1
B. Pengertian Semantik, Etnografi, Semantik al-Qur’an dan Etnografi al-
Qur’an
1. Semantik dan Semantik al-Quran
Semantik secara bahasa berasal dadi bahasa Yunani semantakos
yang memiliki arti memaknai, mengartikan dan menandakan. Adapun
secara istilah semantic ialah ilmu yang menyelidiki tentang makna, baik
berkenaan dengan hubungan antar kata-kata dan lambang-lambang dengan
gagasan atau benda yang diwakilinya. Bisa juga diartikan kajian analitik
terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa denagn suatu pandangan yang
akhirnya sampai pada weltanschaung masyarakat dengan menggunakan
bahasa itu.
Untuk semantik al-Qur’an sendiri kajian analitik terhadap istilah-
istilah kunci suatu al-Qur’an dengan suatu pandangan yang akhirnya
sampai pada weltanschaung
2. Etnografi dan Etnografi al-Qur’an
Etnografi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani ethnosgraphia
yang memiliki arti tulisan rakyat. Adapun secara istilah adalah suatu
bidang penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial,
terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi. Bisa juga
merupakan suatu pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan dan
bertujuan unutuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli.
Sedangkan etnografi al-Qur’an sendiri memiliki arti kajian analitik
domain dan taksonomi dalam al-Qur’an untuk mendapatkan tema al-
Qur’an.
C. Pengertian makna Referensial dan Relasional dan penerepannya pada
dalam al-Qur’an
1. Makna Referensial
Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan
kenyataan atau memiliki referen (acuan), makna referensial dapat juga
disebut makna kognitif, karena memiliki acuan. Dalam makna ini
memiliki hubungan dengan konsep mengenai sesuatu yang telah
2
disepakati bersama oleh masyarakat bahasa, seperti meja dan kursi
adalah yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai
referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan
“kursi”. Makna referensial bersifat tetap dan melekat pada simbol
2. Makna Relasional adalah makna baru yang diberikan pada sebuah kata
yang bergantung pada kalimat dimana kata tersebut diletakkan atau
bisa juga diartikan makna yang muncul dari kesan yang ditimbulkan
oleh acuan. Makna relasional muncul dari hubungannya dengan kata
lain. Sebagai contoh kata libas pada ayat berikut:
نزَلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا يُ ٰ َو ِرى َسوْ ٰ َءتِ ُك ْم َو ِري ًشا ۖ َولِبَاسُ ٱلتَّ ْق َو ٰى ْ َٰيَبَنِ ٓى َءا َد َم قَ ْد أ
ت ٱهَّلل ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُون َ ِٰ َذلِكَ خَ ْي ٌر ۚ ٰ َذل
ِ َك ِم ْن َءا ٰي
Meskipun dalam ayat yang sama, namun memiliki makna yang jauh
berbeda. Kata libas yang pertama memiliki perbedaan makna dengan
kata libas al-taqwa (libas yang kedua). Dengan demikian libas al-
taqwa tidak bisa dimaknai sebagai pakaian pada umunya. Ia sudah
memiliki makna relasional, yakni makna baru yang erat hubungannya
dengan ketaqwaan seseorang.
3
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim.
al-Sattar FathulLah Sa’id, Abdul. Al-Madkhal ilā alTafsīr al-
Mawdhū’ī. Cairo. Dār al-Tawzī’ wa al-Nasyr al-Islāmiyyah.
1991.
Izutsu,Toshihiko. Relasi Tuhan dan Manusia. Yogyakarta. Tiara
Wacana. 2003.
Rashwani, Samir Abd al-Rahman. Manhaj al-Tafsir al-Mawdhu’i li al-
Qur’an alKarim. Alepo: Dar al-Multaqa. 2009.