran buatku

Buatku itu bukanlah alasan untuk memilih


Karna cinta tak harus memiliki itu semua
Yang terpenting hati nan saling terpaut
Untuk kuat bersatu sampai ujung waktu

Izinkanlah ku ungkapkan yang sebenarnya


Walaupun terlambat, inilah kejujuran hatiku
Aku sayang padamu, ku benar mencintaimu
Sepenuh hati sampai ujung waktuku
Walaupun diri ini tak segagah ataupun sekaya dirinya
Yang kumiliki hanyalah cinta nan tulus untukmu
Wahai rembulan pujaan malamku.
Sekali lagi pintaku, izinkan ku untuk tetap menyayangimu
Walau Hati Merindu
11 – 07 – 17

Ketika kutelusuri jalan ini


Seolah terasa ada sesuatu bermain di benakku
Rasanya ku ingat tapi apakah ia?
Derap langkah terus ku ayun sampai kembali ku terhenti

Ketika suara itu memanggil nama ku


Kembali teringat olehku
Siapa sosok pemilik suara itu
Tapi ku benci untuk menoleh ke belakang

Lebih baik ku pergi


Dari nostalgia kelabu yang menusuk kalbu
Tak ingin kembali terulang kepedihan itu
Walau hati merindu

Ku tak mau hati ini kembali gaduh dan fikirku terbelenggu


Terkenang olehku senyummu
Baik budi dan ramah jiwamu
Dan terbuka kehangatan hatimu

Tapi itu dahulu, kini telah pergi entah kemana


Dirimu saat kini hanyalah manusia nan bejalan dengan kesombongan
Hatimu kini sempit dipenuhi kecongkakkan
Sayang seribu kali sayang dirimu kini sudah berubah
Bukan karna hujan kau tertahan
11 – 11 – 2017

Tiga puluh menit kali ini


Sangat lama ku rasa
Seolah jarum jam tak berdetak
Apakah arti semua ini

Terasa lama ku tunggu dirimu


Ku pandang keluar gerimis mulai turun
Entah apa yang kan terjadi nanti
Mungkinkah dirimu akan datang

Tapi sayang, bukan karna hujan kau tertahan


Tapi karna kau memilih untuk berteduh di lain hati
Yang menjadi pengganti di hatimu kini
Seakan mudahnya kau berpaling

Apakah ini balasan yang ku dapatkan


Apa salah diriku hingga kau campakkan
Teganya kau memilih pengganti diri
Sungguh perih penghianatan ini

Hanya karna harta kau berpaling


Sungguh murahnya dirimu
Dengan harta yang tak seberapa
kau gadaikan dirimu
Berarti ku salah selama ini
mudah sekali cintamu untuk dibeli
demi kenikmatan sesaat
sungguh masih ku tak percaya
Arti Sebuah Terimakasih
22 - 01 – 2021

Tujuh tahun nan lalu


Rasa itu tumbuh
Terus tumbuh sampai mengakar di kalbu
Bertambah seiring perputaran roda waktu

Rasa itu terus ku jaga


Sampai yakin untuk ku nyatakan
Walau berat bibir untuk katakan
Walau bimbang hati ini terasa

Ku beranikan ungkapkan sebuah rasa


Nan muncul ketika kita duduk bersama
Di atas batu aliran sungai itu
Ketika gemuruh air terjun menjadi saksi

Timbulnya rasa itu di hati


Baik jiwamu menyentuh hati
Hangatnya senyuman itu
Meluluhkan dinginnya diri

Tapi kembali ku sadar


Bahwa kita tak sepadan
Cantik parasmu tak sebanding dengan wajahku
Kepintaranmu bukan tandingan buat semua pemikiranku
Muskil rasanya emas dan Loyang bersatu
Kalau pun bersatu Loyang nan kan hancur
karna tak mampu menangung beban
beban perbedaan antara keduanya

tapi ku senang dengan balasan pesanmu


sebuah kata terimakasih itu pun sudah cukup
untuk hargai semua perjuanganku
lepas segala gundah di kalbuku
Special Thanks and dedicated to My Inspiration
Fatimatul Azzahra

Anda mungkin juga menyukai