Anda di halaman 1dari 5

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan rakyat.

Demokrasi
berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki arti rakyat dan Kratos yang memiliki
arti kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
bagi semua warga negara.

Dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa: 1.
Masa Demokrasi Konstitusional, yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai
yang karena itu dinamakan Demokrasi Parlementer
2. Masa Demokrasi Terpimpin, yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi
konstitusionil yang secara formil merupakan landasannya. 3. Masa Demokrasi Pancasila,
yang merupakan demokrasi konstitusionil yang menonjolkan sistem presidensil.

1. Hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial politik. Istilah demokrasi
berasal dari bahasa Yunani, demos artinya rakyat, dan cratein artinya pemerintah. Ciri-ciri
pokok proses demokrasi adalah pemerintah berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat
banyak, adanya pemisah dan pembagian kekuasaan, adanya tanggung jawab dari pelaksana
pemerintahan, Sebagai sistem pemerintahan yang berdasar kehendak rakyat, demokrasi
akan senantiasa berubah-ubah bergantung 20 pada pertimbangan kekuatan yang ada dan
mempengaruhi sebuah kekuasaan. Dengan demikian, perjalanan waktu dan kondisi dalam
negara akan menghasilkan demokrasi yang berbeda dengan negara lain. Hal ini sesuai
dengan tiga pilar penegak demokrasi dikutip dari Abraham Lincoln (1873), demokrasi yaitu
pemerintahan dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat
(government by the people), dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people).
Jadi, untuk dikatakan sebagai negara demokratis maka ketiga hal ini harus terpenuhi dalam
suatu negara.

2. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif,


yudikatif, dan eksekutif) b. Pemerintahan konstitusional c. Partai politik lebih dari satu dan
mampu melaksanakan fungsinya d. Pers yang bebas e. Perlindungan terhadap hak asasi
manusia f. Pengawasan terhadap administrasi negara g. Peradilan yang bebas dan tidak
memihak h. Pemerintahan yang diskusi i. Pemilihan umum yang bebas j. Pemerintahan
berdasarkan hukum

3. Tujuan umum Partai Politik adalah: a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
dan c. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (2) Tujuan Khusus Partai
Politik adalah: memperjuangkan cita-cita bangsa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Partai Politik mempunyai hak untuk: a. Memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan
adil dari negara, b. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri, c.
Memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar partainya dari Departemen
Kehakiman sesuai dengan peraturan perundangundangan, d. Ikut serta dalam pemilihan
umum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang Pemilihan Umum, e. Mengajukan
calon untuk mengisi keanggotaan di lembaga perwakilan rakyat, f. Mengusulkan pergantian
antar waktu anggotanya di lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, g. Mengusulkan pemberhentian anggotanya di lembaga perwakilan rakyat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan h. Mengusulkan pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Politik menyelenggarakan beberapa fungsi, salah satu fungsi ialah sebagai “sarana
komunikasi politik.” Kedudukan partai adalah sebagai jembatan antara “mereka yang
memerintah” (the rules) dengan “mereka yang diperintah” (the ruled)

Kesimpulan: Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran partai sebagai jembatan
adalah sangat penting karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada
semua kelompok masyarakat dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan
masyarakat. Akan tetapi sering pula terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi
menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan
keresahan dalam masyarakat. Keadaan semacam ini dapat menghambat berkembangnya
kehidupan politik yang sehat

4. Pemilihan umum yang menempatkan suara rakyat sebagai pemegang hak sipil politik,
termasuk penentu dalam suara pemilihan umum, merupakan konsep yang selaras dengan
prinsip demokrasi. Dijelaskan selanjutnya oleh Arend Lijhpard, bahwa sebuah negara yang
menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi, adalah negara yang memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut: (Bagir Manan, 1996 : 58) 1. Ada kebebasan untuk membentuk dan menjadi
anggota perkumpulan; 2. Ada kebebasan menyatakan pendapat; 3. Ada hak untuk
memberikan suara dalam pemungutan suara; 4. Ada kesempatan untuk dipilih atau
menduduki berbagai jabatan pemerintah atau negara; 5. Ada hak bagi para aktivis politik
berkampanye untuk memperoleh dukungan atau suara; 6. Terdapat berbagai sumber
informasi; 7. Ada pemilihan yang bebas dan jujur; 8. Semua lembaga yang bertugas
merumuskan kebijakan pemerintah, harus bergantung kepada keinginan rakyat
pembahasan terfokus pada sistem pemilihan mekanis yang memiliki dua cara
pelaksanaan, yakni sistem perwakilan distrik atau mayoritas atau single member
constituencies, serta sistem perwakilan proporsional. Baik sistem perwakilan
proporsional maupun sistem perwakilan distrik memiliki perbedaan model. Untuk
perwakilan proporsional, mendesain perwakilan berimbang antara jumlah wakil
dengan jumlah perolehan secara nasional, sehingga apabila disimpulkan maka dapat
diketahui terdapat korelasi antara proporsi jumlah penduduk dan wakil yang duduk
di lembaga perwakilan. Proporsional di sini juga disesuaikan antara Jurnal Yustika
Vol. 22 No. 02, Des 2019 Halaman | 77 Resultan Sistem Pemilu dan Sistem
Pemerintahan terhadap Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Anajeng Estri Edhi
Mahanani Jurnal Yustika dapat diunduh pada website berikut:
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika prosentase kursi di badan perwakilan
rakyat dengan prosentase jumlah suara yang diperoleh oleh partai politik secara
keseluruhan, bukan didasarkan pada siapa yang memperoleh suara terbanyak.

Selain dua sistem pemerintahan tersebut, adapula jenis sistem pemerintahan yang lain yakni sistem
pemerintahan quasi maupun referendum. Namun yang akan menjadi pembahasan lengkap di sini
adalah sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensiil yang keduanya
pernah dipraktekkan dalam pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan parlementer
digunakan legislatif untuk mengawasi eksekutif , sehingga dalam sistem ini, kekuasaan parlemen
lebih besar daripada eksekutif. Hasil dari pengawasan ini, Dewan Menteri (kabinet)
bertanggungjawab kepada parlemen (Syafiie, 2011). Selanjutnya, ditegaskan bahwa
pertanggungjawaban ini membuat adanya mosi tidak percaya apabila adanya ketidakpercayaan
terhadap kinerja kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Sistem parlementer memiliki kriteria
adanya hubungan antara legislative, eksekutif, yang antara keduanya saling mempengaruhi. Sistem
pemerintahan parlementer yang dapat pula disebut sebagai the parliamentary types of government,
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Mariana, Paskalina & Yuningsih, 2007 : 10) (1) Kepala negara hanya
mempunyai kekuasaan nominal. Hal ini berarti bahwa kepala negara hanya merupakan lambing /
symbol yang hanya mempunyai tugas-tugas yang bersifat formal, sehingga pengaruh politiknya
terhadap kehidupan negara sangatlah kecil. (2) Pemegang kekuasaan eksekutif yang sebenarnya /
nyata adalah perdana menteri bersama-sama kabinetnya yang dibentuk melalui lembaga
legislative/parlemen;

dengan demikian kabinet sebagai pemegang kekuasaan eksekutif riil harus bertanggungjawab
kepada badan legislative/parlemen dan ahrus meletakkan jabatannya bila parlemen tidak
mendukungnya. (3) Badan legislative dipilih untuk bermacam-macam periode yang saat
pemilihannya ditetapkan oleh kepala negara atas saran dari perdana menteri. Point utama sistem
pemerintahan parlementer sebenarnya terletak pada dapat saling menjatuhkannya antara eksekutif
dengan parlemen. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mr. Achmad Sanusi, yang menjelasan ciri-ciri
sistem parlementer sebagai berikut: (Mariana, Paskalina & Yuningsih, 2007 : 12) (1) Kedudukan
kepala negara tidak dapat diganggu gugat; (2) Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri
bertanggungjawab kepada parlemen; (3) Susunan personalia dan program cabinet didasarkan atas
suara terbanyak di parlemen; (4) Masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan tetap atau pasti
berapa lamanya; (5) Kabinet dapat dijatuhkan pada setiap waktu oleh parlemen, sebaliknya
parlemen dapat dijatuhkan oleh pemerintah.

5. Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin


dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar
perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup
yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan.
Dalam kaitan ini, terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu:
1. Pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat Masalah pendidikan tidak lepas
dari kebudayaan suatu masyarakat dan politik di
dalamnya. Proses pendidikan bersifat dinamis yang menggerakkan dan merubah nilai-nilai
suatu masyarakat sesuai dengan perubahan kehidupan yang ada. Pendidikan dipengaruhi
oleh bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika yang
ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota masyarakat. Dengan
demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu masyarakat dapat merubah budaya dan
negaranya ke arah yang lebih baik.
2. Pendidikan sebagai pelaksana kekuasaan negara System pendidikan dapat merubah gaya
hidup suatu masyarakat karena dapat
merubah tingkah laku seseorang dalam berpikir yang lebih terbuka. Dalam pandangan studi
cultural, peran Negara dapat bersifat positif apabila lembaga-lembaga pendidikan juga
mempunyai control terhadap pelaksanaan kekuasaan Negara. Masyarakat berhak ikut serta
dalam setiap proses pelaksanaan pendidikan sejak pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi lembaga pendidikan.
Atas dasar tersebut, pembangunan suatu mayarakat hanya dapat terjadi apabila
masyarakat itu sendiri mempunyai sikap demokratis, kesatuan bangsa atau nasionalisme,
dan rasa persatuan. Masyarakat akan kritis terhadap kebijakan yangdimunculkan oleh
penguasa. Dan dari sikap kritis tersebut akan menjadi benih bagi demokratisasi
penyelenggaraan Negara.
3. Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis Hakikat pendidikan
demokratis sendiri adalah pemerdekaan. Sedangkan tujuan
pendidikan dalam suatu Negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari
kebodohan, kemiskinan, dan berbagai perbudakan lainnya. Hal ini sejalan dengan tujuan
otonomi pendidikan yang memberdayakan manusia melalui otonomi lembagalembaga
pendidikan di masyarakat baik dalam bentuk pendidikan Negara maupun pendidikan swasta.
Eksistensi pendidikan swasta menunjukkan dengan jelas bahwa antara politik dan
pendidikan saling berkaitan. Keterkaitan ini menandakan bahwa politik tidak lepas dari
pendidikan dan demikian pula pendidikan tidak bisa lepas dari politik.
Seorang tokoh demokrasi dan pendidikan, John Dewey juga melihat hubungan
yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi. Dewey mengatakan bahwa apabila kita
berbicara mengenai demokrasi, maka kita memasuki wilayah pendidikan. Menurutnya
pendidikan merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi. Oleh
karena itu pendidikan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan Negara yang
demokratis.
Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam Kaitan dengan pendidikan,
persoalan, yang muncul adalah mungkinkah pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam
suasana sekolah yang sangat birokratis, hirairkis-sentralistis dan elitis.
Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan merupakan pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di
dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan
pengeola pendidikan.
Karena itulah demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas, patut selalu dianalisis
sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan pendidikan yang paling tidak
mengandung hak-hak sebagai berikut:
Rasa hormat terhadap harkat dan martabat sesama manusia. Dalam hal ini demokrasi
dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin
persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit,
agama dan bangsa.
Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.Dengan acuan prinsip inilah
yang melahirkan adanya pandangan bahwa manusia itu
haruslah dididik, karena dengan pendidikanlah manusia akan berubah dan berkembang
kearah yang lebih sehat dan baik serta sempurna.
Arend Liphart. (1984). Democracies, Patterns of Majoritarian and Consensus Government in Twenty-One
Countries. New Haven: Yale University Press.
’ZL_ 6XOLVZRUR__ 7UL_:DK\XQLQJVLK__ ’LNGLN_ %DHJDTL_ $ULI__ ________ %DKDQ_ $MDU_
´’HPRNUDVLµ__ +LEDK_ 0DWHUL_
Pembelajaran Non Konvensional, Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan.
I Gde Pantja Astawa. (2008). Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia. Bandung : Alumni.
Mariana, D., Paskalina, C., & Yuningsih, N. Y. (2007). Perbandingan Pemerintahan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Miriam Budiarjo. (1985). DasarDasar Ilmu Politik [The Principles of Political Science]. Jakarta: Gramedia.
______________, dan Ibrahim Ambong (ed), 1993, Fungsi Legislatif dalam Sistem Politik Indonesia, Rajawali
Press ² AIPI Jakarta, Jakarta.
Sarundajang, S. H. (2012). Babak Baru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
Syafiie, I. K. (2011). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.
___________ & Azikin, A. (2008). Perbandingan Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Membahas terkait pemilu (pemilihan umum) selalu memiliki resultan dengan demokrasi.
Demokrasi dalam definisi harfiah memiliki arti pemerintahan dari rakyat (Arend Lijhpart, 1984 :
1), merupakan pemahaman paling mendasar dan paling mainstream digunakan. Demokrasi yang
acapkali dihubungkan dengan kedaulatan rakyat yang kemudian diterapkan di Indonesia atas
dasar Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang mengatur
´.HGDXODWDQ_ EHUDGD_ GL_ WDQJDQ_ UDN\DW_ GDQ_ GLODNVDQDNDQ_ PHQXUXW_
8QGDQJ-8QGDQJ_ ’DVDUµ_
mencerminkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan, berbangsa dan bernegara letak dasar nya
adalah pada rakyat.

Anda mungkin juga menyukai