========
bermain air telaga
ketika warna bunga mekar membayang di tepinya
riak tak henti menjulurkan tangan
bercerita jauhnya laju yang ia tempuh
hanya tuk bertemu buliran pasir
bergurau tentang angin membawanya menepi
hanya tuk menyapa bibir telaga
berbisik tentang patahan ranting yang jatuh di selanya
PADA ASAMU
Ida Bagus Pawanasuta, (24/3/2012)
Bunga,
kutitip asaku meraih bintang bulan
selagi ada harapan raihlah cahayanya
jangan sia-siakan harimu berlalu
Biarlah
harapmu seluas langit biru
Biarlah
asamu terbang seperti elang
warnai dunia dengan kepak sayapmu
Bunga,
kutitip laguku nyanyikan tentang laut
ombaknya berkejaran meraih tepi pantai
seperti harapku kau tumbuh jadi kembang
harumnya penuhi setiap sudut bumi
=======
Ketika saatnya menata taman tepian telaga
dari grimis yang tdk lagi membasuh
dari angin yang tak lagi memberi hembusannya
dari terik yang tak lagi memberi hangat
dari mendung yang tak lagi menurunkan hujan
dari pena yang tak lagi memberi tinta tulisnya
dari kertas yang tak lagi memberi ruang bacanya
dari setiap sudut yang tak lagi memberi grafitinya
Catatan pinggir,28/10/13
===
Perasaan selalu menjajikan
menjanjikan rasa tidak berbatas
berbatas di sudut ingatan masa lalu
lalu rasa cinta dan dicinta
dicinta diharapkan cinta
menjadi empang
menjadi sungai
menjadi danau
dan mengisi laut
Setiap riaknya adalah cintanya
Membawa menepi bersama angin yang kadang kencang
Setiap jeram adalah kasihnya
Memeluk erat setiap sudutnya untuk turun bersama di tepiannya
(catatan pagi 21/9/14)
===
Hujan turun ketika musim panas telah lelah
Menanti sedikit air memercik
Lalu meluap melahap langkah gerah yang bertubi
Air hujan tiba saat rindu menjadi debu
Karena lupa rupa rintiknya
Tidak ingat lagi warna pelangi darinya
Air dari hujan
Jatuh di sebelah pagar
Hanya terdengar suara tibanya
Menitik di atas batu perigi
Lalu ia pergi
(Catatan pagi, 25 October 2014)
====
Breeze comes
steps in front of our door
======
Langit pagi baraut abu
ruangkan selembar halaman
bagi titik air pencari nafas
agar mengalir darah di nadi
berdenyut di jantung
===========
Awan di bukit kubutambahan
Menanti senja yang masih bernafas
Ketika anak anak masih bermain dengan harinya
Menata inginnya di lantai tanah berbatu
Awan masih rindu bercengkrama dengan rumput di sudut jalan
jadikan dirinya gerimis untuk bisa menyapa
bisikkan cerita
tentang gugusan bintang
tentang bulan purnama
atau tentang kilat dan guntur
Ia jadikan dirinya hujan
bermain tarian tanah
mandikan dirinya lumpur yang sempat kering
hanya untuk bersapa kata
lalu menulisnya di bawah lipatan batu
tentang rindu awan pada tanah
(Catatan sore,25/2/2015)
==
Sinar matahari dan awan bermain di atas bukit
seperti anak-anak desa bermain petak umpet saat purnama
sesekali sinar matahari bersembunyi di balik tebalnya awan
lalu muncul tembus awan tipis hanya untuk berkata:
Hai aku disini, kejarlah aku
Awan semakin menggumpalkan titik titik uap air
kadang menjadikannya kristal es
lalu melayang menutup setiap sudut langit
menghalangi sinar matahari dan berkata:
Hai aku telah mengepungmu, berhentilah
Sinar matahari dan awan bermain di atas bukit
tidak lagi peduli pada daun rontal menggigil
memanggil sinar matahari bawalah hangat
tidak lagi ingat pada daun intaran mengering