Anda di halaman 1dari 169

Pondokku Surgaku

Karya: Parid Sanjaya

Sebuah penjara suci


Tempat saya dididik
Tempat saya dilatih
Sebuah arti kemandirian
Tak mewah..
Tak megah..
Dan tak indah..

Dinding yang terbuat dari bilik bambu


Alas papan yang sudah lapuk
Genteng yang bocor
Dinginpun selalu menyelimuti
Suara jangkrik dimana-mana
Menghiasi keheningan malam

Dengan semua keadaan itu


Itu tak jadi masalah
Itu tak mematahkan semangat
Buat saya menuntut ilmu
Pondoku bagaikan surga
Yang selalu menenangkan jiwa
Hingga saya tak lupa
Akan nikmat sang kuasa

Ya rabb...
Keridoanmulah yang ku cari
Bukan kesenangan yang sementara
Bukan pula kemewahan dunia
Yang hanya menyesatkan
Dan membuat hati lupa.
Puisi Alam
Gaida Mahdum
Sungguh indahnya semesta ini
Dengan lukisan langit biru dan awan putih
Gemuruh ombak yang besar
Gunung-gunung yang menjulang
Senja berganti malam
Malam berganti pagi
Anugerah tuhan yang diberikan
Harus kita syukuri
Hutan-hutan yang hijau
Laut biru yang luas
Sumber kehidupan kita
Harus kita jaga dan rawat
Besae ciptaan tuhan ini
Warisan nenek moyang
Mempunyai nilai seni dan budaya
Menjadi renungan bagi kita semua

INSPIRASI KOFI
Hadhy
Hidup bagaikan tegukan
Secangkir kofi sang pembangkit
Inspirasi diri berimajinasi
Alunan yang mengalir cinta

"Sruputtt...
hitammu yang begitu manis
bait bait kosong yang terbuai
menjadi secercah butiran karya
Kenikmatamu yang menjadi candu

Kofi...
Engkau adalah kenikmatan
Terpikir masa yang menjulang
Terkadang lalu adalah waktu
Membawa hidup yang berlanjut

KORBAN KESERAKAHAN
Karya: Hasna Zafira Ramadhani

Laju kuda semakin memburu.


Lacutan kusir semakin menusuk.
Insan yang telah rusak kalbu.
Hitam sudah tertutupi nafsu.
Nyanyian anak jalanan menggema.
Di lorong dan jalan kesedihan.
Hancurnya sebuah mimpi keadilan.
Terpuruk dan terhina di palung kenistaan.
Panasnya mentari tak menyurutkan mereka.
Berjuang dalam meraih kehidupan.
Tak banyak insan yang simpati.
Perihnya hidup dijalanan.
Tanyalah pada dirimu sendiri.
Buat apa segudang jargon basi.
Jika kalian tak tahu apa artinya perih.
Perih yang dirasakan oleh anak jalanan.
Tasikmalaya, 8 Juli 2018

Diskusi Sepertiga Malam


Muhammad Fauzan Falahuddin

Di sepertiga malam
Aku tersungkur membungkuk menghadap-Mu
Berdiskusi dengan-Mu
Tentang keluh kesahku

Kuceritakan semua masalahku


Pada-Mu dzat pembolak-balik hati
Ku memohon di kemahaan-Mu
Tetapkanlah aku di jalan yang diberi ridho oleh-Mu

Ya Allah...
Jika ku lalai dalam perintah-Mu
Berilah aku petunjuk
Agar ku sadar dengan kesalahanku

Ya Allah
Di sepertiga malam ini
Ku memohon dikemahaan-Mu
Agar aku diberikan yang terbaik oleh-Mu

SECANGKIR KOPI
Karya : Raditya Nurhidayat Agnia

Warna hitam pekat


Dengan asap tipis yang kuat
Hangat, dengan aroma yang nikmat
Bangkitkan naluri hatipun terpikat

Rasa terlintas
Ketika halusinasi tak pernah lepas
Nikmat yang tiada terbatas
Saat menyentuh bibir tercipta rasa puas
Rasa berlayar jauh ke puncak nikmat
Secangkir kopi hitam pekat
Dengan aroma kuat
Yang begitu memikat

Lengkap sudah terasa


Ketika mendung langit menyapa
Sebatang rokok bersama
Dengan kepulan asap yang begitu menggoda

Terlukis khayalan indah


Seakan aku yang rengkuh
Secangkir kopi dan sebatang rokok sungguh
Kunikmati sebagai pengusir jiwa yang lelah

TAK MENGERTI
Karya : Raditya Nurhidayat Agnia

Aku berdiri bersandar di tembok ini


Memahami setiap isi bait yang ku temui
Ternyata tak bisa ku mengerti
Hanya bisa melihat dan meratapi

Aku hanyalah orang yang tidak berharga diri


Yang selalu mengusik bayangan semu
Bayangan dengan sayatan mimpi
Akupun kini terjatuh dalam khayalan bisu

Aku terlihat hanyalah diri sendiri


Menjadi rapih dalam kesunyian
Dan kini aku menjadi sunyi di setiap hari
Karena aku hanyalah bayangan semu dalam kehampaan

Bila makna penuh dengan arti


Apalah arti diriku ini
Jiwa hampa yang mencari jati diri
Mengapa aku selalu tak mengerti

Hijrah
Tanamara Esa Musta’in
Diri berdikari
Menyapu emosi direngkuh imaji
Nafsu terbelenggu
Melepas jiwa yang terkurung waktu

Bijaksanalah
Tuhan telah menurunkan hidayah

Menyaru shubuh sayu dibasuh


Bangun dari terpuruk jaga raga jangan suntuk
Mentari diatas kepala dzuhur bergema
Jiwa penat istirahat dengan solat

Datang petang
Meramu senja yang membias semesta
Ashar melintang
Kembali mengabdi pada sang Maha Suci

Semesta gulita
Langit di setubuhi mega
Suara panggilan mengangkasa
Maghrib tiba
Jamaah melangkah ke maqom ijabah
Ribuan harap menggantung dilangit;senyap

Hingga gelap
Bintang berkelap
Kumandang isya memecah senyap
Jamaah ditemani panji malaikat
Semesta bertasbih jiwa tertatih
Akan bait munajat dalam segenggam hajat

Suara senyap dalam sujud hajat


Bising di saentro langit
Harapan jiwa telah terkait
Antara Aku Bulan dan Bintang
Riyadh Rofiatul Darojat
Malam ini aku berbicara pada bulan dan bintang
Bicara tentang sebuah kerinduan yang selalu datang menyerang
Ia tak mengenal waktu, tempat, bahkan ia tak menghiraukan akan keadaan
Aku berbicara pada bulan
Bicara tentang sebuah kisah yang saat ini hanya menjadi sebuah kenangan
Aku berbicara pada bintang
Bicara tentang sebuah kerinduan yang semakin hari semakin menggila
Aku bicara pada mereka tentang sebuah keinginan tuk mengulang semuanya
Dan aku berharap pada pecinta bulan serta bintang
Agar kita bisa diberikan waktu tuk kita kembali habiskan bersama
"Indonesia Kini"
Ila Nursaadah

Indonesia kini
Tak lepas dari ikatan simpul mati
Yang membelenggu Negeri besar ini
Akibat dari ulah tangan yang licin
Dengan uang Negeri

Indonesia kini
Dipenuhi oleh orang yang keji
Yang disegani
Dan mereka diam-diam
Menenggelamkan Negeri
Dengan korupsi
Jerita Alam
Riyadh Rofiatul Darojat

Jeritnya terasa semakin menyiksa


Tangisannya terasa semakin menyakitkan
Tak ada lagi terlihat senyuman darinya
Yang tersisa hanya sebuah kenangan manis darinya
Alamku kini hancur
Alamku kini semakin tergerus oleh patung pencakar langit
Tuk kau yang pernah indah
Aku ingin kau kembali indah
Dimensi Waktu Terakhir
Alfin Alfarizi

Hari ini ku bicara tentang waktu


Dimensi yang telah membawaku dalam kenangan
Dari fajar yang menerbitkan cahayanya
Hingga senja yang menenggelamkannya

Sekarang waktuku untuk berkelana


bebas mencari apapun semauku
Tapi , ketika waktu itu tiba
Tak ada yang bisa menahan kepulanganku

Aku sadar waktu ini tak lama lagi


mungkin jadi esok hari
ku tak bisa melihat mentari lagi

Tak cukup tangisan membuatku tenang


Tak cukup tawa membuatku bimbang
apa yang harus ku bawa?

ku ingin pulang tanpa beban


bagaimana lagi sekarang
biarlah waktu yang bicara

Kini aku hijrah


Muhammad Arisalfar
Hati yang terbang menghilang
Hukum yang seakan mengakang
Melemparkan tubuh ini kedalam kesunyian
Sedikit tunduk namun bangkit
Kain putih yang sedang kucari
Menepuk tubuh ini untuk berlari
Ku coba meraih mimpi
Mewarnai tubuh ini
Tak seorangpun dapat menodai
Sekali lagi....
Hati yang menjadi pasuk
Tubuh yang menjadi tanah
Kokoh dan tak akan goyah
Aku mencintainya
Dan semoga dengan jalannya
Mengatakan yang terbaik
Menjadi seorang yang terbaik...

Kenyataan tak seindah hayalan


Muhammad Arisalfar
Hembusan kabut
Menutupkan qalbu
Menangkap bayang
Tak pernah sepi
Selalu menjadi kaku
Doa mungkin terpanjat
Tak pernah diam
Di alam hayalan
Tariklah...
Rangkullah...
Gapailah...
Tanpa lelah...

Kehidupan yang nyata


Muhammad Arisalfar
Bagaikan desahan air
Selalu ada jalan
Mencari ruang
Tuk setangkai bunga teratai
Kemudian sebuah bunga bangkai
Tak ada kala
Dan tak ada waktu
Tak pernah naik
Dan selalu turun
Kulihat begitu istimewa
Seharusnya...
Itu adalah sebuah sinar
Mata hati yang begitu gelap
Buat harta yang tak berarti
Yang harus dimiliki

Mahkota tersurat
Muhammad Arisalfar

Andai aku tahu


Masa ini
Masa hamparan debu
Jadikanku jauh
Untuk sebuah angan
Dalam sebuah isyarat
Melahirkan seribu harapan
Dan satu juta impian
Ketika mata terpejam memandang indahnya dunia
Telinga yang tertutup mendengar merdunya suara
Hidung yang terpaku menghirup segarnya udara
Sebuah luapan mata hati
Dalam untaian doa kesunyian..

Menunggu rembulan
Siska Amelia
Dalam diam ku berfikir
Sedang apa kau disana??
Berdiam diri
Dan hanya datang dimalam hari
Kemana saja kau disiang hari?
Aku tidak melihatmu,
Bahkan tanda tanda kedatanganmu
Aku sangat merindukanmu
Merindukan indah nya dirimu
Merindukan damainya sinarmu
Dalam rindu ku mengadu
Pada tuhan sang pemilik waktu
Berharap kau datang
Menyinari malamku yang kalbu
Walau terkadang,
Awan gelap selalu menghalangimu

Ayah
M Firda AS

Di setiap tetes keringatmu


Di derai lelah nafasmu
Di peuhi kasih sayang yang luar biasa
Demi aku kau rela di sengat matahari
Hujan pun tak dapat membatasi mu
Untuk akuu anakmu
Di do'a mu kan hatur kan segenap harapan
Ayah
Akan ku jaga setiap nasehatmu
Di setiap nafasku
Di relung hati akan ku hangatkan namau ayah
Akan ki korban kan semua impianmu
Hanya untuk menikmati senyum mu
Dan di ufuk senja mu. Ayah
Tetaplah bersamaku
Robby Cahyadi
Aku menetap kepulangan matahari.
sebagai datangnya namamu
Aku menjadikan namamu sebagai akhir dari perjalanan yang melelahkan
Sebagai awal dari akhir yang meniadakan.
Aku ingin tetap bersamamu meskipun tanpa ikatan yang menyatu.
Tetaplah bersamaku wahai sang kekasih!
Ku temukan jati diri ku dalam jati dirimu
Aku ingin seperti semula Menjalani hidup,
Kamu tetap bersamaku!
Jujur!
Hati ini tidak mau berpaling ke lain hati selain dirimu
Entah kenapa beribu ribu tahun kita pernah usai menghanyutkan cerita kita berdua!
Egoiskah aku waktu dulu?
Atau aku salah menilai kata cinta?
Yang membuat mu terluka.
Sungguh, Aku tak percaya dengan kata cinta,
sekarang yang aku tahu itu bahagia mu bukan memilikimu itulah tujuanku!
Adikku Pelangiku
Ressa Fatmalla

Wahai adikku...
Ketika rintik hujan membasahi bumi...
Ketika sinar mentari ikut menyertai...
ketika keduanya saling beriringan terjadi...
Yang melukiskan indahnya sebuah pelangi...

Saat aku dan kamu saling bergandengan...


Saat suka dan duka saling merasakan...
Maka kan tercipta indahnya kebersamaan...
Layaknya indah pelangi menghiasi sebuah pertemuan...

Wahai adikku...
Pelangi diciptakan berbentuk setengah lingkaran...
setengah lingkaran yang di ujungi dua bagian...
bagian bagian yang mendeskripsikan bahwa pertemuan kan berakhir perpisahan...

Namun saat pelangi mulai sirna...


Ia memberi kesan indah pesona sorot mata...
Begitu juga dengan perpisahan kita...
Yang akan memberi kesan indah kebersamaan kita...
Wahai adikku...
Aku dan kamu pernah menjadi kita...
Panas dan hujan pernah jadi cerita...
Namun sekarang semua telah sirna...
Karena terpisahan oleh mimpi dan cita-cita...

Memang semuanya tak pernah terbayangkan olehku...


Juga tak pernah terfikirkan olehku...
Maafkan aku setulus hatimu...
Doakan kepergianku demi masa depanku...

Selamat tinggal adikku...


Suara Samar
Karya:Nurul.H
Sejenak
Terdengar alunan-alunan
Menyahat hati menelusup raga
Mengalun dengan samar
Tanpa para penggemar
Mendengarnya aku teriris
Hingga aku berkelana
Dimana alunan samar itu berada
Aku menyusuri jalan remang-remang
Hangat dengan ketenangan
Teduh dengan ketentraman
Langkahku semakin ku percepat
Semakin dekat
Semakin pekat alunan samar itu
Hingga aku menemukan sebuah titik

Titik pencahayan yang sedikit terang


Aku menemukan sebuah surau kecil
Namun ketenangan yang sangat terasa
Aku melangkahkan kaki ingin melihatnya
Dan suara samar itu hilang
Aku tertegun
Alunan samar itu
Tidaklah benar
Alunan itu,
Alunan yang tak biasa
Alunan dari sebuah lantunan
Ayat suci Al-qur’an

Gambaran Kehidupan
Karya:Nurul.H

Kehidupanku
Tak seperti dongeng
Dengan sejuta realita semu

Kehidupanku
Bukan layaknya penguasa
Dengan sebuah singgasana
Dan kehidupanku
Bukanlah suatu permainan dunia
Untuk sekedar poya-poya
Kehidupanku
Layaknya sebuah penjara
Penjara dengan sejuta makna
Pengantar kehidupan surga
Itulah kehidupanku

Kau Mengabaikanku?
Karya:Nurul.H

Tipis,
Sering di abaikan
Tebal,
Selalu di tinggalkan
Hai penikmatku
Aku sumber kehidupanmu
Aku penuntun jalanmu
Dan kau mengabaikanku?

Aku tipis,
Kau mencelaku!
Aku tebal,
Kau lebih mengabaikanku
Bahkan tak melirikku.

Kau tahu?
Aku tak hanya membuatmu pusing
Dan apakah kau tahu?
Aku sumber kebahagiaanmu tanpa kau sadari
Tipisku
Bukan karena aku malas
Bukan karna aku tak semangat
Dan Bukan karna aku tak berhagra
Begitupun Tebalku
Bukan karna aku kaya
Bukan karna aku bagus
Namun itu wujudku
Tipis tebalnya aku
Aku tetaplah aku
Yang menjadi pembuka kepintaran
Canduku Yang Hilang
Karya:Nurul.H

Merenung
Menangis
Merindu
Makanan setiap hariku
Candu untuk awal kehidupanku
Candu untuk langkah kakiku
Hari berganti hari
Waktu yang terus kulalui
Merubah canduku
Yang layaknya kabut hitam
Menjadi sinar yang terang benderang
Beberapa bulan berlalu
Canduku hilang tanpa sepengetahuanku
Entah angin yang membawanya pergi
Bahkan badai yang menerjangnya jauh

Sekarang,
Kecanduanku tak pernah kurasakan
Tak pernah menghampiriku
Bahkan untuk bertegur sapa denganku

Lembaran Bintangku
Karya:Nurul.H

Kau bintangku
Kau pujaanku
Kau penuntunku
Kau,
Hanya sebuah lembaran tipis
Yang akan hilang kapanpun
Angin yang menghampirimu
Akan membuatmu terombang-ambing tak tentu arah,
Api yang melahapmu
Akan meleburkanmu tak terkendali
Air yang menyentuhmu
Akan membuyarkanmu seenak hati
Tapi tak mengapa
Berjuta ranjau yang ingin melenyapkanmu
Aku tak takut,
Karna ku menyimpanmu bukan dalam lembaran

Aku menyimpanmu dalam sebuah memori


Tanpa orang lain mengetahui
Lembaranmu
Memang bagian kehidupanku
Begitupun memoriku
Berpenghuni lembaran-lembaran ku

Kekuatan Ilmu
Karya:St.Nurmala

Setiap hari kupijakan kedua kaki ini


Setiap hari ku langkahkan
Menuju rumah ilmu
Tuk wujudkan setiap rajutan asa
Aku mencari tetesan-tetesan ilmu
Dari sang pahlawan
Tanpa tanda jasa
Demi kemajuan
Demi cerahnya masa hadapan
Arloji pun kian berputar tanpa henti
Semua seakan menjawab kegelisahan hati
Bahwa tak ada yang abi
Tuk diperjuangkan dimuka bumi
Kecuali thalabul ilmi
Semua insan bahagia karena ilmu
Segalanya mudah karena ilmu

Lantas...
Masihkah kalian ingin
Menerbelakangkan kekuatan ilmu
Bukankah dengan ilmu kau akan mengenal dunia?
Dan disaat kau merasa lelah
Ingatlah…
Tak ada perjuangan yang sia-sia
Dalam setiap pencarian
Karena ilmu mempunyai kekuatan
Bagi insan yang tak mau mengenal lelah

Mimpi dan Harapan


Neng Ida Syarifah
Pena kecil menaruh impian
Tinta hitam dengan berjuta harapan
Perjalanan melalui proses pengabdian
Ilustrasi gambar kehidupan
Tangga penilaian mencapai tujuan
Meski kelak temukan celah penghalang
Tekad kuat meyakinkan
Tak mungkin terjerumus curamnya jurang
Lihatlah semakin banyak jiwa manusia
Semakin banyak menaruh harapan
Semakin banyak ilmu dunia
Ilmu agama dan pendidikan
Menyerah bukan saatnya
Mundur bukan waktunya
Bila tak kau dapati saat ini
Mungkin esok ataupun lusa yang menggantikannya

Rindu Malaikat Tak Bersayap


Karya: Siti Nadzrotun Nisa

Rasa yang menyelimuti kerinduan


ini

Tiada jeda aku berbisik pada bumi

Bersepi dengan malam yang sunyi

Sebuah kenangan manis yang menghiasi

Selalu ku simpan dilubuk hati

Biarlah waktu yang mengobati

Akan kerinduan ini

Hati meneriaki ingin sekali bertatap


Bertemu walau hanya dalam mimpi

Biarpun sekejap namun tak mengapa

Oh ibu aku rindu..

Waktunya Pulang
Faiqoh

Kuning
Bendera kuning
Tak ku sangka secepat itu ku lihat kau
Gulita nya malam nan dingin menusuk hati
Tetapi sang bintang berkelip tenang
Seolah hendak berkata padaku
Kau jangan bersedih
Mata mata itu..
Merah. Basah
Ku langkahkan kaki lemahku ini mendekat,
Lebih dekat.
Pahlawanku,idolaku,panutanku..
Tubuh kekar mu,
Dingin. Diam. Tak bergerak.
Oh Tuhan, secepat ini kah?
Aku masih merindunya
Aku masih ingin bersamanya
Tak sempat diri ini buat kau bangga
Tapi,Sang Pencipta telah merindukanmu pulang.
Inilah saatnya,
Waktumu habis
Waktunya pulang!

Shindi Abi Wafiq Azizah


Judul : Mohonan Jera Tak di Gubah

Angan ..
Bergelung relung
Berlimpah ruah
Menggunung junjung
Menitik petik

Hempas ..
Pucuk tombak ditelan bumi semesta
Ulah insan tak selalu digeming
Cicit semut pun terseret kehausan nafsu
Apa kata?
Kita hanya termangu

Pandang ..
Bejadnya ulah perombak
Tak henti memporakkan alam
Tak henti melumpuhkan jagad raya
Tanah dilahap
Pohon dicerna
Langit diraup
Air dihisap tanpa pikiran matang
Apa kata?
Apa laku?
Kenapa? dan kenapa?

Wahai insan ..
Mohonanku dicurahkan
Secoret tinta tertuliskan
Kembalikan eloknya bumi
Hasil manis kemudian hari
Karya : Shindi Abi Wafiq Azizah
Deraian Palestina

Ting.. ting.. ting.. ting


Gemetar tabir kehidupan
Dibawah rayuan langit
Diatas hamparan tanah
Dibukanya gerbang keadaan
Diam..
Cukup diam

Ting.. tong.. ting.. tong


Suaranya semi menyelundup
Berdegup hati sanubari kami
Cermat ..
Perlulah cermat

Duaaarr..
Berdentum tergoyahkan
Ini memang ini
Ya memang ya
Pandanglah arah kanan
Mereka tertindas
Pandanglah arah kiri
Mereka tertekan

Duaaarr..
Sekali lagi senapan dijulurkan

Darah makanan mereka


Tangis banjiri mereka
Tua muda
Remaja dewasa
Laki-laki wanita
Sehat sakit
Kaya miskin
Terseret senapan tak berperikemanusiaan
Terseret bejadnya makhluk haus nafsu
Laknatullah..

Hati ini luka


Hati ini pedih
Saudara kami luluh lantah
Saudara kami dibumi hanguskan
Saudara kami terhapus habis

Yaa Robb..
Hanya kepada-Mu do'a terpanjatkan
Menadahkan tangan-tangan selalu
Seraya penuh harapan
Aman sejahtera makmur mereka
Itu anganan ..

Kiki Zakiyatul Arifah


Kelas : XI IIK 1
Judul : Kesendirian
Dikesepian malam aku sendiri
Pikiran menerawang menjelajah angkasa
Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap
Sehingga bisa ku nikmati indahnya rembulan
Beserta gemerlapnya minggu bintang

Semilir angin berhembus perlahan


Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan
Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan
Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur
Semua gundah dan keresahan hatiku

Ketika malam semakin larut


Aku sadari akan kesendirianku
Semuanya memang penuh ketidak pastian
Kecuali.. bisa kunikmati sisa hidup ini

Dengan cinta dan kasih sayang


Dimana semuanya serba tulus
Dimana semuanya serba ikhlas
Dimana semuanya penuh kerelaan
Tanpa pamrih dan pengharapan

NYEBUT
Silvina ananda

Bila nama sudah dicabut


Harta sudah pada direbut
Semua orang sudah pada cabut
Ketika semuanya sudah menjadi kenangan
Benak berkabut ego pun menjadi hanyut

Semua topeng berstatus serabut


Tidak ada lagi orang-orang pada menyambut
Disitulah orang biasanya hati dan lisannya nyebut
Bila masa jayanya hanya lisan saja yang nyebut

Dan itu masih ada keuntungan,karena masih ada kesadaran yang berlanjut
Namun bila tidak,maka hati dan lisannya akan berkalang kabut Sampe kain kafan ia
berselimut
Rajin nyebut allah dalam hati dan lisan
Insyaa allah hati lembut
Hingga ajal menjemput

Seperti Mentari
Lisdiana

Sadarilah ia selalu menantimu,


Setiap waktu saat sendiri,
Kesepian dalam ruang hampa,
Sampai kehadiranmu merubah kehidupannya
Meski waktu terus berlalu
Ia tak pernah melupakanmu
Sedetikpun, dalam siklus waktu
Ia selalu merindukanmu

Setiap nasihatmu, ia ingat


Setiap dukunganmu, ia rasakan
Dan setiap senyummu, ia rindukan
Guru adalah mentari yang menghangatkan, untuknya.
[29/7 11:02] Lisdiana: "Detak Cinta"
Terenyuhku dalam tatapmu
Tiada mungkin semua ini semu
Mataku dan matamu saling beradu
Dalam gelora yang bernama rindu

Rumus dalam otakku lenyap


Semua karena ulah matamu yang redup
Mataku tak dapat bekedip
Tertahan silau dirimu yang tetap
Berdiri tegak dan masih menatap

Jantungku berdetak lebih cepat

Karena ulah dirimu yang kian mendekat


Kukira engkau akan berbuat
Sesuatu yang membuatku bahagia,
Hingga akhir hayat
Nyatanya kau hanya sekedar lewat

Kau membuatku lemas


Hanya dengan tatapanmu,
Yang lembut bak kapas
Lalu menghilang bagai tertiup angin
Oh benarkah ini Cinta?
Saat ku tatap matanya
Beribu bunga menerpa

Diriku yang masih terpaku


Menatap kepergian dirimu
Walau kutahu kau tak pernah mau
Hanya sekedar menyapa diriku

Damai
Lisdiana
Sunyi ajarkan aku tentang semua ini
Semua rasa yang sulit dimengerti
Tentang aku, kamu, dan dia

Damai tetaplah bersamaku


Isi hariku dengan kedamaianmu
Walau kutahu, hati berdusta tentangmu

Satukan aku lagi


Dalam kedamaian hati
Yang bukan sekedar ilusi
Menyesap setiap waktu
Tak lagi berharga semua itu
Jika tanpa hadirmu selalu

Tentang Hadirmu
Lisdiana
Terkadang hadirmu semu
Dengan seulas getir senyummu
yang tak berarti rindu

Sampai petang bergelayut manja


Aku akan senantiasa
Berdiri dan menyapa

Retaknya bagian ulu hati


Karena dirimu tak peduli
Dengan keadaanku lagi

Awan hitam dan rintikan hujan


Jatuh ke atap bumi perlahan
Menghadirkan sebuah goresan.
Kau Sahabatku
Elsa Yuriska

Perkenalan yang sangat singkat


Bermodalkan nama aku bersamamu
Hari hariku mulai bersamamu
Semua masalah, ku curahkan padamu
Dengan senang hati kau mendengar keluh kesahku
Nasehat darimu selalu ku dengar
Perbedaan pendapat yang menjadi bumbu persahabatan kami
Ego yang menjulang tinggi di diri masing masing-masing
Sedih,bahagia sudah kita lalui bersama
Namun kini telah berbeda
Jarak menjadi penghalang kita bersama
Aku merindukan hari hari bersamamu
Aku merindukan sosok dirimu
Kau sahabat terbaik ku
Terima kasih telah menjadi sahabatku
Rindu adalah candu
Wilson Naajihin
Saat gemerlapku di setubuhi jeritan sepi
Putaran rosario semakin tertangisi
Hening tanpa sepercik cahaya
Disudut kota Cipasung semilir senja merapal
Terhuyung hilang tanpa sepotong tali

Sungai, mengapa wajah beningmu surut


Hutan, mengapa rambut hijaumu kian pudar
Lalu siapa yang menemaniku kembali
Diatas lorong-lorong, saksiku terkesima
Kulahap rasa menepuk sanobari

Eksistensimu membius pikun kehilangan


Bising gemuruh anggunmu menusuk nadi
Berlutut menengadah kutumpahkan nestapa
Mengaduk lirihmu menyatukan alunanku
Hadirmu menyulap rindu menjelma candu
INDAHNYA JADI SANTRI
M.Mufti

Indahnya menjadi santri


Hobi ngaji
Doyan ngopi sambil ngerumpi islami
Surganya pas libur ngaji
Nerakanya pas kena sangsi
Bahagianya pas bisa ngaji
Paling anti sama diskriminasi
Gak punya pacar : gak rugi
Gak ada motor : jalan kaki
Ga ngaji : tidur aja lagi
Kerjaanya : serba ngantri
Ada rezeki : saling berbagi
Kalau makan pake baki
Dan tak lupa sama ikan teri
Keajaiban pagi
Silviafw

Jingga fajar yang indah


Tak kalah dengan senja
Mentari muncul malu malu
Diantara kabut yang letih
Kesejukan yang menyambut hati
Membangun kan dari tidur ini
Menunaikan salat dan doa doa
Sang pujangga dari pejuang subuh
Dengan perlahan
Membumbung doa ke langit pagi
Malaikat tak bersayap
Halisa p
Ibu adalah madrasah pertama bagi anak
Sosok penting penentu kesuksesan
Perkataannya adalah doa
Dan doanya adalah senjata
Hatinya penuh kelembutan
Dan tubuhnya bagaikan perisai
Pikirannya selalu memikirkan kita
Tapi tidak ada satu pun keluh kesah darinya
Yang ada kita sering mengeluh padanya
Mungkin inilah yang dinamakan cinta murni
Yang tidak menghitung untung rugi
Cinta yang bersimbiosis mutualisme

Harapan yang semu


Yuniaw
Saat aku termenung dlam gelap
Saat itu pula aku dalam kekacawan
Hari itu mulai redup
Kebahagiaan yang sudah berlalu
Saat esok aku bangun
Dengan sejuta harapan
Tetapi semua itu bohong
Aku hanya insan yg penuh dosa
Tak ku bisa menggantikan
Sosok dirimu yg sempurna
Oh tuhan ijinkan aku ..
Untuk bisa menjadi yg terbaik
Oh tuhan , aku ingin semua
Keadaan itu kembali
Kembali menjadi kebahagiaan.

Cerita persahabatan
Oleh andini

Terukir indah dalam senyummu


Sebuah cerita persahabatan
Berusaha kita menyatukan sebuah perbedaan
Memang tak mudah untuk menyatukan
Bak seperti membelah batu besar
Tak semudah membalikan telapak tangan
Kau tahu kawan aku tak sempurna
Dan akupun tahu kau tak sempurna
Kumuhon kawan jangan pergi
Kemarilah mari kita saling lengkapi
Bukan malah saling mencaci
Persahabatan kita indah seperti senja di sore hari
Indah seperti pelangi setelah hujan reda
Tenang seperti air mengalir
Dan hangat seperti mentari pagi menyinari bumi
Kuharap tak ada yang mengotori persahabatan ini
Apalagi dengan masalah hati

Sorban Malam yang Hilang


Akhmad Nurul Mutamam
Kisah hati yang menungkup dalam layuan
Merangkak malam dalam kutub selatan
Angin menghembus kesucian dalam balutan sorban
Aku menginjaki cerita disepertiga malam
Balutan sorban yang kau kenakan
Menghambis rindu dalam penjajahan

Hati yang tak rasa namun memaksa


Untuk bersama walau tak sama
Turun waktu, cahaya insan bersinar
Naik waktu, cahaya hati memudar

Kemanakah tumpukan seorang anak hilang dari ibunya


Mungkin malam hanya sebagai saksi kasih rindu dengan-Nya
Sorban malam tak usam dalam balutan cerita kasih
Mengagguk malu dengan hati yang bersedi

Melodi
Devi Dewanti Aprillia
Hatiku bersuara
Dalam gelap penuh irama
Terciptalah syair untuknya
Tentang melodi cinta untuknya
Saat melodi itu terhenti
Ku bawa sang mentari pagi
Temani kau melodi hati
Untuk hiasi rindu ini
Pesonamu memikat hatiku
Meluluhkan seluruh jiwaku
Seakan ku menjadi ratu
Di singgasanamu
Beralunlah wahai melodi
Alirkan bersama di musim semi
Sampai menggelora di hati
Tertahta bersama angin suci

Meraih Mimpi
Siti Nurlaela
Tapakilah jejak diri,wujudkanlah mimpi
Dan yakinlah kan kau raih
Lakukan dari hati beri yang terbaik
Pasti kan kau raih
Percayalah,waktu tak pernah menyediakan kesia-siaan
Bagi mereka yang berjuang dan bekerja keras

Dan ketika mimpi yang begitu indah


Tak pernah terwujud,ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu
Dan tak pernah sampai,ya sudahlah
Jangan pernah kau menangis
Demi mimpi yang gagal

Dan buat apa menangis,jika masih ada senyum


Buat apa juga kau mundur,kawan
Jika hidup berjalan maju
Bila kau terjatuh,
Segera bangkit dan bangun
Pusatkan pikiran dan tetap melaju

Dalam gelombang
DelaRahayu
Alun bergulung naik mninggi
Turun mlambah jauh k bwah
Lidah ombak menyerak buih
Surut kembali d air gemurh
Kmi mngaln d smudra mu.
Brsork gembra tinggi mmbukit.
Sdih mngaduh jtuh kbwah
Slih brganti tiada brhnti
D dlm ska d dlm dk
Wktu bhagia wktu mrana
Msa trtawa masa kcewa
Krni berbuai dlm nafasmu
Tiada kuasa tiada brdaya
Turun naik dlm ramau-mu
Rindu
Aulia Ratu Assifa Alunia

Hanya ruang sepi


Menjadi teman sendiri
Tak ada bintang bersinar malam ini
Hujan pun mengiringi sepi
Hingga benar benar sendiri
Terselimuti rasa rindu tak terobati
Secercah asa menanti
Tepiskan gundah di hati

Kenangan bersamamu
Masa kecilku
Terasa indah bersamamu
Ku mengharap kau ada bersamaku
Hingga seterusnya
Agar ku tak sendiri saat sepi
Cinta
fitriov

Cinta datang dan pergi seperti angin


Membuat siapa saja yg merasakannya bahagia
Dia tak terlihat namun bisa di rasakan

Perasaan itu bisa datang kapan saja tanpa kita sadari


Cepat atau lambat seseorang akan merasakan cinta

Terdapat dua cinta


Satu cinta yang salah karena nafsu
Kedua cinta yang indah karena iman

Cinta tak mungkin merusak


cinta datang dari langit
Allah swt anugerahkan sebagai fitrah pada hamba Nya yang merasakan
Tanah surga
Didah Nurfaridah
Sejauh mata memandang
Dibawah naungan langit yang membentang
Indahnya negeri ini
Berkat kuasa yang ilahi
Tapi sayang seribu kali sayang
Negeri ini telah banyak yang hilang
Dibilangnya tanah surga
Tapi mengapa dipenuhi dengan drama
Banyak orang yang membuat surganya sendiri
Tanpa memikirkan hancurnya negeri ini
Inikah yang dinamakan tanah surga
Apakah ini negeri yang damai nan sejahtera
Masih banyak rakyat yang menjerit
Melihat kenyataan hidup di negeri yang pahit
Tanah kita yang mulai dikuasai orang asing
Tak adakah semangat yang menyingsing
Tuk kembali merebut tanah surga kita
Waktu yang hilang
Andini putri
Tak pernah terbayang
Dirimu kan pergi begitu cepat
Bergulirnya kau seperti senja
Indah namun meninggalkan luka
Hati ini kembali terluka dan hampa
Oh waktu,
Bisakah lebih lama saat itu
Aku bahagai berada diantara ribuan manusia
Oh waktu,
Akankah kau kembali seperti sedia kala,
Jawaban nya pasti akan kembali
Namun tampak berbeda tak seperti hari kemarin
Oh waktu
maafkan aku ketika menyianyiakan kedatanganmu
Kini hanya Sesal lagi dan lagi
Namun penyesalan kini tampak tak berarti
Bahkan menangispun tak ada guna lagi
Jangan pergi
Oleh : andini
Kini Aku sendiri
Ditemani sepi
Hening suara tanpa bunyi
Kumenangis meratapi nasib ini
Jiwa ini tak sanggup tuk sendiri
Wahai sang dambaan hati
Kemana engkau pergi
Kembalilah,ku mohon
Jangan pergi
Temani Aku disini
Perpisahan
Oleh : Andini

Ada saat dimana kita bertemu


Lewat temu yang tak di sengaja dan tak terduga
Pertemuan Pertama Kita tak mengenal Apa apa
Kita bagaikan bayi yang baru terlahir ke dunia
Dan kini tak terasa kita telah dipenghujung waktu
Dimana perpisahan telah tiba
Air mata mungkin mengalir Juga
Jarak dan waktu Bukan Jadi pembelenggu
Mereka berdua hanya ujian yang harus dihadapi
Jangan Takut dengan semua itu
Ini Hanya Masalah Waktu
Sekali lagi ini hanya masalah waktu

Rindu
Oleh :Andini
Seperti Balutan kapas yang lembut

Seperti gemuruh air laut

Seperti kicauan burung burung dilangit

Diam diam kau merasuki hatiku

Mengambil akar sadar jiwaku

Menjerumuskanku ke dalam kerinduan

Rindu Hanya satu yang kau mau

Temu yang tak semu

Rindu sepertinya kau selalu egois

Namun tak ada yang mampu melawan egomu

Mungkin ini yang kau mau

Temu, temu, dan temu

Ibu
Damai Fadilah
Ibu pengorbananmu sungguh mulia
Engkau bidadari terindah didunia ini
Engkau sayap pelindungku disaat aku membutuhkanmu
Aku sangat bangga kepada mu, jasamu tak tak terhitung bagaimana aku berterima kasih
kepadamu ....
Kau mutiara terindah yang aku punya
Kau membesarkan anak mu dengan penuh kasih sayang, hati mu selemut mutiara ....
Aku sangat menyayangimu, aku sangat bangga kepadamu, aku akan membahagiakanmu ....
Ibu ....
Tiada kehangatan tanpa ibu
Tiada kekuatan tanpa ibu
Ibu kau segalanya bagiku
Ibu maafkan aku bila salah
Ibu maafkan aku bila membangkang
Jangan menangis ibu
Aku akan membahagiakanmu
Aku akan tuntun ibu ke surga

Karya : Novia Wulandari


RASA INI
Aku binggung dengan perasaan ini
Perasaan yang muncul
Dengan membawa suatu kebenaran
Bahwa aku menyukai seseorang
Dalam rasa ini
Ada suatu pengharapan dalam diriku
Ingin aku katakan padanya
Bahwa aku menyukai dirinya
Sering aku menatapnya
Agar dia tahu
Ada seseorang yang memperhatikannya
Sering aku tersenyum padanya
Agar dia tahu
Ada seseorang yang ingin dia tersenyum
Aku heran dengan rasa ini
Rasa untuk sebuah harapan
Yang aku sendiri tahu
Harapanku hanya sebuah hayalan
Ingin ku hilangkan rasa ini
Tapi tidak dengan hatiku
Munkin suara hati lebih tahu
Dari pada apa yang terlihat

karya : Wulan Sucy


Bakti
Kirana Kehidupan
Berterus teranglah seorang insan
Lemah dan tak ada guna
Tanpa kehendakmu, sang kuasa
Do'a peminta tak henti terucap
Seorang umat yang berserah
Sosok dengan salah dan dosa
Pengharap ridho pencipta
Indahnya hati penuh bakti
Kuasa illahi umat menanti
Bakti diri pada illahi
Janji suci terucap hati

Kejora
M Firda AS
Cahayamu yang terang
Membuat langit malam tampak indah
Dari semua bintang yang ada
Hanya sinarmu yang paling terang
Kau berada sangat jauh
Tidak bisa ku menggapaimu

Dalam kesunyian malam


Ingin ku ditemani bintang-bintang
Ingin aku katakan
Bahwa aku menyukai seseorang
Ingin ku duduk bersamanya
Sambil menatapmu dari kejauhan

Kejora ....
Aku ingin kau tahu
Dalam kesendirianku
Ku selalu menanti kehadirannya
Dalam lamunanku
Selalu terlintas wajahnya
Dan dalam hatiku
Telah terukir namanya

Kejora ....
Aku minta padamu
Jagalah dia dengan sinarmu

Sahabatku
M Firda AS
Senang memiliki sahabat sepertimu
Ingin ku genggam dunia bersamamu
Lewati semua rintangan
Penuhi hidup dengan harapan
Indah hariku karna mu
Dengan mu aku merasa nyaman
Padamu ku katakan isi hatiku
Kau tempat berbagi ku
Kau tidak pernah tersinggung
Dengan apa yang aku katakan
Kau sering menenangkan ku
Saat hatiku sedang gelisah
Kau selalu menjadi teman
Dalam kesendirian ku
Kau adalah seorang sahabat
Dalam suka dan dukaku
Sering aku tertawa
Karna candaan-candaan mu
Terima kasih atas kehadiran mu
Kau buat hidupku lebih berwarna
Ingin rasanya aku memeluk mu
Ingin ku katakan pada dunia
Kau adalah sabahat terbaikku
Dimana pun dan sampai kapan pun

Karya : Muhammad Rafi


Kelas : XII ips 4

Politik

Apa itu politik?


Dari aku kecil, sampai usiaku
Sekarang ini belum faham
Apa itu POLITIK?
POLITIK ....
Orang-orang dewasa membicarakan politik
Sampai aku berfikir mengapa
Orang-orang suka dengan POLITIK
O .... Mungkin semua usaha
Yang di tempuh untuk mewujudkan sesuatu perlu, POLITIK
Ada POLITIK syah,
Ada pula POLITIK tidak syah
Namu yang aku tahu
POLITIK zama ini adalah
POLITIK yang berantakkan
Halal haram tak di indahkan
Sampai para hartawan
Walaupun kadang POLITIK
Itu menyesatkan ....

Wahai....
Para pemimpin hasil
POLITIK LICIK!
Tertawalah
Dengan mempermainkan POLITIK !
Namu ingatlah wahai yang suka berpolitik kotor
Mungkin kau tak akan gentar dengan pengadilan dunia yang longgar ....
Namun pengadilan Tuhan yang ABADI
Akan menghukummu dengan Azabnya di neraka nanti
Ryan Nurahman
Optimis Masa Yang Akan Datang
Aku masih berjalan sendirian
Merunduk dalam tertawaan
Sering aku merasa jatuh sedalam-dalamnya
Sering putus asa menghadapi semua
Dan harus bangkit sendiri
Demi hidup yang harus berlanjut
Tapi remuk rasanya
Pedih terasa
Luka di dada masih belum sembuh juga
Tapi kuncup pasti akan mekar
Mentari akan terbit lagi
Dan hujan segera reda
Ketika semua masih tertidur
Aku harus memintal benang-benang masa depan
Tapi tenang saja
Semua pasti ada harganya
Dan,
Aku mampu mencapai citaku yang besar
Bimbang
Karya : Muhammad Wildanurifky

Sore ini.
Dengan hiasan sang senja yang tak lagi berirama,
membuatku sedikit gugup akan puisi ini..
Susah sekali antara ingin dan pasti,
bisa bersatu kembali.
Tetapi, keyakinan terhadap sang maha,
sangat patut untuk dirasa.
Rona wajahmu,
hampir bisa terukirkan dalam sekoci dan sampan ku.
Yang saat ini ingin berlabuh ke dalam lautan cinta.
Apakah mungkin.
Tanpa judul,
semua akan berjalan seperti biasanya?
Kurasa mungkin saja,
karena sang maha bisa memperlakukan seutuhnya
tanpa bisa dikekang oleh akal manusia.
Di Balik Seruan Pahlawan
M Firda AS
Kabut…
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung…
Bertandakah hujan deras
Membanjiri rasa yang haus kemerdekaan
Dia yang semua yang ada menunggu keputusan Sakral

Serbu…
Merdeka atau mati Allahu Akbar
Titahmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcing menyatu
Engkau teruskan Menyebut Ayat-ayat suci
Engkau teriakkan semangat juang demi negri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi

Kini kau lihat…


Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpahan darah para penjajah keji
Gemelutmu tak kunjung sia
Lindunganya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan Indonesia Abadi.
Untuk Pahlawan Negriku
Mulyaddi

Untuk negriku...
Hancur lebing tulang belulang
Berlumur darah sekujur tubuh
Bermandi keringat penyejuk hati

Ku rela demi tanah airku


Sangsaka merah berani
Putih nan suci
Melambai-lambai di tiup angin
Air mata bercucuran sambil menganjungkan do’a
Untuk pahlawan negri
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagat raya
Hanya jasamu yang bisa ku lihat
Hanya jasamu yang bisa ku kenang
Tubuhmu hancur lebur hilang entah kemana
Demi darahmu…
Demi tulangmu…
Aku perjuangkan negriku
Ini Indonesiaku

Dosaku Melemahkanku
Karya : Sari Ulfah Khofifah
Resah kurasakan
Gundah hati ini
Hafalan ku rapuh
Ilham enggan menghampiri
Cahaya enggan menyapa
Ilmu berlarian
Rezeki pun enggan mendekat
Terpuruk dalam zona penyesalan
Penuh kesengsaraan
Aku lemah
Tak berdaya
Karena dosaku
Hanya rahmat-Mu
Yang aku harapkan
Ini..dosaku
Kau balas ketika di dunia
Entah bagaimana pedihnya
Balasan-Mu kelak di akhirat
Aku lemah
Karena dosaku
Dosaku
Melemahkanku

Pilihan
-ilham abdul aziez

Cinta itu bukan hanya perasaan


Cinta itu bukan hanya keinginan
Cinta itu bukan hanya kebutuhan
Cinta itu bukan hanya pelampiasan
Namun cinta itu sebuah pilihan
Dimana kita harus memprioritaskan
Menyingkirkan semua keinginan
Hanya untuk sebuah hubungan
Memang ini sebuah pembodohan
Dimana kita harus berkorban berlebihan
Tidak ada yang bisa dibenarkan
Di dalam sebuah hubungan
Semua pandangan di gelapkan
Semua masukan dihilangkan
Merasa cintanya paling benar
Cinta terkadang membutakan

CINTA TERLARANG
ai Dian, 29 juli 2018
Asmara ini semakin saja menjadi
Semakin hari aku semakin mencintainya
Aku telah terjebak dalam zona ini
Semakin ingin menjauh hati ini selalu menolaknya

Aku takut dia marah


Aku takut dia cemburu
Aku takit lebih cinta pada ciptaannya
Aku takut semakin jauh darinya

Cincin ini semakin mempersatukanku


Membuatku sulit lepas darinya
Aku merasa telah jatuh dalam jurang itu
Aku sangat menyesalinya

Aku manusia yang bodoh


Yang tak mengerti arti cinta yang sebenarnya
Aku mau tertipu dengan rayuan gombalnya
Yang tercipta hanyalah aku seorang yang lalai

Lewat mimpi
Muhammad aris
Tadi malam...
Saat tanganku bergerak
Menceritakan semuanya
walau kadang hati masih menolak
Tetapi luapan nafsu yang bergejolak
Membawa tangan ini terjun
Kedalam putihnya kehidupan
Tak pernah kusangka
Dan takku kira
Denyut jantung jam takku hiraukan
Hembusan angin tak kurasakan
Karena hati yang terpaku
Memikirkan semua tentangmu
Lewat tinta hitam
Kuceritakan...
tanpa kusadari
huruf demi huruf
Kata demi kata
Bahkan kalimat demi kalimat
Menjadikan saksi
Selalu menjadi kenangan
Pernah kusadar
Pernah kuberfikir
Ini tak kan berarti
Karena ini jalan illahi
Yang mesti ku jalani
Disaat bulan tertawa
Bintang tersenyum
Kuyakini dengan kekuatan cintanya
Menarik jasad ini
Dan menuliskan "ini yang terbaik"
GORESAN PERBEDAAN
siffa damayanti
Kulihat si tua dengan gerobak sampahnya
Si Kecil dengan gitar mungil
Si Jalang dengan muka malang
Berjalan diantara megah perkantoran
Terhimpit oleh elit perumahan
Dan semakin terjepit mewah kendaraan
Goresan tinta perbedaan
Yang jelas menggambarkan ketidakadilan
Di tengah compang camping catur perpolitikan
Aku adalah buku
Nisa Siti R

Setiap hari ku dibawa


Setiap hari ku dibaca
Setiap hari ku diusap
Aku bagaikan baju tanpa kancing

Banyak orang yg tertarik dengannku


Karena bentukku adalah kotak
Isiku adalah ilmu
Lembarannku adalah halamannya

Tapi....entah knp
Banyak orang yang benci
Dan jahat padaku
Aku diterlantarkan
Aku dibanting
Aku dihancurkan
Bahkan aku dijadikan bungkus makanan
Apa salahku...
Aku adalah buju
Bukan samapah
Yang selalu dihina

Rindu Muhammad
Nisa Siti R

Muhammad...
Apakah engkau tahu ?
Betapa aku sangat mengagumimu
Dan aku sangat merindukanmu

Setiap saat namamu selalu diingatanku


Perjuanganmu tak akan ku lupakan
Kegigihanmu sungguhlah dahsyat
Demi memenuhi perintah-Nya

Muhammad...
Setiap saat ku selalu menyebut namamu
Dengan seruang shalawat yang indah
Ketika namamu disebut Muhammad
Semua pun menjawab SAW

Memang benar ..
Kau patut di kagumi oleh semua
Kau patut dirindukan
Kau patut diberi gelar.
Ya muhammad ..
Tahukan engkau?
Apa yang ku kagum darimu?
Akhlakmu.....ya akhlakmu
Akhlakmu begitu mulia

Dan wajahmu memancarkan sinar


Melebihi sinarnya matahari dan bulan
Bahkan kau memiliki hati yang lembut
Maka tak salah aku mengagumimu

Muhammad...
Aku rindu
Aku rindu sekali
Begitu ku mengingat perjuanganmu
Tetesan air mata pun jatuh di pipiku

Ya allah..
Sampaikanlah rinduku kepadanya
Temukanlah aku dengannya
Di jannah-Mu
UJUNG PENANTIAN
Nama: Hasna Zafira Ramadhani

Ayam berkokok setiap pagi


Detik waktu terus mengejar
Rintikan hujan tak hentinya membasahi
Akankah usai penantian selama ini?
Semangat juang mulai membias
Obat rindu tak sering jumpa
Hanya secarik janji yang kubaca
Haruskah ku menanti dirinya?
Berjuang dalam kesunyian
Bertahan dalam kefanaan
Bernaung dalam kegelapan
Berharap dalam keikhlasan
EGOMU EGOKU EGO KITA
Karya: Ayu Fauziah
Senyum tersungging indah
Menyapa berbalas kata
Awal jumpa?
Terkesan biasa
Satu semester
Dua semester
Dilalui bersama
Tanpa banyak bicara
Beranjak dewasa bersama
Pemikiran berkembang hampir bersama
Satu tahun terjalin sudah
Pertemanan dalam ketatnya persaingan
Egomu terkadang muncul
Memberi luka yang membekas
Pada orang yang dianggap kawan
Egoku tak mau mengalah
Sering menorehkan rasa benci
Tanpa sadar kawan menjadi musuh
Ego kita
Ternyata masih ada
Akankah terus seperti ini?
Kuharap tidak!
Ego kita
Mendekatkan raga
Menjauhkan hati
Akhirnya...
Pertemanan kita
Tak setulus senyum perkenalan dulu
Tasikmalaya, 30 Juli 2018
TERASING
Karya: Ayu Fauziah
Bayang masa kecil terlintas
Kala kutatap wajahnya
Tak terasa
Bibir ini tertarik ke arah berlawanan, tersenyum
Merindu!
Kuhirup udara senja
Angin berdesir menyusup masuk
Kedalam tulang rusukku
Perasaan menyesal menyeruak datang
Wajahnya telah berubah
Ia terlihat bersedih hati
Dalam kebisuan ia menangis
Ibu pertiwi menangis
Kuasanya perlahan hilang
Meninggalkan luka
Menyayat hatinya
Ibu pertiwi terasing di keramaian
Kebahagiaannya terenggut keegoisan
Kenikmatan sesaat yang menggoda
Membuatku menanggalkan kedamaiannya
Kini aku sadari
Aku juga terasing di bumi sendiri
Ibu pertiwi benci padaku
Anak bangsa tak tahu diri
Tak tahu balas budi

SI KECIL TERTINDAS
Karya: Ayu Fauziah

Jerit tangis memilukan


Menyeruak meledakkan kesedihan yang dahsyat
Menyayat hati merobek jiwa
Lumuran darah sang korban tak berdosa
Menjelma bak lautan darah.
Menjijikan!
Rintihan demi rintihan mengalun sendu
Inilah nasib nyakini!

Perjuangan menempuh belas kasih si kaum mayoritas


Memunculkan ribuan mayat yang terhampar membusuk
Ketakutan berhembus, menusuk pada tubuh yang lemah
Dirinya, sedang berkabung!
Mereka yang sombong dengan kuasa
Membantai tak berperasaan. Kejam!
Melumpuhkan setiap urat nadi kehidupan
Rakyat nestapa.
Bayi-bayi terbunuh dihari kelahirannya
Orang tua tenggelam dalam jurang duka
Si kecil telah tertindas!
Terkepung di negeri sendiri
Kala fajar menyingsing,
Tak ada harap untuk menyongsong bahagia
Kaum mayoritas menyerang kaum minoritas
Rasa takut menari-nari tiada henti
Inilah nasibnya kini!

Perbedaan agama, ideology ,dan politik!


Menjadi penyebab timbulnya pergolakan yang berkepanjangan
Seluruh dunia mengetahui kemalangannya
Beberapaorang menyalurkan kepedulian dan iba
Berusaha untuk mengembalikkan senyum yang hilang
Menghanyutkan duka dan ratapan pilu.
Inilah nasib Rohingya kini!
Agamaku Damai
Fuzy Fauziatul

Agamaku...

Adalah cahaya untuk kehidupan


Menjamin ketenangan untuk perasaan
Mencintai dalam kesucian
Memberi ketegasan dengan kasih sayang.

Agamaku...

Dibawa oleh kekasih sang pencipta


Dengan ketulusan
Dengan keikhlasan
Dengan kesempurnaan.
Agamaku..

Berpedoman kalam tuhan


Bait-bait yang indah saat lidah mengucapkan
Sajak-sajak mersu saat di dengarkan
Bait-bait yang di jamin kekal sampai akhir zaman.

Bunga matahari
Karya : Emi febrianti
Kuat bagaikan tiang
Tapi sekaligus rapuh bagai daun yang berguguran dimusim gugur
Daunnya yang besar,batangnya tinggi menjulang
Bunganya kuning bagai mentari
Walau pun dia menempuh banyak sekali rintangan untuk tumbuh dan berkembang
Tapi, dia tidak pernah menyerah
Dia tidak pernah berhenti unyuk bertahan
Oh bungaku kaulah inspirasiku
BENDA MALAM
Karya : Anni Karimah Kusnawati
Kelas : XI MIA 3
Jauh terlihat indah
Dekat terlihat buruk
Menyinari bukan berarti menemani
Dan bulan pun perlu ditemani
Dibelakang bulan ada matahari
Bintang pun berkelip indah
Langit pun dihiasi
Angin menghampiri diri
Sehelai kain yg menyelimuti
Hanya lampu jalan yg menerangi
Semakin malam kau menyinari terang
Sebelum menghilang terhalang awan
Kuucapkan selamat tinggal
Dan ku terlelap dalam tidurku
Langit pun indah tanpa dihiasi bulan bintang
DIA
Karya : Anni Karimah Kusnawati
Kelas : XI MIA 3
Pertama melihatmu aku merasa asing
Sapaan dan senyuman mu membuatku aneh
Dan Salampun terucap dengan mata yg berbinar indah
Ku melewatimu dengan rasa kagum
Kuceritakan semua itu pada sahabat pena
Dia gagah , ramah dan menantang hati
Meski memiliki Mu adalah hal yg sulit
Namun namamu selalu ada dalam sujud terakhirku
Dan berdo'a adalah caraku untuk memilikimu
Tundukan sopan membuatku malu
Ketika mataku melihat adanya dirimu
Terlintas dalam hatiku kau adalah pendamping hidupku
Kau berjalan , melewati ku dengan pandangan serius
Membuatku tak bisa berkata lagi
Datang penuh semangat dan berwibawa
Membuatku kagum yg tak biasa
CAHAYA MALAM
Karya : Ai Santi
Kelas : XI MIA 3
Tuhanku..
Ku lihat langit begitu indah
Dihiasi dengan gemerlap bintang
Purnama pun bersinar terang
Tuhanku..
Diriku takjub pada kuasa
Mu
Betapa baik engkau kepada Ku
Kau ciptakan sepasang mata untukku
Dan kini kulihat menawan langitMu
Tuhanku..
Kini malamKu tak gelap lagi
Kini purnama menghampiri ku
Menerangi malamKu
Membuktikan kuasa MU
Muhasabah Cinta
Dimas
Disaat riuh angin berhembus
Muhasabah cinta yang terus bergentayang
Ketika seseorang yang berharap akan datangnya cinta yang setia
Dan harapan itu datang seketika
Muhasabah dimulai pada saat itu
Begitu pula kepercayaan yang menumpuk
Akan tetapi kepercayaan itu menghilang seketika
Dikala seseorang menghibahkan kekecewaan
Kepercayaan hilang seketika
Entah bagaimana bisa memikirkan yang tak perlu dipikirkan
Sehingga bertemu lah titik terang
Muhasabah cinta
Suatu pemikiran yang menunjukan mengerti mengenai cinta
Hipnotis Alam
Dimas msf
Betapa indah alam
Alam yang sejak dulu menghiasi kehidupan
Banyak orang yang mengancam
Bila alam di binasakan
Elok alam
Tertera gunung Papandayan
Oh alam yang mencengkram
Qolbu ku dengan sedemikian
Rasa cinta yang di tanam
Tak bisa tuk di pisahkan
Cintailah alam
Akan menjadi kesejahteraan

Pesantren
Oleh : diana
Pesantren
Penjara suci yang di iringi solawat sebagai nadi.
Kadang sedih hati kalau tidak mengaji.
Jauh dengan orang orang yang di cintai.
Pesantren
Rela jauh dari orang di cintai.
Sebuah tempat yang begitu suci.
sebuah tempat diri untuk para santri.
Suci hati diri sendiri.
Untuk menuju surgawi yang abadi.
Persantren
Hari ini, di tempat yang sama saling mengasihi.
Bisa di bilang sama-sma menuju keridoan illahi.
Ilusi, bayang, harapan adalah hiasan sehari hari.

Nama:Reska Maulani Dewi


Kelas:11 IIK 1
Hijrahku dan istiqomah
Dulu diri ini seseorang yang hina
Tak tau tujuan hidup
Tak tau akan sebuah kewajiban
Tak tau bagaimana jadi pribadi yg baik
Hijrah....
Sebuah perjalanan hati...
Masa transformasi dari kegelapan menuju cahaya
Masa dimana rintangan itu ada
Hijrah bukanlah jalan yang mudah
Bukan pula kita berubah jadi malaikat
Tekadkan hatimu untuk berhijrah
Jadikan diri ini lebih baik
Istiqomahlah...
Seseorang yang bertekad kuat
Mempunyai keyakinan yang pasti
Mempunyai jiwa yang hakeki
Menuju jalan ilahi
Berhijrahlah....Beristiqomahlah...

Kehangatan disebuah pondok


Reska Maulani Dewi
Seribu cerita yang ada...
Seribu kenangan yang begitu indah
Kehangatan yang slalu hadir
Dalam sebuah pondok
Berbagai kegiatan yang kita jalani
Tawa..canda..bersama kalian
Suka...maupun duka...
Kehangatan itu slalu ada
Kepedihan..kesusahan.. yang kita jalani
Kata ingin Pulang yang sering kita ucapkan
Kelelahan...itu hal biasa
Biarkanlah diri ini lelah..
Tapi Lillah...

Senja
Rainandi yahya
Penutup kisah di satu hari
Kutipan segala kenangan dilalui
Pertanda hari berakhir
Kau bernama senja

Senja
Keindahan sang pencipta
Hening yang terasa
Renungan dalam suka

Perpisahan akan rindu


Jumpaku pada sang mentari
Penutup sambut hari
Berharap dapat bertemu kembali

Di samping lentera pengharapan


dila nurafifh
Setitik cahaya di ujung pandang.
Satu harapan tak terukur
Hadir dalam ketidakpastian yang usang.
Di balik lika liku yang tergelar.
Buih-buih berenang menggapainya
Meninggalkan cerita dengan kenangan yang tersisa,
Berlalu bersama detik yang merangkai waktu,
Terus berjalan hingga durasi yang tak menentu
Al hadid
Gian irmansah
X mia 4
Ketika sepotong besi jadi tombak
Besi tak pernah tahu untuk apa dia di jadikan tombak

Ketika sepotong besi di jadi pisau


Pisau tak pernah tahu untuk apa dia jadi pisau

Ketika sepotong besi di jadi peniti


Peniti tak pernah tahu untuk apa dia jadi peniti

Kecuali suatu hari tombak dijadikan alat pembunuh


Dan bersarang di jantung kiri
Tombak mengeluh
Aku tak inggin jadi seperti ini

Demikian pisau
Ketika menemukan dirinya di leher sebagai penebas
Pisau mengaduh
Aku tak bercita cita jadi begini

Ketika besi yang menjadi senjata berubah fungsi


Diam fiam peniti mensyukuri
"Aku menjadi, penyemat baju seorang sufi setiap hari aku di bawa
Rukuk sujud dan mensyukuri
Nikmat tuhan yang di beri
Aku tidak ingin patah biar berkarat aku ini"

Keterlambatan rasa'
Divina Aufa Widiana
X Mia 4

Gores luka yang mendalam


Kekecewaan hati yang mendalam
Tak sempat bertemu dalam ruang waktu
Rasa yang pernah hadir

Seketika semua hilang


Hambar ..tak berasa
tak berwujud, tidak ada lagi yang seperti itu
Hanya dengan fatamorgana yang menemani
Itu pun tak cukup tuk temani kesenyian ini

Hati ini terketuk


Wahai yang selalu ku sebut sebagai Engkau,
Keinginan ini bergejolak
Keadilan menggebu-gebu
Memaksa tuk menuntun kepada kejujuran yang tertunda

Sadarlah..
Kini kita tak bersatu
Raga memang tidak menentukan,
Namun hati ini selalu berkata dengan benar,
tentang apa yang memang dirasakan

Kalamuhu santri
Tanzil Ilham

Seorang santri adalah sebuah janji


Bagi generasi penerus kyai
Terkadang di ragukan
Karena sebuah pemahaman

Santri berhati besi


Menjadikan sabar tombak sejati
Agar kelak menjadi pelopor alami
Pembangkit menara qolbi

Cinta bagi santri adalah rahmat


Bukanlah cinta karena syahwat
Yang mendorong jalan maksiat
Jauh dari dunia wal akhirat
Karya : Siti Nurjanah
Kelas : XII Ips
Jangan Biarkan Cinta Menghalangi Masa Depan
Jika yang aku ingin kan kamu tetap disini
Tetapi masa depanku lebih berharga
Apakah kau tahu?
Menjadi saki saat aku melambaikan tangan
Dan lalu aku bilang bisa sukses tanpa kamu
Karena cita-cita lebih penting di banding cinta
Cita - Cita_
Neng Himatul Aliyah

Di gelap gulita.
Kesunyian kian menerpa.
Aku terdiam dan mengiba.
Mencurahkan semua lara.
Kepada tuhan yang maha kuasa.
Kemudian ku rangkai do'a.
Hanya kepada MU aku meminta.
Kabulkanlah impian yang ku damba.
Inginku, membahagiakan keluarga .
Inginku, bahagiakan orang tua.
Gejolak hati ingin menggapai cita. Semoga asa dan cita berunjuk nyata
Apalah daya.
Meskipun kegagalan pernah menerpa.
Aku Tak kan putus asa.
Aku hanyalah manusia biasa.
Yang berjuang sekuat tenaga.
Demi mereka yang ku cinta.
Puisi untuk Gus Dur.
Muhammad Hazim Nafan

Kau seperti oase hijau di padang pasir yang gersang


Penyegar kehausan jiwa umat akan hikmah kehidupan
Guru bangsa yang mengedepankan toleransi akan beragama
Tokoh agama yang mengedepankan semangat cinta tanah air
Guyonmu selalu membuat tersenyum kawan maupun lawan.
Menyejukkan dan menentramkan suasana sepanas apapun itu.
Kau mengajarkan kepada kami akan arti perlunya bersaudara .
Baik saudara se iman, saudara se tanah ait , dan saudara sesama manusia .
Kita semua merindukan mu yang selalu berada di tengah kami gus.
Rindu dengan pembicaraanmu yang selalu mengandung hikmah.
Rindu dengan pemikiran brilianmu yang entah bagaimana engkau memikirkannya.
Rindu dengan senyummu yang mampu membuat orang lain tersenyum kepadamu.
Terima kasih telah mengajarkan kepada kami semua tentang makna kehidupan gus.
Semoga engkau tentram dan bahagia disana dengan sang khalik.

OBSESI ANAK BERZAMAN


Tanzil Ilham
berdiri di bawah naungan awan
Secercak harapan sebuah permintaan
Seakan jatuh dari jurang yang tinggi
Lapuk dalam angan angan mimpi

Ketika luput di lupakan


Takut nampak banyak halangan
Pikiran terbawa nafsu abu
Menghadirkan suasana bisu

Ingin rasanya kaki ini berpijak


Meskipun selalu terhempas ombak
Karam hati ini terasa
Saat harapan tak tiba

Kamu adalah jawaban


Mahdum Gaida
Seorang insan yang membuatku bahagia
Seorang insan yang menghadapi ku dengan sabar
Kau bahagia bila kau menatap ku
Kau rindu bila semalam tak bertemu
Doa yang selalu ku panjat kan pada rabb ku
Namamu selalu ku selipkan didalam doa ku
Berjuang di sepertiga malam
Untuk berdiskusi bersama rabb ku
Kamu adalah jawaban
Dari setiap doa yang selalu ku panjat kan
Dan kamu adalah bukti
Dari doa yang Allah kabulkan

Jeritan orang dalam


mahdum gaida
Dibalik jeruji besi dalam kesendirian
Tembok batu dingin kusam dan kotor
Jeruji besi yang merantai langkah
Akan tetapi jejak illahi masih bisa ku ikuti
Mikir memikirkan masalah yang ku hadapi
Cacian hinaan yang datang kedalam diri
Dan aku pun mulai bertanya
Siapakah diriku ini sebenarnya?
Kutuliskan tinta hitam diatas kertas putih
Mulai ku rasakan betapa sakitnya hidup dipenjara
Kuperbaiki apa yang harus ku perbaiki
Ku iklaskan apa yang harus ku iklaskan
Jeritan malam yang menghiasa penjara
Tangisan narapidana yang disiksa setiap harinya
Malam yang dingin tak kulihat purnama yang memanja
Hanya ada tarian dosa yang tertawa

Diantarakan
Muhamad Rofiudarojat,

Aku disini
Bersuara namun tak terdengar
Aku disini
Diam namun melelahkan
Aku disini
Senang namun menyedihkan
Aku disini
Rindu namun terhiraukan
Aku disini
Menggenggam namun terlepas
Aku disini
Ada namun tak terlihat
Aku disini
Menunggu namun terabaikan
Aku disini
Ramai namun tersunyikan
Aku disini
Terang namun digelapkan
Aku disini
Putih namun terhitamkan
Aku disini
Ada namun diantarakan

PASAR MALAM
Abraham kindi
Nongkrong di setiap soreku
Mungkin itu selalu pasti
Santri berlalu-lalang datang pergi layak nya pasar malam
Hanya untuk mengisi kantong pedagang

Uang berjajar rapih


Di dompet keren santri kini
Layaknya santri zaman now
Yang selalu berjajar dan berpenampilan rapih

Asap rokokku menghilang


Bertiup tak berarah
Berarah keketiadaan
Mungkin itu hidupku sekarang

Dan angin sepoi mengelus rambutku


Membakar bara rokokku
Dan selalu ada pelajaran
Janganlah sombong karna oleh angin kau bisa mati

Bukan Aku Tak Bersyukur


Adit radit
Hidup kadang sulit untuk dipahami
Tidak juga dapat untuk diprediksi
Namun apakah aku akan terus begini
Sejauh aku melangkah
Sejauh itu pula dosaku padamu

Bukan aku tak bersyukur


Namun mengapa hati ini selalu berkabut
Mengapa nuraniku selalu berselimut kesemuan
Padahal segenggam cinta ada dihadapanku
Setumpuk perhatianpun selalu menyelimuti

Semua itu tak bisa merengkuhkan keangkuhanku

Aku selalu terpuruk


Terpuruk dalam keegoisanku

Mengapa aku selalu bergelut dengan kesombonganku

Ya allah

Mengapa selalu demikian


Seperti yang kuunhgkapkan tadi
Bukan aku tak bersyukur padamu

Namun aku tak mau berbohong pada hati nuraniku

Sajak yang kehilangan makna


noel dues

Sajak sajak sudah kehilangan makna


Ditulis tangan yang tak mengenal rasa
Seperti lukisan lukisan hampa
Dari peluking yang kehilangan mata

Kata kata terucap tanpa arti


Mulut mulut bersuara tapi tak berbicara
Telinga mendengar namun tak memahami
Mata yang memandang tanpa peduli

Sajak sajak kehilangan makna


Dari kumpulan kata tanpa arti
Tiada seorangpun yang paham
Karena memang tak ada yang peduli
My Dear Ais
Daffa Amrullah Al-Qudsi

Senja...
Bolehkah Aku Mengganggu Mu Yang Sedang Tampil Indah?
Aku Hanya Ingin Sedikit Bercerita Tentangnya.
Kini Ku akan Bercerita
Di Bawah Alam Sadarku Tentang Dia Yang Tak Kalah Indah Denganmu.
Apa Yang Ada Pada Dirinya
Begitu Indah.
Mulai Dari Mata Sayunya
Dengan Dilengkapin Bulu Mata Yang Lentik,
Hidungnya Yang Mancung Kedalam
Layaknya Pinokio Saat Masih Usia Dini,
Postur Tubuhnya Yang Tidak Lebih Tinggi Dariku...
Ku Yakin Tuhan Sengaja Menciptakan Postur Tubuhnya Seperti Itu
Agar Diriku Mudah
Untuk Mencium Keningnya
Yang Begitu Lembut.
Dan Semua Yang Ada Pada Dirinya
Di Sempurnakan Dengan Cinta Yang ia Miliki
Pada Hatinya...
Lebih Jelasnya Cinta Yang Penuh Warna.
Aku Akan Menjadi Manusia Yang Paling beruntung
Pada Alam Semesta
Ini Apabila Cinta Yang Ada Dalam Hatinya Untuk Diriku.
Aku Tak Mengerti Mengapa Diriku Sangat Mengharapkan
Untuk Dapat Memliki Cintanya.
Mungkin Tuhanpun Bosan Mendengar Harapanku Itu,
Dan Aku Tak Akan Bisa Menerima Kenyataan
Apabila Tuhan Menetapkan Cintanya
Pada Hati Yang Salah.
Karena Ku fikir Hanya Hatikulah Yang Pantas Memiliki Cintanya.

Senja...
Terima Kasih Telah Menyempatkan Waktumu
Hanya Untuk Mendengarkan
Cerita Ku Ini.
Dan Ku Mohon Sampaikan ini padanya
Kerinduan di kala malam
Wildan

Setiap malam
Ku selalu memandangi langit
Langit malam yang indah
Namun tak seindah hati ini
Setiap malam ku selalu merindukannya
Berharap ada bayangannya
Untuk menemani kesepianku ini
Malam...
Aku benci ini
Aku benci kesepian
Aku benci sendirian
Malam...
Tolong ceritakan padanya
Bahwa aku merindukannya
Seperti aku merindukan malam
Ketika siang datangpaikan Cerita ini Pada Tuhan,Agar Ia Mengerti Apa Maksud Dari Cerita
Sekaligus Harapanku ini.
Ketika kau membuatku bahagia
Wildan

Aku tak pernah berfikir untuk mencintaimu


Tapi itu berubah seiring waktu
Ketika senyummu terpancar
Ketika bola matamu bersinar terang
Ketika tawa hangatmu menghias hari ku
Disanalah aku mulai mencintaimu
Rasanya ingin ku cari seribu cara
Untuk mengembalikan senyummu itu
Mengembalikan kebahagiaanmu itu
Karena semua itu membuatku menjadi lebih nyaman dan bahagia

Penghujung Cerita
Neng Ida
dulu ku pernah termenung dengan kesunyian pagi
namun kini mentari selalu menyambutnya dengan ceria
memberikan hangatnya suasana
cerita indah pun tak sedikitpun terlewatkan
namun malam menjadi kegelapan nyata
fikiranpun tak tercerna
dunia dengan kehidupan sementara
dan ternyata Tuhan telah melengkapinya.
Tibalah saatnya,dimana malam tanpa bulan
kini ku ikhlaskan apa yg semestinya tiada
bukan seharusnya tuk ku abadikan
tetapi akan ku perjuangkan..
Kehadiran yang membekaskan jasa
menghancurkan segala ego diri
mengajarkan kehidupan nyata
namun sayang.. dunia adalah sebuah drama

Perjuangan
tia agustin
angin gemuruh dengan kilat yang dahsyat
seorang wanita malang yang menunduk
singkat cerita dikebahagiaan
membangunkan titik semangat berjuang
konon cerita di dalam sengsaranya
menutupi seribu kemampuannya
bagai kehidupan yang sebatang kara
di laluinya dengan sangat nyata
perihnya tidur dalam mimpi buruk
sedikitpun tak mengalahkan senyumnya
karna keyakinan juga kesungguhan
akan membuahkan cita dan mimpinya
tersenyum haru di ujung kesedihan
awan hitam pergi dengan berganti putih
yah.. akhirnya perjuangan pedih itu
menunjukan sebuah keberhasilan

Alam yang kurindukan


Rainandi Yahya

Pohon hijau menjulang tinggi


Menari ria bersama kawannya
Matahari bersinar terik
Tidak untuk membara
Tapi membawa keceriaan

Kulihat mereka senang


Tenang damai asri dipandang
Langit biru membawa asa
Akankah mereka merubah suasana

Angin berhembus dengan bebasnya


Yang ku hirup dengan leganya
Hewan berbunyi sesuai kodratnya

Tapi semua tinggalah angan


Dihabiskan oleh waktu
Dimakan keserakahan manusia

Kini mereka tak lagi senang


Mereka menjerit
Membawa suasana ketakutan
Rindupun menimpaku

Merindukan alamku yang dulu

Mereka tidak meminta untuk tinggal


Hamdan Fahima

Mereka tidak memintamu


Untuk tinggal
Kau pun pergi

Seiring dengan waktu


Semua menjadi begitu mudah
Kau tak lagi pernah berniat untuk menetap

Mereka bertanya
Bagaimana kau pergi
Tanpa menoleh kebelakan
Tanpa rasa sesal

Kau sendiri tidak tahu


Kau pergi karena kau telah ditinggalkan
Dan kesepian tidak lagi
Mendekati orang sepertimu

Dan jika sepi


Adalah yang mereka harapkan
Kau sudah belajar
Untuk memberikannya

10 April 2018

Jika dunia dapat bicara


Hamdan Fahima

Jika dunia dapat bicara


Apakah laut akan berbisik
Agar kau selalu memiliki tempat
Untuk berlindung dari badai?

Apakah angin akan memberitahu


Bahwa sunyi dan sepi
Membawa segala rahasia
Ke tempat yang tak kau ketahui?
Apakah pohon akan menyuruh
Untuk sesekali melepaskan
Bagian dari diri
Untuk menumbuhkan yang baru?

Apakah bumi akan berkata


Bahwa retakan itu dibutuhkan
Agar air bisa memulai
Kehidupan lain?

Apakah matahari akan menarik nafas


Dan berkata lirih
Bahwa bersinar terang itu
Tidaklah mudah?
Apakah langit akan menunjukan
Tak apa untuk mengeluarkan
Warna yang berbeda
Dalam satu hari?
Jika dunia dapat berbicara
Apakah kau akan lebih merasakannya?
Akhir yang telah tiba
Hamdan Fahima

Akhir itu tiba


Tanpa tanda
Juga suara

Akhir itu tiba


Tanpa seorang pun
Menyadari kedatangannya

Akhir itu tiba


Dengan sepi
Dan kehancuran
Yang mengikuti

Akhir itu tiba


Antara aku
Dan dirimu
Bersama api yang telah padam

Ruang sempit

Kau tiba di sebuah ruang sempit


Penuh dengan hal hal tak penting
Setiap sudutnya dipenuhi oleh gelap
Yang terus melebar

Kau tiba di ruang sempit


Tempat aku mengubur
Semua masa lalu
Dan kumpulan surat cinta yang telah robek

Kau tiba di ruang sempit


Tempat segala rasa
Dan sajak kosong
Ditulis juga dibakar

Kau tiba di ruang sempit


Dan kau memilih untuk menetap
Ruang sempit itu kini
Menjadi semakin sesak

Kau tiba di ruang sempit bernama hati


Tapi kau tak pernah mengijinkanku
Untuk sekedar menengok
Kedalam ruang sempitmu
Bintang yang hilang
Hamdan Fahima

Senja kini selalu kelabu


Mungkin sudah terlalu lelah
Untuk selalu ada untuk
Yang tak pernah menganggap ada

Bintang bintang pun kini


Hilang dari langit malam
Mungkin mereka bosan
Bersinar untuk orang orang
Yang lebih peduli sinar bohlam

Kini orang orang bertanya


Kemana bintang bintang hilang
Kemana senja pergi
Tapi bulan serta awan
Hanya diam membisu
Asing
Hamdan Fahima

Senja yang telah pergi


Membuat semua yang akrab
Terasa begitu kering
Bagiku
Bagimu
Semua menjadi asing

Sepi menyergap dari gelap


Yang menyelimuti malam
Tanpa cahaya
Tanpa angin
Yang tersisa hanyalah sunyi

Kau mulai berubah


Bersama dengan segala hal
Tak ada lagi yang tersisa
Kau menjadi asing
Kau menjadi sunyi
Kau menjadi aku

Senja kali ini


Senja kali ini
Aku memutuskan
Untuk kembali
Ke tempat yang dulu
Selalu ku hindari

Senja kali ini


Aku mengetuk sepi
Juga sepi yang dulu
Pernah kutinggalkan
Tanpa pamit

Senja kali ini


Sepi dan sunyi
Menyambutku dengan hangat
Seperti aku tak pernah pergi
Dan semua hal tetap baik baik saja

Senja kali ini


Aku baru tersadar
Sunyi juga sepi
Adalah hal yang begitu indah
Dalah luasnya sebuah kekosongan

11 Mei 2018
Realitas
Hamdan Fahima

Pikiranku mungkin memudar


Juga tubuhku ikut tersingkir
Jika jiwa dan raga ini
Harus menghadapi kenyataan

Bintang yang tak kembali


Sepi yang terus berlari
Angin yang tak bertepi
Juga rasa yang tak berhenti

Menusuk nusuk rusuk


Terbanting, terpelanting
Hingga lumpuh
Rapuh
Dan runtuh
Lalu bangkit
Hanya untuk kembali terjangkit

Hanya gelap yang tersisa


Tanpa bulan dan lentera
Kehilangan langit yang menjadi semu
Untuk menemukanmu

3 juli 2018

Langit
Hamdan Fahima
Kau seperti benda benda langit
Layaknya bintang, bulan, dan matahari
Terlihat indah dan begitu dekat
Namun tak terjangkau meski ku berlari

Jiwamu meluap luap


Bagai angin, hujan, juga badai
Membuatku terperangkap
Ditengah lingkaran sepi

Dipenghujung jalan
Tak ada arah untuk bersama
Hanya ada dua persimpangan
Yang tak akan pernah bertemu

Di tepi kolam
Kau menatap langit
Tanpa paham
Dirimu lebih indah dari langit

Diri
Hamdan Fahima

Apa yang tersisa dari diri?


Ketika api telah padam
Angin telah berhenti berhembus
Dan jiwa jiwa menjadi kosong

Selain dari rangka rapuh


Berisi keraguan juga benci
Terbentuk dari kecewa
Yang dihiasi oleh kesedihan

Apa yang tersisa dari diri?


Ketika waktu telah berhenti
Hati telah dicuri
Dan dunia menjadi mati

15 juli 2018

Puisi
Hamdan Fahima

Apalagi yang kubutuhkan


Selain dari puisi
Yang tercipta
Dari keheningan malam
Kumpulan kata
Bersatu merangkai tragedi
Kisah seorang bocah malang
Yang terus mendambakan bulan

Puisi puisi ini


Tak pernah juga tak akan
Memiliki tujuan
Selain dirimu

Jika
Hamdan Fahima

Apa yang kau harap dari rasa


Jika api akan padam
Siang berubah malam
Dan hidup menjadi mati

20 juli 2018
Tentang Kerinduan..
Mutiara Meidina Putri

Saat kubuka jendela kobomg subuh hari ..


Terasa udara segar kuhisap tenang nan lembut..
Alunan adzan menemaniku terasa syahdu..
Lantunan Allahu Akbar membuat air mataku jatuh ..
Teringat ibu, bapak, adik, keluarga, dan teman semua..
Ini.. Kerinduan..kerinduan yang mendalam..
Menangis, terisak, tak tertahan..
Ah, sangat rindu..
Ingin rasanya pulang..
Pulang ketempat rindu itu datang..
Oh hati, tabarlah, tegarlah..
Wahai diri,
Kau jauh dari keluarga karena menimba ilmu.
Tunggulah waktu kelak,
Saat saat indah akan menghampirimu.
Hamasah! Istiqamah!

Kenangan yang Kembali


Karya : Oki Al kahpi

Jari jemariku mulai bergerak


Perlahan aku melambaikan tangan
Ingin memeluknya, tapi ia kian menjauh
Yaa Rabbi. Apa yang terjadi ?

Kulangkahkan kakiku menyusuri jalan itu


Tercium jelas bau tanah yang selalu menjadi teman kecilku dulu
Bertemu dengan orang - orang yang kian berubah
Rasanya ada yang menjanggal

Aku berjalan kembali tanpa menghiraukan mereka semua


Lalu ku lewati wartel yang penuh kenangan itu
Kutatap wajahku di cermin wartel itu
Kecil, mengapa aku kembali mengecil?
Langkah kaki yang tak asing
Perlahan mendekati kediamanku
Aku tertegun ketika melihat wajah rupawan itu
Ku berlari dan memeluknya seraya berkata "Aku merindukanmu Bu."
Lalu ia mengusap air mataku dan menghilang dalam sekejap mata

Tak lama kemudian aku mengerjap terbangun


Ternyata ini hanya sebuah mimpi
Menemui orang yang paling ingin kutemui sekali lagi
Dan memeluknya untuk terakhir kalinya.

Kebodohan seorang bajingan


Riyadh
Tanggal 10 September 2016
Keheningan malam seakan ditugaskan menemaniku
Sampai pada akhirnya telepon genggamku berdering
Seakan memecah keheningan dengan suaranya
Kulihat notifikasi masuk dari orang yang kutunggu
Selamat ulang tahun ia ucapkan
Terasa senang dalam raga ketika aku membacanya
Kuucapkan terimakasih padanya
Ia menanyakan apa harapanku
Kujawab harapanku akan sama dengan kemarin
Masih sama dengan esok
Dan mungkin akan ada tuk selamanya
Ku bilang bahwa ia harapanku
Dan dari sana ku rasa ada jarak diantara kita
Penyesalan
Cucu Cahyani

Waktu terus berlari


Tak kan pernah berhenti
Semua telah terjadi
Dan tak kan kembali

Andai waktu bisa berputar


Akan ku ubah diriku
Menjadi lebih baik
Diantara yang terbaik

Suara cemoohan
Akan ku hiraukan
Suara cacian
Tak kan ku dengar jua

Namun hidup
Tlah Dia atur
Hanya pasrahlah
Dan penyesalan yang ada
Iis marisa
Sampah

Hey mahluk yang berotak !


Mengapa kau tak menggunakan otak mu ?
Kau mahluk yang berilmu .
Mengapa kau tak menggunakan ilmu mu ?
Memang kau mahluk yang pintar
Tetapi kau tak menggunakan kepintaran mu
Dirimu sungguh egois
Kamu tau aku sampah ?
Memang diriku merugikan mu
Tapi di sisi lain diriku menguntungkan
Berpikir lah wahai manusia !
Dengan beribu proses

Kau slalu menyalahkan ku


Padahal dirimu yang mengulah
Banjir melandang itu wajar
Ketika kamu melantarkan ku
Ketika kamu mendzolimi ku
Kau pantas menanggung semua akibat
Dari ulah yang kau lakukan
Walaupun aku seorang sampah
Tetapi diriku memiliki tempat sendiri
Yang pantas aku tepati
Kau tak pantas melantarkan ku berserakan
Karna semua itu akan ada balasan

Iis Marisa
Hirupan yang luas

Dengan menarik napas


Lalu ku mengeluarkannya dengan pelahan
Ku lihat di taman
Indah berseri dan menawan
Bunga cantik menyambut pagi
Dan daun yang melambai lambai mempesona

Semerbak bunga setaman


Semarak warna warnian
Memancarkan keanggunan sejuk

Ada yang bertangkai mawar


Kaya akan wewangian
Dengan sejuta duri

Ada lembut melati


Memantulkan si putih yang khas
Dengan harumnya

Lepasan napas ini begitu luas


Melihat dunia berwarna
Dengan kekayaan tumbuhan
Iis Marisa
Secangkir susu

Hidungku merasakan aroma kenyamanan


Mata ini dengan spontan menuju satu arah
Dengan perlahan perlahan tangan ku bergerak
Mendekati sebuah cangkir yang berisi susu
Lidah ini trasa tak sabar ingin menyapanya
Dengan lahan tangan ini membawanya ke arah mulut
Ku mulai mencicipinya dengan seruput manja
Seruput manis yang tak hilang di lidah
Menemani pagi dengan sepiring bantal roti
Ku harap manis mu tak meninggalkan kepahitan
Putih mu dengan rasa kelembutan
Setiap tetes mu mengandung seribu manfaat bagi kehidupan
Kau dapat menyehatkan tubuh dan organ organ
Betama agungnya kuasa Mu Ya Robi
Kau jadikan susu dari darah yang bercampur kotoran
Sungguh kau adalah dzat yang maha kuasa

Jeritan Alam
Riyadh R

Jeritnya terasa semakin menyiksa


Tangisannya terasa semakin menyakitkan
Tak ada lagi terlihat senyuman darinya
Yang tersisa hanya sebuah kenangan manis darinya
Alamku kini hancur
Alamku kini semakin tergerus oleh patung pencakar langit
Tuk kau yang pernah indah
Aku ingin kau kembali indah

Penjaraku Yang Suci


Ahmad Hasan Hariri

Lorong-lorong menara itu berteriak,


Mereka saling beradu shalawat dan azan,
Anak dan remaja berlarian menuju tempat paling aman,
Cendekiawan dengan ikhlasnya bercengkrama dengan muridnya.

Tempat suciku, banyak orang menyebutmu Penjara,


Kau Penjara yang sangat sarat akan ilmu,
Penjara yang selalu ramah bagi yang membutuhkanmu,
Bagiku, kau tetap Suci.

Aku Adalah Aku


Andini Putri
Tolonglah,
jangan paksa aku untuk seperti mereka,
karena belum tentu mereka lebih baik dariku.
Dan yang harus kau tau aku bukanlah seseorang yg merasa suci,
aku ingin hijrah dengan caraku sendiri,
karena aku tak ingin hijarah ku dilandasi orang lain.
Bukan aku menolak ajakan atau keras kepala,
toh pada akhirnya percuma jika hati tak ikhlas sendiri.

Wanita Tanpa Rahim


Asy’ari Muhammad Fahmi
Cakarku menggaruk bumi
Menyapu tanah tuk cari pasir kuning
Harap belas kasih raja tanah
Hanya untuknya si Putri hati

Secangkir cinta selalu kuberi


Kucuran minyak membanjiri
Ku asuh dan kurawat dia dengan hati
Satu yang kuharap nak
Berbahagialah hingga kau mati

Bidikan kamera terbayang disini


Dengan sumringah senyum menghiasi
Halus kata mengiringi daun tubuh
Jua kasihmu
Yang selalu menemani
Hingga akhirnya kau mulai menjadi seorang wanita
Putri manisku dulu mulai luntur
Kini kau berteriak sekerasnya
Membentakku seluas pitamu
Melawanku tanpa malu
Seribu kali kau kasar padaku

Dan saat ini aku berharap


Semoga adab tak jadi kata belaka
Dibalik hina tak jadi topeng
Mungkin diatas batu nisan
Dan aku ingin bermimpi
Suatu saat nanti
Kau kan begitu nak
Beretika cantik nan indah
Bagaikan berlian yang berkilauan
Dalam heningnya kegelapan
Asa di tanah Anbiya
Karya : Muhammad Wafa R
Derita penuh pilu berkoar dan menggema sejagat raya
Lalu, tulang-tulang terbungkus jeritan rintihan sejak kemarin senja
Menyayat daging-daging segar bermandikan keringat
Dekat sebuah tembok yang menjulang, setia diratapi dan dihampiri
Senja menjadi saksi tatkala rudal-rudal itu dilepaskan
Dooorrrrr, dorrrr, dorrrrrr,
dentuman dahsyat dari cucu-cucu dajal yang biadab.

Seorang diri meratapi kesunyian, berebut tahta yang fana


Bocah-bocah tak berdosa tanpa ampun dibaku hantam
Diserang diterjang dan dirobekkk harapannya
Langit berduka kala itu, melihat si bayi menangis kehilangan hamparan cita-cita
Tak ada taman, tak ada sekolah, tak ada kemewahan,
Yang ada hanya lahb kenistaan dan kebiadaban setan berbajukan agama
Nasib malang menjadi makanan di tenda-tenda kehawatiran
Berharap perang segera usai. . . .

Derita penuh pilu berkoar dan menggema sejagat raya


Tapi asa dan harapan terus diuntai oleh para syuhada
Syuhada berbau surga senantiasa menggantungkan keyakinan
Hanya Dialah raja segala rajaa, yang hina bisa jadi mulia
Walau harapan hidup sejuta tahun lagi
Amuinisi do’a pun terus dilepaskan dalam hamparan medan darah

Seorang diri meratapi kesunyian, berebut tahta yang fana


Dunia mengecam tingkah pola cucu-cucu daja itu
Untuk juga menerbitkan harapan, datangnya sebuah perdamaian
Menjaga kesucian tiga tirani berperadaban
Memamsuki purnama, bom itu terus terdengar
Pesawat tempur bak meteor pembawa amanat darah kebencian
Anak-anak tak lagi bersyahdu dalam melodi
Hanya asa yang dirajut dalam benang-benang harapan
Berharap kemerdekaan di tanah para anbiya, PALESTINA
Dirgahayu RI
Karya : Muhammad Wafa R
Negeri zamrud khatulistiwa
Macan asia pasifik tersohor
Deret gugusan pulau-pulaunya
Manifestasi surga dunia

Lautan lepas berbaur hamparan daratan


Negeri elok kaya raya
Kaya alam bahasa dan budaya
Rakyat berbudi jiwa raganya

Demikian nusantara dala cerita


Telah merdeka sejak tahun 45
Satu abad belum genap
Yakni tujuhpluh tiga kemerdekaannya

Dirgahayu Indonesia Pertiwi


Tanahmu kujaga dan kusayangi
Permata asia macan pasifik
Terus maju berbudaya dan berbudi luhur
Aku bangga menjadi putra bangsa
Guncangan di Timur
Karya : Muhammad Wafa R

Untuk saudaraku di Lombok

Permata dari Timur


Alam eksotis memancar cahaya
Bahari pantai pasir putih
Menebar pesona setiap insan

Lembayung senja kala itu


Menidurkan sang surya
Alam seolah memberi tanda
Bertamunya keagungan Sang Pencipta

Bemi bergetar lalu berguncag


Dalam tujuh kekuatan
Lempengannya seakan membawa berita
Patahan yang tiada tara

Bayangan dan harapan sirna sekejap


Dalam gelap hamba bertanya
Ada apa dengan Nusa ini?
Di baratdaya katulistiwa
Ambisi yang dibangun
Luluh lanta menerjang sanubari
Handai taulan hilang tak berjejak
Tertimbun puing-puing impian

Kuatkan kaki sumbawa di rahnah Rinjani


Lusakan harapan seindah Gili
Tabahkan hati Ambaraw Mataram
Dalam duka selalu ada Kasih Sang Kuasa

Tasikmalaya, 5 Agustus 2018


Jika
Muhammad Wafa

Jikalau aku seorang raja


Kan ku ubah tatanan dunia
Hitam kelam bermetamorfosis
Menjadi cahaya terang benderang

Jikalau aku seorang hakim


Kan ku remukkan para dzalimiin
Hanya mampu mengklaim
Menajamkan keadilan di dua sisi

Jikalau aku seorang politisi


Tak sudi kiranya au menjadi bajingan
Pencuri harta rakat semesta
Demi takhta dan kehormatan

Jikalau aku seorang jutawan


Kan ku dermakan amanah tuhan
Agar manfaat dan berkesan
Menggapai jalan keridhaan

Jiklau aku seorang mentri


Tak akan pernah aku berhenti
Mejaga hidup rakyat yang sepi
Berjalan sendiri bersama nurani

Namun fakta bukanlah ekspetasi


Paradima sosisal hanya menjadi angan
Namun itulah seberkas harapan
Terhadap mereka yang mendapatkan

Merindukan Purnama
Karya : Muhammad wafa
Mahakarya goresan kuasa Tuhan
Keagungannya memuncak dialam raya
Pesonanya tak pernah pudar ditelan masa
Insan paripurna penuh karisma
Layaknya rembulan ditengah kegelapan

Dipandang indah penuh keagungan membangun jiwa


Cahayanya menjadi permata bagi Adam
Terselip rindu umat menanti kehampaan
Semerbak harumnya sepanjang masa

Puncak rindu disematkan namanya


Hamba pilihan menanti perjumpaan
Bersama junjugan di alam keabadian
Rahmat-Nya berjalan bersama syafaat

Duhai utusan Rabb Maaliki yaumiddin..


Bersama hampa sunyi dalam tangis
Menahan rindu bersandar dalam syafaat
Menanti purnama itu datang penuh kemilau

Duhai rasul pilihan Rabb Rahmaanurrahiim


Hamba titipkan rindu ini dalam sholawat
Bersama angin yang dikejar hujan
Saat senja bahagia menyambut rembulan
Hati terpaut dallam renung dan do’a

Yaa Rasulallah....
Hamba rindu baginda
Seridu hamba kepada-Nya, syafaatmu hamba dambakan
Cinta untuk kyai di Tanah Cipasung
Mu’arif
Sampurasun
Keheningan berbisik pada diri
Disebuah lembah suci para wali
Lantunan syair syair merasuk pada diri
Datang riang bersama nur ilahi

Izinkan kuserap ilmu tuan


Kan ku ukir kembali keringat tuan
Bekal nanti dimasa depan
Untuk menegakan kembali kebenaran
Ku peluk mahkota putih itu
Dalam kehampaan penuh rindu
Imginku menatap ragamu
Menangis hormat dipelukmu

Tapi sayang..
Kini hanya batin yang bisa bercumbu
Kau hadir dalam bayang bayang cintaku
Cinta yang tak pernah bertemu
Hanya rasa saja yang mungkin bisa menyatu

Dengarkan petuahku
Jagalah tanah tercinta ini
Jadilah manusia berakhlak mulia
Pegang eratlah tali aswaja
Camkan itu
Camkan itu setiap saat
Agar kalian mampu membina umat

Kisah seorang santri


Mu’arif

Rasanya tadi pagi baru saja terbit mentari


Perlahan cahayanya menghapus gelapnya hati
Menyinari diri yang tak kukenali
Saat itulah belajar mengenal diri

Sayatan lara kurasakan dalam hati


Menatap mereka menjauh diri
Kurasa semua tak peduli
Meninggalkan ku seorang diri
Tetesan air berlinang pada mata
Menetes membasahi tanah yang tak berdosa
Ntah lah aku pun bingung harus bagaimana
Untuk menjadi seorang manusia

Siangpun mulai tiba


Bahagia kian kuarasa
Tapi terkadang aku lupa
Tentang petuah sang surya

Ku melebur dengan makhluk langka


Berdiskusi rasa bersama mereka
Tak hiraukan suka duka
Canda tawa mengukir tentang kita

Ku mulai terlena pada masa


Kini hari semakin senja
Mungkin malam tak kan lama segera tiba
Sungguh ku terlena pada masa

Di penghujung kisah kita


Telah terukir perpisahan yang nyata
Ku menjerit tak kuasa
Hari penuh rindu akan segera tiba
Petuah sakti
Mu’arif

Guru........
butuhku petuah sakti
agar menjadi bisa diri
tuk kibarkan kalimat ilahi
demi tegaknya agama samawi

syair ku panjatkan kehadirat Tuhan


ku persembahkan untuk tuan
ingin ku melihat senyumu abadi
dalam kasih dzat maha mencintai

ajari hidupku akhlak mulia


ajari ruhku ilmu agama
ajari jasadku hidup didunia
ajari aku tentang segalanya
agar mengerti makna mensyukuri
agar jiwa mengerti makna hidup dan mati
agar raga tak tertipu dunia ini
agar diri tahu kemana harus pergi

Jika kemarin warna hidupku hampa


bimbinglah agar perjalanan ku penuh warna
bantu aku menemukan warna yg jelita
juga tentang mana membaca
syair dusta

bait syairmu memang sangat merdu


tapi tak bermakna jika dusta
Sabda Tuhan
Mu’arif

Apa kau tak sadar atas cintaku


Apa kau buta akan jubah kebesaranku
Apa kau tuli dari rayuanku
Apa kau bisu menyebutku

Padahal aku datang di penghujung malam


Mencari jasad yang sedang tenggelam
Menyesal akan dosa telah kelam
Tersungkur sujud bersama alam

Kau mulai angkuh saat berjalan


Padahal aku yang memiliki kesombongan
Kau mulai lupa siapa yang menciptakan
Padahal aku beri kau kenikmatan

Penyesalan kan datang menghampiri


Pasti kan datang saat nanti
Melucuti manusia tak kenal diri
Kan kau rasakan murka ilahi
Tanah surga tak kunjung merdeka
Mu’arif

Secercah sejarah nyata


Tentang kemerdekaan tanah surga
Bambu runcing menjadi senjata
Tuk menjaga bendera pusaka

Para pejuang tak pernah hiraukan diri


Tubuhnya menjadi taruhan mati
Tak gentar untuk dicaci
Demi cinta pada ibu pertiwi

Dengarkan wahai pemuda


Aku adalah tulang belulang pahlawan
Yang dahulu menjadi saksi kebiadaban
Aku rela dicincang dan di terlantarkan
Hanya untuk membasmi kemunkaran

Dengarkan wahai pemuda


Aku adalah darah pahlawan
Yang dahulu berserakan dijalanan
Aku rela menetes menyakitkan
Hanya untuk membela kebenaran

Kini kami tinggal kenangan


Merah dan putih adalah kami
NU adalah ajaran kami
Garuda adalah simbol kami
Jagalah rawatlah hinga akhir zaman
Kini ibu pertiwi tak lagi muda
Tapi masih saja berduka
Ntah sampai kapan mewujudkan harapan
Dimanakah arti sebuah kemerdekaan bung.....

Tuhan peluklah surga kami


Tuhan jagalah surga kami
Yang dahulu kami tukar dengan darah daging berserakan
Kami tak rela melihatnya hancur perlahan
Salam kami untuk para pahlawan
CINTA DALAM DIAM
Abdul Basith
Sejak dahulu aku memang sudah menyukaimu.
Tapi, kau adalah ilusi yang aku ciptakan di otakku.
Aku ingin memilikimu,
tapi cintaku takkan pernah kau tahu,
karena cinta ini hanya berlaku dalam diamku.
Dirimu dan diriku hanyalah fatamorgana,
yang kuanggap tidak akan pernah ada di dunia Zambrut Khatulistiwa.
Cinta dalam diam adalah angan diluar batas tanpa kepastian

MENGAGUMIMU
Abdul Basith
Dia, iya aku menyukainya.
Aku suka cara dia untuk menggapai cita-citanya,
aku suka keseriusan dia dalam mencari ilmunya,
bahkan aku kagum akan keistiqomahan dia dalam berhijrah.
Aku menjadi sangat penasaran siapakah lelaki yang dapat menaklukan hatinya,
sangat beruntung kiranya lelaki tersebut berhasil mendapatkannya.
Aaaahh ! dia terlalu istimewa untukku idamkan

Dalam Penantian Halal


Fuzi Fauziyatul Maula
Tahun ke bulan,
Bulan ke minggu,
Dan sampai hembusan napas detik ini
Namamu terbawa dengan sejuta do'a yang ku langitkan.
Engkau bagai fatamorgana yang bertebaran di relung hidupku,
Aku selangkah pergi dan penyesalan dua langkah menghampiri.
Ini yang terbaik,
hadiah dari sang pencipta tuk menjemput keikhlasannya.
Engkau akan mengerti saat tuhan tersenyum dengan kebahagiaan yang lama di nanti.
Takdir itu terkemas rapih dengan setumpuk kejutan lucu yang tuhan skenariokan.

Kasih Sang Utusan


Lutfi Faridz Hermawan
Ku selalu merindukamu
Disetiap saat dan waktu
Kasihmu yang tak terhingga
Membuatku ingin bertemu dengannya

Kau lah sang utusan


Yang tak kenal lelah
Memberikan risalah
Untuk selamatnya umat

Ya Alloh……
Tetapkanlah rahmat padanya
Kami yang ingin berjumpa dengannya
Serta mengharap syafa’atnya

Sejuta Tanya
Windi Nur Istiqamah

Dibalik ruang hampa ini


Adakah yg dapat mengerti?
Akan nyata dibalik fana
Akan duri dibalik kata
Adakah yg lebih indah dibanding imaji?
Mengapa titik tak dapat membuat bersyukur
Lantas, kenapa harus ada riuh?
Padahal yg kuinginkan sunyi
Penjara Suci
Windi Nur Istiqamah

Seragam putih menghiasi hari²


Tak ada kepala tanpa kain yang menutupi
Tangan indah menarinari diatas kitab suci
Lembaran suci pun mulai penuh arti
Mata kantuk mulai menghantui
Meronta, meminta untuk segera mengakhiri
Tapi, niat suci tak ingin diakhiri
Harap semoga alloh meridhoi
Perpisahan
Windi Nur Istiqamah

Jarak memang selalu memisahkan


Cerita memang harus terpaksa diakhiri
Perpisahan selalu menjadi hal yg ditakuti
Tapi, hidup tak harus berhenti
Kenangan pasti akang menghantui
Sejuta cerita selalu menari dalam imaji
Gerbang perpisahan selalu saja tak ingin dilalui
Tapi biarkan puing rindu yg temani
Pernah
Windi Nur Istiqamah
Senja itu...
Pernah menyapaku dgn hangat
Pelangi itu..
Pernah memberikan keindahan yg amat sangat
Meskipun senja kini tak tampak lagi
Angin tak pernah membelai rambutku lagi
Pelangipun tak pernah menyapa lagi
Semua hilang menyisakan rindu yg sesak
3 Hadradji
Lutfi Faridz Hermawan

Ya Maulana…
Kiranya tak bisa ku berterimakasih
Pikirmu yang mulia
Demi keselamatan umat yang sedang kacau

Ya Maulana…
Pikirmu yang mulia
Supaya agama ini
Bisa jaya kembali

Ya Maulana…
Kehidupanmu yang sederhana
Tak mengenal megahnya dunia
Demi kemajuan agama
Pudar Tanpa Harapan
M. Rizki Nugraha

Hai bunga yang kemarin ku genggam


Kini wujud indahmu bertolak belakang
Semerbak harummu hilang melayang
Corak warnamu pudar tak karuan
Beruntung hatiku tak demikian
Lebih menyedihkan

Hai bunga yang dulu menawan


Sejenak kau membawaku terbang keawan
Mengajakku berkenalan dengan rembulan
Tapi kau malah meninggalkanku sendirian
Melayang….tanpa harapan… berantakan
Tak sempat menyapa rembulan
Resah
Lala Sri Gunawan

Dilembayung senja berujar tanpa kata


Nyanyian pilu dalam sukma
Sampai redup harap di cakrawala
Hingga merangkak waktu melewati resahnya
Kesunyian kian mencekam
Kerinduan menggerogoti rasa ingin bertemu
Namanya menyiksa kalbu
Entahlah, aku cemburu pada waktu
Jika saja bukan kamu
Mungkin resah sejenak saja berlalu
Samar
Lala Sri Gunawan

Indraku masih takjim merasakan suara alam semesta


Masih takjim melihat hamparan gemintang diangkasa
Nafasku masih berembus dengan angin malam
Seirama pilu dengan kalbu
Namun detak didadaku masih kelimpungan mencari makna
Ingin tahu satu hal tentang rasa
Ingin tahu tentang fakta didada
Penasaran dengan debar samar ketika bersamanya
Ingin tahu kenapa jarak membunuhku tanpa kata
Kamu,
Ternyata lebih samar dari yang kukira

Al-Fiyah
Karya: Akbar Fauzi/XII IIK 2
Seperti hari itu, malam begitu indah,
Kasih begitu Indah,
Sepertiga malam jadi saksi,
Dan lentera jadi teman.

Semilir angin menusukku,


Namun kau tetao setia,
Suratku yang rindu lantunan itu,
Membuatku terbakar semangat.

Jika diriku terpukul lemah,


Dan hasrat mengalah,
Dengan kesetiaanmu,
Bangunkanlah!

Bersama jiwa yang sedih dan raga yang letih,


Maafkan aku kasih,
Waktu tak dapat kudengarkan,
Dan membuatmu termenung.

Genggamlah tanganku,
Memapah bait-bait cintamu,
Mendaki bukit kemuliaan,
Bersamamu, Alfiyahku...

Hanya Dirimu
Karya: Akbar Fauzi/XII IIK 2
Kasih, bayangmu memenuhi pelupuk mata,
Kenangan bersamamu mengisi relung hati,
Lidahku pun terlihat oleh indahnya namamu.
Sekarang, ku tak mengenal senja,
Tak peduli akan semesta,
Hanya dirimu, hanya dirimu.

Palestinamu
Karya: Akbar Fauzi/XII IIK 2
Aku termenung mengingatnya,
Anak palestina yang buta matanya,
Dibalut luka tembakan di kakinya,
Dengan tertatih berjalan dan bertanya,
Mereka membunuh ayah ibuku,
Mereka nistakan kakakku
Lantas, kemanakah langkahku,
Sedangkan negeri hancur serta surauku.

Dimana kalian?
Ketika kami dibunuh dan dinistakan!
Apakah ini yang kau sebut ikhwan?
Kau biarkan Islam mati dan terhinakan!
Dalam renungan akupun terheran,
Bukankah dulu Islam hidup dalam kejayaan,
Dan disana kita hidup rukun walau beda iman,
Dibawah panji keadilan.
Yah, matahari telah tenggelam,
Ditelan gelapnya malam,
Sang singa tertunduk diam,
Dinistakan dengan kejam,

Jiwaku terbang ke kubur sang pahlawan,


Shalahuddin Sang Pembebas Palestina dari kekejaman,
Akupun terpaku dalam ratapan,
Berharap ia bangkit dari keabadian.

Sahabat
Karya: Rai Muhammad Indriyanto
Ku awali pertemuan ini,
Tanpa pikir panjang,
Dapat mengenalm ialah hal terindah,
Rasanya ingin selalu bersama.

Tapi waktu enggan berpihak,


Lima tahun ku kuatkan hati ini,
Rasa pedih masih terbayang,
Kehilangan belahan hati.
Aku tak tahu harus bagaimana,
Menemukan seseorang....
Yang telah hilang kian lama,
Karena perpisahan tak terduga.

Sekarang aku menemukan Yolanda,


Perasaan ini tak karuan,
Rinduku yang selama ini membara,
Terobati oleh senyum yang menawan.

Cerita tuhan memang indah,


Kita dapat dipertemukan kembali,
Dalam keadaan yang semakin dewasa,
Semoga kau tetap di sampingku, Sahabat....

Agama nu keur Nalangsa


Karya: Luthfi Faridz Hermawan
Nun Gusti....
Hampunten ti simabdi,
Anu tacan tiasa,
Ngalakonan agama.
Nun Gusti....
Hampunten ti simabdi,
Terang kana sareat afama
Tapi tara ngalaksana.

Agama nu keur nalangsa,


Kaom nu teu emut kana dosa,
Terus merajalela,
Sabab kurang deukeut jenung ulama.

Ya Allah....
Simkuring pasrah,
Hirup abdi, maot abdi,
Kumaha Gusti.

SUARA RAKYAT
Ucu Abdul Aziz

Detak hati tak pernah terhenti


Sebelum ajal mendatangi
Pikir dan bayang selalu menghantui
Rakyat Biasa yang tersakiti
Yang berkuasa semakin tinggi
Dan rakyat biasa semakin dibebani

Dimana keadilan berada


Dimana keselarasan berada
Hanya puing kesal dan lirih hati
Jeritan rakyat yang tak di dengar
Menyatu dengan hembusan angin
Tak terlihat tapi selalu terasa
Argumen kami hanyalah sebuah argumen
Yang tak pernah sampai di telinga kalian
Sungguh miris negeri ini

TRAGIS
Ucu Abdul Aziz

Mudanya usia mu
Tidak menjamin kau akan hidup untuk esok hari
Bahkan sekarang pun kau bisa tiada dengan kehendak-Nya

Sore itu..
Hitamnya jalanan menjadi saksi kepergianmu
Garis putih pembatas jalan
Berubah menjadi merah pekat

Truck pasir yang kau hantam


Membenturkan kepalamu pada kerasnya aspal

Seakan tidak percaya kau akan meninggalkan kami


Tangisan langit menemani kepergianmu

Hanya do'a yang bisa tersampaikan


Selamat jalan teman...
Semoga kau tenang di alam sana..

PENYESALAN SANG PECUNDANG


Ucu Abdul Aziz

Malam ini....
Di selimuti kegelapan dan keheningan
Suasana sepi menambah kesunyian

Udara dingin bagai belati yang terus menusuk tubuh kecilku


Bulan dan bintang seaakan malu tuk menampakan diri
Hanya secangkir kopi
Dan selinting 'racun'..
Menemani kesunyian malamku..

Terbesit rindu
Pada dia yang pernah ku kecewakan
Penyesalan terus meneror tanpa henti
Seakan sulit tuk menghindar

Bayang wajahnya..
Senyum manisnya..
Canda tawanya...
Terus menghantui ingatanku
Kesalahan besar untuk ku...
Salam rindu dariku..
Maaf telah mengecewakanmu....

Senjata Terakhir

Septa Prayoga

Dan kini tintaku kembali tertuang kepada kertas-kertas yang merekap.

Ketika batin mengulum kerinduan akan kebebasan.

Jiwaku untuk negara ini sepertikan belantara dengan kesucian niatku.

Kebencian menjadi jendala yang pekat.

Seluruh insan di tanah ini kalut akan cengkramanya.

Tasbih terus terucap dalam do'a.

Seakan manisnya madu masih jauh untuk dirasa.

Dengan tekad yang kuat,ku mulai membumihanguskan ampedu itu.

Tetapi mengapa kerja belum selesai juga.

Jika malam ini ku berpesan untukmu,dimana senjata terakhir itu.

Aku disini masih termenung


Aku

Hanna Noviana

Tak ingin aku seperti ini

Di mana tak ada setitik ingatan akan sang Pencipta

mengejar makhluk yang tak pasti di hati

tinggal lah dosa yang tak kan terlupa

Kutahu

mengejar cinta makhluk taklah berguna

takkan mendapat apa yang didamba

Kejar cinta si Pencipta

Berlian di langit dan bumilah akan tercipta

Namun tak dapat dipungkiri

Aku hanyalah makhluk yang penuh akan kekeliruan

berfoya untuk kesementaraan

melupa akan keabadian


Irama Kehidupan

Hanna Noviana

Langit yang putih tak selamnya indah,.

Malam gelap memberikan kedamaian,.

Udara yang sejuk dapat menyejukan insan,..

Air yang mengalir seakan membawa pesan kehidupan,..

Batang yang patah dapatlah kembali ...

Namun hati yang patah jangan tanyakan lagi...

Kadang sebuah pencapaian harus mengorbankan yang kita sayang,..

hidup itu menata kedepan bukan hanya melihat keblakang...

Gemercing air menghiasi hari,...

Seakan menjadi saksi perjalan hidup ini,..

Dan hanya engkau lah yang aku yakini

Wahai sang ilahhi.


Pesantren

Frecelia Putri

Aku adalah apa apa yang kau sebut sebagai penjara

Padahal di benak pencari ilmu Aku Adalah surga mereka

Aku adalah apa apa yang kau sebut sebagai sumber sengsara

Padahal di dunia diriku ada kesenangan dan keindahan yang kau tak pernah bisa rasa

Kau yang tak pernah paham bahwa dalam menuntut ilmu itu perlu merasakan kepedihan

Hanya menganggap aku adalah tempat yang membosankan serta penuh aturan Mengapa kau
membenciku padahal kau sungguh-sungguh mengenaliku kenaliku. Kenali aku!

Maka kamu akan mengajarkan sebuah pengorbanan

Bahwa kau perlu berlama-lama menetap supaya ketika kau kembali

Kau kembali menjadi pribadi yang mantap kau akan aku ajarkan perkara kedisiplinan agar
kau memahami bahwa hidup tak bisa Sebebas di hutan

Kau akan aku ajarkan tentang kebersamaan supaya kau kelak menyadari bahwa hidup bukan
untuk dirimu sendiri.

Kawan
Frecelia Putri

Kawan mungkin tak sepaham. Berhenti seketika

Diam yang tak beralasan

Mengapa hanya sebentar momen itu Senang ketika dengan mereka

Sedih, bahkan sakit hati ketika tidak sepaham

Wajar kawan kita masih labil dalam sebagian hal

Tetapi mungkin disini saat kita agar lebih dewasa

Maaf aku teman jika saat itu aku kurang baik dalam bersikap

Ingin seperti dulu tapi kurasa tidak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai