Disaat permasalahan datang tapi lisan terasa kelu untuk ungkapkan segala rasa,
disana puisi hadir, ketika kertas kosong menjadi tadah penampung semua imaji
dan pena yang menjadi orator pengganti, ketika benak hanya sanggup berfikir dan
hati kembali bertanya apakah ku sanggup untuk buncahkan semua alegi itu? saat
itulah ilham puisi ini ku susun dan ketika orang membaca sajak – sajak itu ku
harap mereka mengerti mengapa ku bagi kisahku itu, Ketika takdir memaksa ku
untuk dipertemukan dengannya, terlintas difikirku mengapa sampai tuhan
mempertemukan diriku dengannya dan mebuatku jatuh terjermbab ke dalam
jurang perasaan itu? Ketika relung hati mulai terisi akan rasa, dan ketika asa
pengharapan mulai tumbuh disaat itulah semua mimpi itu sirna, Ketika bunga
hendak diraih tapi sanyang tangan tak sampai, dan disanalah datang rasa
penyesalan yang teramat di dalam hidup ini. Mengapa kejamnya takdir itu
menimpa diri? Yang bisa ku harapkan kepada para pembaca jangan sampai
terulang apa yang menimpaku ke pada kalian dan mohon ambil yang baik jadikan
petuah dan yang salah mohon di luruskan.
Penulis,
AA
Daftar Isi
Kata Pengantar
1. Mawar hitam
2. Muhasabah
3. Kerinduan Sang Cemara
4. Kehilangan
5. Tak Tau Lagi
6. Kenangan Itu
7. Hampa
8. Pasrah
9. Hijrah
10. Lorong nan Sunyi
11. Tersesat
12. Salahkah Diriku
13. Terguncang
14. Yang Pernah Ada
15. Dibunuh
16. Beginilah Aku
17. Kisah Sebuah Kursi Usang
18. Dusta Dibalik Cinta
19. Bangkit
20. Mengapa Baru Kau Sadar
21. Aku Masih Ingin Sendiri
22. Cinta nan Semu
23. Telat
24. Memori Kelabu
25. Manusia Setengah Iblis
26. Dibalik Senyummu
27. Tertipu
28. Tak Percaya Lagi
29. Arti Sebuah Mimpi
30. Matamu yang Bercerita
31. Kejujuran Hati
32. Walau Hati Merindu
33. Bukan Karna Hujan Kau Tertahan
34. Arti Sebuah Terimakasih
Mawar hitam
Mawar hitamku
mengapa kau acuhkan daku
kemana lagi kan ku bagi duka dan luka
luka nan kau goreskan di hatiku
bagai sembilu dirimu
perih, pedih bagai diasami hatiku
mawar hitamku
jangan engkau sombong
berdiri dengan congkak, bersikap dingin
gelora api itu mulai padam
api cinta yang kini beku tak bergelora lagi
tapi, ingatlah bahwa uang bukanlah segalanya
walau se-gunung hartamu kau takkan bisa
untuk membeli sebuah ke ikhlasan, kesetian dan nurani serang pun
Getar tubuhku
Dikala kau tersenyum malu padaku
Senyum itu indah terbit di bibirmu
Rasa terpikat jantung hatiku
Karna elok santun budimu
Menati janji-janji
Janji nan hampa tak berisi
Perih pilu derita mendera hati
Hatiku yang tak henti dilukai
Oh Illahi Rabbi...
Salahkah diriku untuk mencintai?
Dirinya saat ini
Walaupun ia terus berulang kali menyakiti hati
Terguncang!
24-03-2017
Kekasihku
Untukmu semua ku beri
Namun, enggkau hanya diam
Apa mungkin cintamu telah lenyap?
Indanya cerita kita mengapa Sirna?
Beginilah aku
Ku tak mau dirimu kembali merayu
Merayu ku untuk kembali padamu
Ku tak ingin terulang kepedihan di kalbu
Senja itu
Kita bersama menelusuri telaga ini
Dikala dirimu hanya tertawa dan tersenyum
Masih teringat teringat di fikirku semua itu
Diriku jemu
Melihat semua itu
Mengapa kita tak kunjung bertemu
Terpiasah jarak dan waktu
Sudah cukup !
Mendengar manisnya kata cinta
Kalau terus dihiasi dusta
Akhirnya ku terluka
Bangkit
07-04-2017
Seperti mengingatkan ku
Untuk apa dipendam sedih itu
Dia kan terus mangguncang kalbu
Dengan semua pilu
Pada dirimu
Hingga kau sadar dengan anggapanmu
Pada diriku waktu itu
Hingga binasa kesombongan di dirimu
Mengapa Baru Kau Sadar
10-04-2017
Ku buka pintu
Melihat ke arah halaman
Mengapa kau duduk disitu,tanyaku
Bukankah enggkau yang dahulu
Sudalah
Hentikan sedu sedanmu
Untuk apa kau kembali merayuku
Bukankah dia lebih kaya dan rupawan
Biarkanlah ia
Menentukan hidupnya
Ku tak ingin mencintai orang yang selalu mendua
Lebih baik ku nyatakan bahwa aku bukan pilihan
Ku tuliskan semua
Perasaan yang gundah ini
Pena dan kertas menjadi sahabat
Yang menemaniku untuk terus menuliskan surat padamu
Malam ini
Tak ada rembulan menarangi sepi
Bintang pun seolah enggan memunculkan cahayanya
Hanya deru ombak pemecah sunyi
Apa maksudnya?
Apa ia menghinaku dengan senyuman itu?
Apa ini bentuk balasan buatku?
Belum terungkap jua arti sebuah senyuman
Sudahlah biarkan ia
Seorang manita nan penuh dengan dusta
Terserahlah untuk apa difikirkan lagi
Alibi nan merusak diri
Tapi ku salah
Baru ku tersadar membaca surat yang kau berikan padaku
Teramat penyesalanku
Mengapa lain yang disampaikan raut wajahmu
Bodohnya diriku
Telah terpedaya sandiwaramu
Mengapa kau tak jujur dari dulu
Mengapa sekarang kau menusuk jantungku
Indanya cinta
Mengapa ia datang dan mebuatku terluka
Terluka dan terluka
Fikir dan kalbu pun terpedaya
Teringat olehku
Ketika pilu mendera kalbu
Terdiam diriku di dalam termenung
Fikir ini jauh berkelana