mendadak terasa: betapa sengit cinta Kita cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit menyisih awan hari ini; di bumi meriap sepi yang purba; ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata, suatu pagi di sayap kupu-kupu, di sayap warna swara burung di ranting-ranting cuaca, bulu-bulu cahaya; betapa parah cinta Kita mabuk berjalan, di antara jerit bunga-bunga rekah
"Hujan di bulan Juni"
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga it
"Kuhentikan Hujan"
Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita
/1/ Pertemuan dini hari di batas kota itu tak menghasilkan apa-apa; sedikit salak anjing untuk senyap. Tak terdengar nyanyi, Kita ternyata terlalu angkuh untuk tidak setia, terlalu gagap untuk sekedar mengingat babak pertama itu
/3/ Ada, memang, angsa menyanyi - asal kita berniat menghafal dialog kata demi kata lagi