Anda di halaman 1dari 6

Ujian Praktik Bahasa Indonesia

Membaca Puisi

Pilihlah salah satu puisi di bawah ini!

PUISI GUGUR

(W.S. Rendra)

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua


susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu


lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.

Ketika anaknya memegang tangannya


ia berkata :
Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
PUISI INDAHNYA ALAM NEGERI INI
(Ronny Maharianto)

Kicauan burung terdengar merdu


Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku

Kupejamkan mataku sejenak


Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk , tenang , senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan

Wahai pencipta alam


Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam

Desiran angin yang berirama di pegunungan


Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga

Keindahan alam terasa sempurna


Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna
TANGISAN AIR MATA BUNDA

( Monika Sebentina)

“Dalam Senyum kau sembunyikan letihmu


Derita siang dan malam menimpamu
tak sedetik pun menghentikan langkahmu
Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku

Seonggok Cacian selalu menghampirimu


secerah hinaan tak perduli bagimu
selalu kau teruskan langkah untuk masa depanku
mencari harapan baru lagi bagi anakmu

Bukan setumpuk Emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku


bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku
bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku
tapi keinginan hatimu membahagiakan aku

Dan yang selalu kau berkata padaku


Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersama mu
aku menyayangi mu anak ku dengan ketulusan hatiku”
LARA DALAM ABU
( Yani Triarini)

Derap langkah kaki yang menyusuri setiap lorong kelas


Riuhnya tak akan lagi membekas
Akan menggema lonceng terakhir di gedung hijau yang sering kupijak
Dinginnya setiap dinding yang dulu riuh
Akan berubah haluan menjadi rindu yang bergemuruh
Biarkan tembok hijau itu menjadi saksi
Menjadi satu-satunya pengingat sejarah kecil penuh kenangan terjadi
Sejarah kecil yang dibungkus dengan harmonisasi
Dan diakhiri dengan tangisan di hati,
tangis yang menggambarkan sulit melepas untuk pergi
Pula tangis yang menggambarkan
sulit untuk menetap lagi
Di bawah langit yang membiru
Sepasang mata saling bertemu
Lekat mata itu kian sendu
Menyaksikan akhir dari masa putih abu
Tangan itu saling merangkul
Saling merengkuh lama
untuk sebuah temu di kala nanti akan datang rindu
Lara hati menggebu
Memaksa memutarbalikkan waktu
Mengulang kenangan yang telah berlalu
Tapi kenyataannya itu hanya halu
Halu yang berujung pilu
SAHABAT TAAT

(Ust. Felix Siauw)

Kita tak lahir di tempat yang sama


Bahkan hidup kitapun jauh berbeda
Sikap ,sifat, gaya, cara kita tersendiri
Benci, murka, marah, dukapun tersendiri
Tapi kita disatukan impian yang sama
Diperjalankan dengan langkah yang tak beda
Digandengkan dengan cita-cita tak ternilai
Diikat dengan harga yang tak terbeli
Kerap kali kita berbeda pendapat dan berselisih
Bagiku aku benar bagimu kamu lebih benar
Bagiku kamu salah bagimu aku lebih salah
Dan begitulah kisah kita diuji
Apakah persahabatan ini karena Allah
Berteman memang tak mudah karena harus memahami
Berteman memang tak gampang karena ada pengorbanan disana
Terkadang aku berfikir haruskah aku sendiri berjalan

Seringkali aku tak tahan mungkin lebih baik sendiri


Menempuh perjalanan ini sendiri selesai lebih lekas
Tak perlu memikirkan siapapun selain diri sendiri
Tak usah sakit hati sebab tak dihiraukan dan tak dimengerti
Tapi itukah yang sebenarnya aku inginkan
Tidak!
Proses itulah sebenarnya harta bukan hasil
Sebab semua siap dengan hasil tapi tidak siap dengan prosesnya
Kita bisa cepat sendiri, lebih cepat sendiri, tapi kita tak akan jauh melangkah
Canda, tawa, ceria, duka, lara yang dibagi itulah arti
Maka aku ditanya tentang arti engkau bagiku
Akupun tak tau yang jelas bersamamu aku malu bermaksiat
Aku jauh dari dosa
Dengan amal dan tutur lisanmu aku lebih mudah mengingat Allah
Itulah arti engkau bagiku sahabat dalam ketaatan
Saat manusia didalam kebingungan saat kita semua dikumpulkan
Senantiasa berharap kau dan aku dipanggil Allah Ar-Rahman
Diteduhkan kita dengan naungannya, dilegakan kita dengan wajahnya
Dan dihantarkan kita dengan suara-suara yang sudah kita duga
Dimanakah orang-orang yang saling mengasihi karena keagunganku?
Masuklah syurga…
Engkau dan sahabat yang engkau cintai karena Allah  dan yang lebih mencintai saudaranya akan
mendapatkan tempat yang lebih tinggi dan disaat itu engkau dan aku, kita, akan bersyukur telah
mencintai karena Allah .Uhibbukum Fillah duhai saudaraku, sungguh aku mencintai kalian semua
karena Allah SWT

Anda mungkin juga menyukai