Anda di halaman 1dari 6

Resume buku 3

Judul buku : politik pemilu

Penulis : Prof. Dr. Kacung marijan

Penerbit: KENCANA

Tahun terbit :2017

Jumlah halaman : 108

BAB I

Partisipasi serta aspirasi rakyat dalam politik terwujud dalam bentuk pemungutan suara di
pemilu yang menggunakan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Selain itu,
juga diharapkan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Sebagai sarana untuk mewujudkan
pemerintahan yang mempunyai legitimasi kuat serta suatu bentuk kedaulatan rakyat,
pemilu mempunyai peran yang strategis. Kualitas pemilu menentukan eksistensi sebuah
negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Sistem proporsional yang dipakai
selama ini dipandang sebagai sistem yang sesuai dengan kondisi Indonesia dan bisa
mewakili masyarakat kita yang plural dan heterogen. Selain karena dalam sistem kepartaian,
kita menggunakan sistem multipartai yang memungkinan jumlah partai sebanyak-
banyaknya sesuai kehendak rakyat sepanjang memenuhi syarat sesuai peraturan
perundang-undangan dan lolos verifikasi.Tentunya partai politik ini akan menempatkan
kadernya di parlemen dengan mewakili daerah pemilihannya dengan peruntungan yang
sama baik antar-partai politik maupun antara caleg yang satu dengan lainnya.

Dalam sistem proporsional (multi member constituency), wilayah negara atau wilayah
pemilihan dibagi-bagi dalam daerah-daerah pemilihan di mana tiap-tiap daerah pemilihan
jumlah wakil yang akan duduk dalam perwakilan lebih dari satu orang wakil. Kursi-kursi di
parlemen dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, disesuaikan dengan persentase atau
pertimbangan jumlah suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik.
Sementara kalau dalam sistem distrik, wilayah pemilihan ditentukan Sementara kalau dalam
sistem distrik, wilayah pemilihan ditentukan atas kesatuan geografis atau wilayah dan hanya
memilih seorang wakil, jumlah wilayah yang dibagi sama dengan jumlah anggota parlemen
yang ada. Untuk pemilu dalam rangka memilih anggota DPD digunakan sistem distrik. Itu
pun distrik berwakil banyak. Sejak Pemilu 2004, kita menggunakan sistem proporsional
terbuka untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Sehingga
pemilih diberikan kewenangan untuk memilih caleg yang dikehendaki sesuai daftar caleg
yang ada di masing-masing partai politik. Pada Pemilu 2009 serta pemilu yang akan datang,
penentuan kursi berdasarkan suara terbanyak. Itu artinya, ketika suatu partai politik
mendapatkan perolehan kursi di suatu daerah pemilihan maka yang memperolehnya adalah
caleg dengan perolehan suara terbanyak.

Sistem Partai Tunggal

Sistem partai tunggal digunakan untuk partai yang benar-benar menjadi satu-satunya partai
dalam sebuah negara.

Negara yang menerapkan sistem partai tunggal hanya memiliki satu partai yang memegang
kekuasaan atas militer, pemerintahan, serta menguasai segala aspek yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakatnya.

Partai tunggal biasanya berlaku di negara-negara komunis dan fasis. Partai tunggal yang
menjadi satu-satunya partai besar digunakan sebagai alat pemerintah untuk menguasai
masyarakat dan melanggengkan kekuasaan pemerintah. Sistem partai tunggal terdapat di
beberapa negara Afrika yaitu Ghana di masa Kwame Nkrumah, Guinea, dan Mali. Selain itu
juga di Eropa Timur dan Republik Rakyat Tiongkok.Kecenderungan negara-negara yang
menggunakan sistem partai tunggal adalah karena di negara-negara baru, pemimpin sering
berhadapan dengan masalah integrasi berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang
berbeda .Apabila keanekaragaman sosial dan budaya ini dibiarkan, dikhawatirkan akan
terjadi gejolak sosial politik yang menghambat usaha-usaha pembangunan.
Sistem Dwi Partai

Sistem dwi partai berarti adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan
peranan dominan dari dua partai dalam sebuah negara. Dewasa ini, hanya sedikit negara
yang menggunakan sistem dwi partai. Diantaranya adalah Inggris, Amerika Serikat, dan
Filipina.

Dalam sistem dwi partai, dengan jelas partai terbagi menjadi partai penguasa karena
menang dalam pemilihan umum dan partai oposisi karena kalah dalam pemilihan umum.

Pembagian tugas di antara kedua partai yaitu partai pemenang pemilu akan memerintah
dan partai yang kalah dalam pemilu menjadi partai oposisi yang loyal.

Oposisi loyal bukan hanya melakukan kritik terhadap pemerintah berkuasa tetapi juga
membedakan dukungan atas kebijakan dan keputusan pemerintahan yang memang
berkiblat pada kepentingan publik.

Ketika pemerintah membuat kebijakan publik yang tidak berorientasi pada kebutuhan
mayoritas publik, maka oposisi akan melakukan peran dan fungsinya sebagai antitesis atas
kebijakan tersebut.

Salah satu contoh pembagian tugas ini adalah satu partai yang memenangkan posisi
presiden, partai lain akan menguasai badan perwakilan rakyat. Contoh yang mempraktikkan
sistem ini adalah Amerika Serikat. Misalnya ketika Partai Republik mendapatkan kursi
kepresidenan, maka Partai Demokrat akan menguasai kongres.

Sistem Multipartai Sistem multipartai pada umumnya berkembang di negara yang memiliki
keanekaragaman dalam masyarakat. Di mana perbedaan ras, agama, dan suku bangsa
sangatlah kuat. Sistem multipartai lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik
daripada sistem dwi partai. Negara yang menggunakan sistem multipartai adalah Indonesia,
Malaysia, Belanda, Perancis, Swedia, dan lain-lain. Sistem multipartai tidak memiliki satu
partai yang cukup kuat untuk membentuk pemerintahan sendiri sehingga terpaksa
membentuk koalisi dengan partai lain. Oleh karena itu, sistem multipartai mencerminkan
adanya lebih dari dua partai yang dominan. Sistem kabinet yang diterapkan umumnya
berupa sistem kabinet parlementer. Parlemen cenderung memiliki posisi lebih kuat
dibanding lembaga eksekutif karena parlemen dapat menjatuhkan kabinet dengan mosi
tidak ppercaya Oleh karena itu, sistem multipartai cenderung melahirkan pemerintahan
yang tidak stabil

BAB II

Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan atas apa yang terjadi di
masa lampau. Mengembalikan hak menentukan pemimpin kepada rakyat, penguasa di
bawah pengawasan rakyat.

Dalam sejarah ketatanan Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad,
perkembangan demokrasi mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia adalah bagaimana upaya meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial politik yang demokratis Demokrasi juga dapat di artikan
sebagai seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan
prosedurnya. Negara yang menganut sistem demokrasi akan memberikan kebebasan untuk
warga negaranya menyampaikan pendapat.

. Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Macam-macam demokrasi di Indoensia yang pertama adalah demokrasi parlementer yang


menonjolkan peranan parlementer serta partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang
selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina
menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan.

Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan 1950. Banyak para ahli menilai
bahwa demokrasi parlementer kurang cocok untuk Indonesia. Karena lemahnya benih-benih
demokrasi sistem parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlemen di mana badan


eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara konstitusional beserta menteri-
menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai
politik usai kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan lama. Koalisi yang dibangun dengan
gampang pecah hal ini mengakibatkan destabilisasi politik nasional.

Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Macam-macam demokrasi di Indonesia berikutnya adalah demokrasi terpimpin. Demokrasi


terpimpin ini telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan
beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini kuat ditandai dengan dominasi presiden,
terbatasnya peran partai politik, perkembangan pengaruh komunis dan peran ABRI sebagai
unsur sosial-politik semakin meluas.

UUD 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-
kurangnya lima tahun. Namun ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno
sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini yang
ditentukan oleh Undang-Undang Dasar.

Selain itu, banyak sekali tindakan yang menyimpang atau menyeleweng terhadap
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar seperti pada tahun 1960 Ir. Soekarno sebagai
presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum. Padahal dalam
penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai
wewenang untuk berbuat demikian. Berakhirnya pemerintahan Soekarno menjadi akhir dari
berlakunya demokrasi terpimpin di Indonesia, yang kemudian digantikan dengan demokrasi
pancasila. Demokrasi pancasila merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensial. Landasan formal periode ini adalah pancasila, UUD 1945, dan Tap
MPRS/MPR dalam rangka meluruskan penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi
pada masa demokrasi terpimpin. Namun, dalam perkembangannya peran presiden justru
semakin dominan terhadap lembaga-lembaga Negara yang lain.

Melihat praktik demokrasi pada masa ini, nama pancasila hanya digunakan sebagai
legitimasi politik penguasa pada saat itu. Sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.Demokrasi Pancasila pada era Orde Baru kerap ditandai
dengan dominasi peran ABRI, Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik,
pengebirian peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam berbagai
urusan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,
inkorporasi lembaga non pemerintah. Pemerintahan Orde Baru sendiri berakhir pada tahun
1998 setelah Soeharto dilengserkan oleh rakyatnya pada Mei 1998.

Anda mungkin juga menyukai