Anda di halaman 1dari 4

Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka

Karya Sapardi Djoko Damono

ketika jari-jari bunga terbuka


mendadak terasa: betapa sengit
cinta Kita
cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit
menyisih awan hari ini; di bumi
meriap sepi yang purba;
ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata, suatu pagi
di sayap kupu-kupu, di sayap warna
swara burung di ranting-ranting cuaca,
bulu-bulu cahaya; betapa parah
cinta Kita
mabuk berjalan, di antara jerit bunga-bunga rekah

"Hujan di bulan Juni"


Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga it

"Kuhentikan Hujan"

Kuhentikan hujan

Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku

Menembus tanah basah

Dendam yang dihamilkan hujan

Dan cahaya matahari


Tak bisa kutolak matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga

Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita


/1/
Pertemuan dini hari
di batas kota itu
tak menghasilkan apa-apa;
sedikit salak anjing untuk senyap.
Tak terdengar nyanyi,
Kita ternyata terlalu angkuh untuk tidak setia,
terlalu gagap
untuk sekedar mengingat
babak pertama itu

/3/
Ada, memang, angsa menyanyi -
asal kita berniat menghafal
dialog kata demi kata lagi

-Sapardi Djoko Damono-

Anda mungkin juga menyukai