Anda di halaman 1dari 9

Bila saja aku pujangga

kan kutulis cerita siang hari


ketika matahari terjaga dari mimpinya
saat bermain menemani pipit
bernada pagi berdendang fajar
membelai setiap butir embun di pucuk cemara
membiarkannya lesap lalu memeluk pagi
Bila saja aku pelukis
kan kugambar setiap fatamorgana
indah walau sesaat
ketika kilaunya jatuh di mata
memasuki setiap sudutnya
dan warnanya terpaut di satu sisi
ketika putih bertemu merah ia merah muda
ketika merah bertemu kuning ia oranye
ketika kuning bertemu hitam ia hijau
ketika hitam bertemu putih ia abu-abu
dan saat ia tidak menjadi warna
ia asa dalam rasa tak pernah usai
Aku bukan pujangga
pun bukan pelukis
kubiarkan matahari memeluk pagi
kubiarkan fatamorgana asa yang tak pernah usai
(Catatan pagi 19/8/13)

========
bermain air telaga
ketika warna bunga mekar membayang di tepinya
riak tak henti menjulurkan tangan
bercerita jauhnya laju yang ia tempuh
hanya tuk bertemu buliran pasir
bergurau tentang angin membawanya menepi
hanya tuk menyapa bibir telaga
berbisik tentang patahan ranting yang jatuh di selanya

hanya tuk sampaikan pesan


ia datang
datang bersama rembulan saat malam
datang bersama mentari saat pagi
datang bersama pelangi saat hujan
datang bersama bunga saat musim kembang
datang bersama daun runtuh saat gugur
dan datang bersama rasa dalam asa
(Catatan siang,20/8/13)
===
waktu adalah milikNya
ada waktu yang bisa kita miliki
ada waktu yang harus kita lewatkan
ada waktu yang harus kita tinggalkan berlalu
ada waktu yang tak terjamahkan
waktuku adalah janjiku yang kutinggalkan bersamamu
saat aku pertama menghirup udaramu
akan menjadi bagian setiap nafasku
saat aku menghela nafasku
udaramu ada untukku
waktuku adalah janjiku menanti hidup
ketika nafasmu adalah janjimu
saat nafasmu tak lagi seharum mawar
yang menjanjikan hari
ketika itu waktuku abadikan
menanti setiap kelopak mawar
jatuh ke tanah
(catatan pinggir.9/9/13)
===

PADA ASAMU
Ida Bagus Pawanasuta, (24/3/2012)
Bunga,
kutitip asaku meraih bintang bulan
selagi ada harapan raihlah cahayanya
jangan sia-siakan harimu berlalu
Biarlah
harapmu seluas langit biru
Biarlah
asamu terbang seperti elang
warnai dunia dengan kepak sayapmu
Bunga,
kutitip laguku nyanyikan tentang laut
ombaknya berkejaran meraih tepi pantai
seperti harapku kau tumbuh jadi kembang
harumnya penuhi setiap sudut bumi

=======
Ketika saatnya menata taman tepian telaga
dari grimis yang tdk lagi membasuh
dari angin yang tak lagi memberi hembusannya
dari terik yang tak lagi memberi hangat
dari mendung yang tak lagi menurunkan hujan
dari pena yang tak lagi memberi tinta tulisnya
dari kertas yang tak lagi memberi ruang bacanya
dari setiap sudut yang tak lagi memberi grafitinya
Catatan pinggir,28/10/13
===
Perasaan selalu menjajikan
menjanjikan rasa tidak berbatas
berbatas di sudut ingatan masa lalu
lalu rasa cinta dan dicinta
dicinta diharapkan cinta

cinta terbebas dari rasa kuasa


kuasa cinta sulit memutuskan
memutuskan bertahan dengan rasa
rasa cinta
cinta bersabar
sabar dalam cinta
Cinta yang selalu memberi
memberi dan tak mengharap
mengharap dari cinta
cinta terkadang membuat luka
luka dalam cinta
cinta luka mendewasakan
dewasalah dan berterimakasih pada cinta
cinta mendewasakan memberi bahagia
bahagia cinta tulus
tuluslah dalam cinta indah
indahlah dalam cinta tulus
(catatan pinggir siang hari)(8/11/13)
=========
Keluarga seperti pohon dimana burung bersarang
Ia kan selalu menanti kembalinya sang penghuni
Keluarga lebih dari hanya sekedar pertalian garis pun ikatan energi pada darah
Mereka yang sesungguhnya menginginkan keberadaan kita ditengah-tengah mereka
Merekalah yang menyintai kita seperti embun,ia kan sirna demi menunggu datangnya sinar
matahari pagi.
Lalu memberi cintanya pada pucuk, lalu lenyap dan akan menunggu datangnya sinar
matahari pagi kembali
Keluarga adalah air springs di setiap musim
Ia kan membawa serta setiap butiran pasir
dan alurnya mengalir menjadi sendang

menjadi empang
menjadi sungai
menjadi danau
dan mengisi laut
Setiap riaknya adalah cintanya
Membawa menepi bersama angin yang kadang kencang
Setiap jeram adalah kasihnya
Memeluk erat setiap sudutnya untuk turun bersama di tepiannya
(catatan pagi 21/9/14)

===
Hujan turun ketika musim panas telah lelah
Menanti sedikit air memercik
Lalu meluap melahap langkah gerah yang bertubi
Air hujan tiba saat rindu menjadi debu
Karena lupa rupa rintiknya
Tidak ingat lagi warna pelangi darinya
Air dari hujan
Jatuh di sebelah pagar
Hanya terdengar suara tibanya
Menitik di atas batu perigi
Lalu ia pergi
(Catatan pagi, 25 October 2014)

====
Breeze comes
steps in front of our door

walks away and gone


just like the wind
take the dust from the air
take the stars from the misty night
take the sun from the blue dawn of the morning
The roads we took will bring us to meet
distance nor the time lapses
miles neither away nor seconds, minutes and hours
lessen the heart that we built with love
All those days will be part of us
never stop counting for the beauty of the coming hope
the next and after lines we draw
see every charm of the moments
among those wonderful moments and sweetest grace of togetherness
Goodbye won't be the end
It starts another page
goodbye won't be forever
Goodbye means we miss
Goodbye means we are longing
Goodbye means until we meet again
(Catatan pagi@1#1#2015)
Happy New Year 2015
Aji Pawanasuta (1/1/2015)

======
Langit pagi baraut abu
ruangkan selembar halaman
bagi titik air pencari nafas
agar mengalir darah di nadi
berdenyut di jantung

Langit pagi berbatas ruang


celahkan sebuah bilik
bagi awan tipis pencari harmoni
dan mainkan tujuh nada hari
lalu petik dawai waktunya
lantunkan lagu rindu akan ayah
nyanyin sunyi tentang ibu
dalam rritmik kosmis
lagi pagi kubutambahan
(catan pagi 1/2/15)
=======
Rindu adalah sepasang kaki tak henti tarikan langkah
Tariannya cerita anak anak di tepi awan bertelanjang dada
Lalu tengadah di tengah terik matahari membakar legam kulitnya
Sambil menanti asanya yang belum usai
Rindu adalah jemari tangan mainkan enam nada seruling jerami
Lagunya tentang timbunan harap pagi kemarin yang masih tersisa
Rimanya mainkan bunyi nafas saat hari mulai senja
Notasinya hanya jejeran angka yang masih bisa dilafal
Rindu adalah sepasang mata tak henti tatap riuh suara pucuk ilalang
Ketika angin senja hari bisikan kembali pesan dari bukit kubutambahan
Lalu larut dalam hening ketika suara malam telah memanggil
(Catatan malam,4/2/15)

===========
Awan di bukit kubutambahan
Menanti senja yang masih bernafas
Ketika anak anak masih bermain dengan harinya
Menata inginnya di lantai tanah berbatu
Awan masih rindu bercengkrama dengan rumput di sudut jalan
jadikan dirinya gerimis untuk bisa menyapa
bisikkan cerita
tentang gugusan bintang
tentang bulan purnama
atau tentang kilat dan guntur
Ia jadikan dirinya hujan
bermain tarian tanah
mandikan dirinya lumpur yang sempat kering
hanya untuk bersapa kata
lalu menulisnya di bawah lipatan batu
tentang rindu awan pada tanah
(Catatan sore,25/2/2015)

==
Sinar matahari dan awan bermain di atas bukit
seperti anak-anak desa bermain petak umpet saat purnama
sesekali sinar matahari bersembunyi di balik tebalnya awan
lalu muncul tembus awan tipis hanya untuk berkata:
Hai aku disini, kejarlah aku
Awan semakin menggumpalkan titik titik uap air
kadang menjadikannya kristal es
lalu melayang menutup setiap sudut langit
menghalangi sinar matahari dan berkata:
Hai aku telah mengepungmu, berhentilah
Sinar matahari dan awan bermain di atas bukit
tidak lagi peduli pada daun rontal menggigil
memanggil sinar matahari bawalah hangat
tidak lagi ingat pada daun intaran mengering

memanggil awan bawalah hujan


Sinar matahari dan awan
tetap bermain
tiada henti
di atas bukit kubutambahan
(catatan siang, 6/3/15)

Anda mungkin juga menyukai