• Pemerintahan multipartai.
1
Politik multipartai hanya di pertahankan di Botswana, Gambia dan
Mauritius, juga di Senegal Zimbabwe selama tahun 1970 dan 1980. Namun
ini paling sering terjadi di bawah naungan partai dominan dengan watak
nonkomperatif.
Ada beberapa kisah menarik dari keberhasilan dan kegagalan dari partai
politik di 3 negara Afrika diantaranya Kenya, Zambia dan Republik Kongo,
layak pula untuk di tengok. Karakteristik perkembangan dan kejatuhan partai
politik utama yang berlangsung di negara-negara ini, sejak kemerdekaan
tahun 1960 sampai pertengahan 1990. Ke 3 negara tersebut memperoleh
kemerdekaan dalam periode waktu yang sama. Republik Kongo memperoleh
kemerdekaan dari Belgia pada tahun 1960, Kenya mendapatkan kemerdekaan
dari Inggris pada tahun 1963 sedangkan Zambia juga mendapatkan
kemerdekaan dari Inggris tahun 1964.
2
melanda Afrika setelah tahun 1989. Partai politik telah di perdebatkan sebagai
perlengkapan yang sangat di perlukan oleh negara-negara demokrasi modern,
meskipun formasi dan perkembangan mereka tidak berjalan dengan lancar.
Konstitusi di negara-negara Afrika secara sederhana mengandung ketentuan
untuk keberadaan dan legitimasi partai-partai tersebut.
Oleh karena itu konstitusi baru biasanya menandai transisi dari rezim
otoriter atau dominan pertahanan ke rezim baru atau kembali lagi ke
demostrasi multi partai, untuk menetapkan nada bagi pemerintahan yang
demokratis atau menetapkan peraturan keterlibatan untuk semua aktor politik.
Pemilu multi partai akan menimbulkan demostrasi konstitusional dan
konstitusionalisme. Namun terdapat perbedaan adaptasi teori dalam praktik,
yang timbul dari perbedaan latarbelakang, politik sosial budaya, prosedur
pembuatan konstitusi dan struktur konstitusional dan institusional dengan
berbagai negara.2
2
Stephen Ndegwa, "kenya : Third Time Lucky", Journal of Democraty, vol 14. No 3 (2003), 147.
3
keseluruhan, 68% adanya perubahan demokrasi di seluruh benua terjadi antara
tahun 1989 hingga 1995. Pada akhirnya, di tahun 2013 sebagian besar negara-
negara benua Afrika ditandai dengan pergantian partai pemerintah ke partai
oposisi.3 Nigeria, Ghana, dan Benin memenuhi kategori tersebut, karena telah
melibatkan transisi "top down", dimana rezim militer pertahanan menyerahkan
kekuasaan kepada kepemimpinan sipil. Sementara itu, Senegal (Kelompok etnis)
yang selalu memiliki pemerintahan pimpinan sipil, berubah menjadi pihak ketiga
yang dominan diktator menjadi multi-partai.4
3
Sebastian Elischer, Political Parties in Africa : Ethnicity and Party Formation (Cambridge:
Cambridge Univercity Press, 2013), 22-27.
4
Giovanni M. Carbone, Political Parties and Party Systems in Africa : Themes and Research
Perspective, World Political Review, Vol. 3, No. 3 (2007): 1-10.
5
Shaheen Moazaffar dan James R. Scarrit, The Puzzle African Party Systems, Party Politics, Vol.
11, No. 4 (2005): 400.
6
Kenneth Janda, Political Parties and Democracy in Theoretical and Practical Perspectives :
Adopting Party Law (Washington: The National Democratic Institute for Internasional Affairs).
7
Michele Brandt, Jill Cottrell, Yash Shai, and Anthony Regan, Constitution Making and Reform :
Options for the Process (Interpeace), 13-14.
4
konstitusional, dan pada akhirnya konstitusionalisme. 8 Namun, terdapat perbedaan
adaptasi teori ini dalam praktik yang timbul dari perbedaan latar belakang politik-
sosial-budaya, prosedur pembuatan konstitusi serta struktur konstitusional dan
institusional di berbagai negara.9
8
Charles Manga Fombad, Constitutional Reforms and Constitutionalism in Africa : Reflections
On Some Current Challenges and Future Prospect, Buffalo Law Review, Vol. 3, No. 9 (2007),
1009-1010.
9
Joe Clare, Democratization and International Conflicts : The Impact of Institutional Legacies,
Journal Peace Research, Vol. 44, No. 3 (2007), 259-276.
10
A. K. Oladipupo, Democratic Waves in West Africa : Nigeria and Ghana as a Case in View,
Afro Asian Juornal of Social Science, Vol. 2, No. 2 (2011).