Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Hakikat Demokrasi, Demokrasi Sebagai Sistem Nilai


dan Sistem Politik, Partai Politik, Pemilu dan Sistem
Perwakilan, Pendidikan Demokrasi

DISUSUN OLEH :

1. ABELL IVANA .T. (0152422795)


2. ARIZA ARIF EFENDI (0152422804)
3. BIDHA NIRA (0152422807)
4. EKA LIDIA W. (0152422820)
5. INAYATUL KHASANAH (0152422832)
6. MARISCHA BHELLA V.I.S (0152422843)
7. MUHAMMAD FAIZAL (0152422851)
8. NOVIE ARIYANTO (0152422861)
9. RESTO REDITA T. (0152422873)
10. ROFIATUS SHOLIKAH (0152422877)
11. WIKE RINA A (0152422893)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PENDIDIKAN KEPERAWATAN AKADEMI


KEPERAWATAN PEMERINTAHAN KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis
diberi untuk menyelesaikan makalah tentang “Hakikat Demokrasi, Demokrasi
Sebagai Sistem Nilai Dan Sistem Politik, Partai Politik, Pemilu dan Sistem Perwakilan,
Pendidikan Demokrasi”.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Kewarganegaraan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses
penyelesaian tugas ini hingga selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Ngawi, 10 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................1

C. Tujuan ........................................................................................................1

D. Manfaat .....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Demokrasi ...................................................................................2

B. Demokrasi Sebagai Sistem Nilai dan Sistem Politik ..........................2

C. Demokrasi dalam Partai Politik ...............................................................3

D. Demokrasi dalam Pemilu dan Sistem Perwakilan ...............................3

E. Pendidikan Demokrasi .............................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................7

B. Saran .........................................................................................................8

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Nilai-nilai demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka. Penanaman


nilai demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui
kegiatan saling menghargai satu sama lain. Negara yang demokrasi akan terwujud
apabila seluruh warga masyarakatnya mempunyai nilai-nilai demokrasi.

Perilaku dan budaya demokrasi juga harus dibangun dalam kehidupan


bermasyarakat. Membangun budaya demokrasi tidak cukup dengan membuat
peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, akan tetapi juga perlu mengenalkan
atau mensosialisasikannya kepada masyarakat.

Demokrasi tidak sebatas sistem politik maupun aturan-aturan formal


yang terdapat dalam konstitusi saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi itu
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti,
penghormatan terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain
dan kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. (Saiful Arif,
2007)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Mencari pokok-pokok demokrasi dalam hidup bernegara.
2. Merubah pola pikir dalam berdemokrasi di Indonesia.

C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat demokrasi dalam beberapa bidang.
2. Paham akan pokok-pokok demokrasi dalam hidup bernegara.
3. Memahami akan kondisi demokrasi di Indonesia.

D. Manfaat
1. Menyadari akan pentingnya demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Menumbuhkan rasa demokrasi.
3. Paham akan beberapa demokrasi yang ada.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Demokrasi
Hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial politik.
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos artinya rakyat, dan cratein artinya
pemerintah. Ciri-ciri pokok proses demokrasi adalah pemerintah berdasarkan
kehendak dan kepentingan rakyat banyak, adanya pemisah dan pembagian
kekuasaan, adanya tanggung jawab dari pelaksana pemerintahan, Sebagai sistem
pemerintahan yang berdasar kehendak rakyat, demokrasi akan senantiasa berubah-
ubah bergantung 20 pada pertimbangan kekuatan yang ada dan mempengaruhi
sebuah kekuasaan.
Dengan demikian, perjalanan waktu dan kondisi dalam negara akan
menghasilkan demokrasi yang berbeda dengan negara lain. Hal ini sesuai dengan tiga
pilar penegak demokrasi dikutip dari Abraham Lincoln (1873), demokrasi yaitu
pemerintahan dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat
(government by the people), dan pemerintahan untuk rakyat (government for the
people). Jadi, untuk dikatakan sebagai negara demokratis maka ketiga hal ini harus
terpenuhi dalam suatu negara.

B. Demokrasi Sebagai Sistem Nilai dan Sistem Politik


Indonesia memilih menerapkan sistem pemerintahan presidensiil, mengingat
bahwa salah satu tujuan reformasi adalah memurnikan sistem pemerintahan yang
menempatkan kepala negara dan kepala pemerintahan pada tampuk kekuasaan
presiden. Sistem presidensiil mendorong adanya kekuatan presiden yang tidak mudah
digoyahkan oleh parlemen, begitu juga oleh koalisi parlemen. Dalam rangka
memperkuat sistem presidensiil, maka sistem pemilu yang memperkecil kemungkinan
adanya kekuatan partai politik atau koalisi partai politik di tubuh parlemen, menjadi
suatu pilihan yang tepat.

Berbicara tentang sistem pemilihan umum, terdapat sistem pemilihan mekanis


dan organis, yang keduanya dilihat dai kedudukan individu. Perbedaan hak suara
individu dilihat dari apabila sistem mekanis melihat bahwa rakyat terdiri atas individu-
individu di mana hak suara berada pada masing-masing individu. Berbeda dengan
sistem mekanis, sistem organis menempatkan rakyat sebagai sejumlah kelompok
individu atau dengan kata lain, rakyat kemudian dibagi dalam organ kelompok-
kelompok individu. Kelompok dibentuk berdasarkan geneologis, lapisan social,
organisasi kelembagaan, dan sebagainya. Hal ini kemudian mendorong hak suara
pada sistem organis terletak pada kelompok (Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim, 1981).

 Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik :


a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusional
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2
C. Demokrasi dalam Partai Politik
Politik menyelenggarakan beberapa fungsi, salah satu fungsi ialah sebagai
“sarana komunikasi politik.” Kedudukan partai adalah sebagai jembatan antara
“mereka yang memerintah” (the rules) dengan “mereka yang diperintah” (the ruled).

Tujuan umum Partai Politik adalah: a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa


Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. b. Mengembangkan kehidupan demokrasi
berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan c. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia. (2) Tujuan Khusus Partai Politik adalah: memperjuangkan cita-cita bangsa
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Partai Politik mempunyai hak untuk: a. Memperoleh perlakuan yang sama,


sederajat, dan adil dari negara, b. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi
secara mandiri, c. Memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar
partainya dari Departemen Kehakiman sesuai dengan peraturan perundangundangan,
d. Ikut serta dalam pemilihan umum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang tentang
Pemilihan Umum, e. Mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan di lembaga
perwakilan rakyat, f. Mengusulkan pergantian antar waktu anggotanya di lembaga
perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, g. Mengusulkan
pemberhentian anggotanya di lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan h. Mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran partai sebagai jembatan adalah
sangat penting karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada
semua kelompok masyarakat dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap
tuntutan masyarakat. Akan tetapi sering pula terdapat gejala bahwa pelaksanaan
fungsi komunikasi menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan
menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam masyarakat. Keadaan semacam ini
dapat menghambat berkembangnya kehidupan politik yang sehat.

D. Demokrasi dalam Pemilu dan Sistem Perwakilan


Pemilihan umum yang menempatkan suara rakyat sebagai pemegang hak sipil
politik, termasuk penentu dalam suara pemilihan umum, merupakan konsep yang
selaras dengan prinsip demokrasi. Dijelaskan selanjutnya oleh Arend Lijhpard, bahwa
sebuah negara yang menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi, adalah negara
yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: (Bagir Manan, 1996 : 58) 1. Ada
kebebasan untuk membentuk dan menjadi anggota perkumpulan; 2. Ada kebebasan
menyatakan pendapat; 3. Ada hak untuk memberikan suara dalam pemungutan
suara; 4. Ada kesempatan untuk dipilih atau menduduki berbagai jabatan pemerintah
atau negara; 5. Ada hak bagi para aktivis politik berkampanye untuk memperoleh
dukungan atau suara; 6. Terdapat berbagai sumber informasi; 7. Ada pemilihan yang
bebas dan jujur; 8. Semua lembaga yang bertugas merumuskan kebijakan pemerintah,
harus bergantung kepada keinginan rakyat.

3
Pembahasan terfokus pada sistem pemilihan mekanis yang memiliki dua cara
pelaksanaan, yakni sistem perwakilan distrik atau mayoritas atau single member
constituencies, serta sistem perwakilan proporsional. Baik sistem perwakilan
proporsional maupun sistem perwakilan distrik memiliki perbedaan model. Untuk
perwakilan proporsional, mendesain perwakilan berimbang antara jumlah wakil
dengan jumlah perolehan secara nasional, sehingga apabila disimpulkan maka dapat
diketahui terdapat korelasi antara proporsi jumlah penduduk dan wakil yang duduk di
lembaga perwakilan. Prosentase kursi di badan perwakilan rakyat dengan prosentase
jumlah suara yang diperoleh oleh partai politik secara keseluruhan, bukan didasarkan
pada siapa yang memperoleh suara terbanyak.

Selain dua sistem pemerintahan tersebut, adapula jenis sistem pemerintahan


yang lain yakni sistem pemerintahan quasi maupun referendum. Namun yang akan
menjadi pembahasan lengkap di sini adalah sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensiil yang keduanya pernah dipraktekkan dalam
pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan parlementer digunakan legislatif
untuk mengawasi eksekutif , sehingga dalam sistem ini, kekuasaan parlemen lebih
besar daripada eksekutif. Hasil dari pengawasan ini, Dewan Menteri (kabinet)
bertanggungjawab kepada parlemen (Syafiie, 2011).

Selanjutnya, ditegaskan bahwa pertanggungjawaban ini membuat adanya mosi


tidak percaya apabila adanya ketidakpercayaan terhadap kinerja kabinet yang
dipimpin oleh perdana menteri. Sistem parlementer memiliki kriteria adanya hubungan
antara legislative, eksekutif, yang antara keduanya saling mempengaruhi. Sistem
pemerintahan parlementer yang dapat pula disebut sebagai the parliamentary types of
government, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Mariana, Paskalina & Yuningsih, 2007 :
10) (1) Kepala negara hanya mempunyai kekuasaan nominal. Hal ini berarti bahwa
kepala negara hanya merupakan lambing / symbol yang hanya mempunyai tugas-
tugas yang bersifat formal, sehingga pengaruh politiknya terhadap kehidupan negara
sangatlah kecil. (2) Pemegang kekuasaan eksekutif yang sebenarnya / nyata adalah
perdana menteri bersama-sama kabinetnya yang dibentuk melalui lembaga
legislative/parlemen; dengan demikian kabinet sebagai pemegang kekuasaan
eksekutif riil harus bertanggungjawab kepada badan legislative/parlemen dan ahrus
meletakkan jabatannya bila parlemen tidak mendukungnya. (3) Badan legislative
dipilih untuk bermacam-macam periode yang saat pemilihannya ditetapkan oleh
kepala negara atas saran dari perdana menteri. Point utama sistem pemerintahan
parlementer sebenarnya terletak pada dapat saling menjatuhkannya antara eksekutif
dengan parlemen. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mr. Achmad Sanusi, yang
menjelasan ciri-ciri sistem parlementer sebagai berikut: (Mariana, Paskalina &
Yuningsih, 2007 : 12) (1) Kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat; (2)
Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri bertanggungjawab kepada parlemen; (3)
Susunan personalia dan program cabinet didasarkan atas suara terbanyak di
parlemen; (4) Masa jabatan kabinet tidak ditentukan dengan tetap atau pasti berapa
lamanya; (5) Kabinet dapat dijatuhkan pada setiap waktu oleh parlemen, sebaliknya
parlemen dapat dijatuhkan oleh pemerintah.

4
E. Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar semakin
dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi,
agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Dengan demikian,
tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya
proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola
pendidikan.

Dalam kaitan ini, terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu:
1. Pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat Masalah pendidikan
tidak lepas dari kebudayaan suatu masyarakat dan politik di dalamnya. Proses
pendidikan bersifat dinamis yang menggerakkan dan merubah nilai-nilai suatu
masyarakat sesuai dengan perubahan kehidupan yang ada. Pendidikan dipengaruhi
oleh bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika
yang ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu masyarakat dapat merubah
budaya dan negaranya ke arah yang lebih baik.
2. Pendidikan sebagai pelaksana kekuasaan negara System pendidikan dapat
merubah gaya hidup suatu masyarakat karena dapat merubah tingkah laku seseorang
dalam berpikir yang lebih terbuka. Dalam pandangan studi cultural, peran Negara
dapat bersifat positif apabila lembaga-lembaga pendidikan juga mempunyai control
terhadap pelaksanaan kekuasaan Negara. Masyarakat berhak ikut serta dalam setiap
proses pelaksanaan pendidikan sejak pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi lembaga pendidikan. Atas dasar tersebut, pembangunan suatu mayarakat
hanya dapat terjadi apabila masyarakat itu sendiri mempunyai sikap demokratis,
kesatuan bangsa atau nasionalisme, dan rasa persatuan. Masyarakat akan kritis
terhadap kebijakan yangdimunculkan oleh penguasa. Dan dari sikap kritis tersebut
akan menjadi benih bagi demokratisasi penyelenggaraan Negara.
3. Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis Hakikat
pendidikan demokratis sendiri adalah pemerdekaan. Sedangkan tujuan pendidikan
dalam suatu Negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari
kebodohan, kemiskinan, dan berbagai perbudakan lainnya.

Hal ini sejalan dengan tujuan otonomi pendidikan yang memberdayakan


manusia melalui otonomi lembagalembaga pendidikan di masyarakat baik dalam
bentuk pendidikan Negara maupun pendidikan swasta. Eksistensi pendidikan swasta
menunjukkan dengan jelas bahwa antara politik dan pendidikan saling berkaitan.
Keterkaitan ini menandakan bahwa politik tidak lepas dari pendidikan dan demikian
pula pendidikan tidak bisa lepas dari politik. Seorang tokoh demokrasi dan pendidikan,
John Dewey juga melihat hubungan yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi.
Dewey mengatakan bahwa apabila kita berbicara mengenai demokrasi, maka kita
memasuki wilayah pendidikan. Menurutnya pendidikan merupakan sarana bagi
tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi. Oleh karena itu pendidikan masyarakat
tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan Negara yang demokratis.

5
Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat
berpikir kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam Kaitan dengan
pendidikan, persoalan, yang muncul adalah mungkinkah pendidikan demokrasi
dilangsungkan dalam suasana sekolah yang sangat birokratis, hirairkis-sentralistis dan
elitis. Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan merupakan
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak
didik, serta juga dengan pengeola pendidikan.
Karena itulah demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas,
patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan
dan pendidikan yang paling tidak mengandung hak-hak sebagai berikut:

1. Rasa hormat terhadap harkat dan martabat sesama manusia. Dalam hal ini
demokrasi dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak
manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan
bangsa.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.Dengan acuan
prinsip inilah yang melahirkan adanya pandangan bahwa manusia itu haruslah
dididik, karena dengan pendidikanlah manusia akan berubah dan berkembang
kearah yang lebih sehat dan baik serta sempurna.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ciri-ciri pokok proses demokrasi adalah pemerintah berdasarkan


kehendak dan kepentingan rakyat banyak, adanya pemisah dan pembagian
kekuasaan, adanya tanggung jawab dari pelaksana pemerintahan, Sebagai
sistem pemerintahan yang berdasar kehendak rakyat, demokrasi akan
senantiasa berubah-ubah bergantung 20 pada pertimbangan kekuatan yang
ada dan mempengaruhi sebuah kekuasaan.
Resultan antara sistem pemerintahan dengan pelasanaan demokrasi,
teori kedaulatan rakyat dan sistem perwakilan. Sistem pemerintahan
parlementer dan presidensiil memiliki titik lemah dan kelebihan masing-masing.
Namun sistem presidensiil yang diterapakn pada negara demokrasi di Indonesia
lebih baik, karena cenderung lebih stabil dalam pertanggungjawabannya.
Menempatkan kedaulatan tertinggi sebagai satu-satunya pihak yang menerima
pertanggungjawaban orang-orang yang sudah dipilih pada lembaga eksekutif
maupun parlemen. Konsep yang dibangun adalah sistem perwakilan politis,
bukan sebagai sistem perwakilan partisan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran partai sebagai jembatan
adalah sangat penting karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu
dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat dan di pihak lain pemerintah
harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat. Akan tetapi sering pula terdapat
gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi menghasilkan informasi yang
berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam
masyarakat. Keadaan semacam ini dapat menghambat berkembangnya
kehidupan politik yang sehat.
Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga
dengan pengelola pendidikan.

7
B. Saran

Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia kita harus


menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
demokrasi harus menjadi pegangan kita dalam segi politik,pemilu, pendidikan
dan lainnya. Contoh paling sering kita temui adalah banyak sebagian
masyarakat memilih golput dalam pemilihan baik dari tingkat terrendah sampai
tertinggi. Hal atau sifat seperti ini yang harus dihindari agar dapat menerapkan
nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

8
DAFTAR RUJUKAN

Arend Liphart. (1984). Democracies, Patterns of Majoritarian and Consensus


Government in Twenty-One
Countries. New Haven: Yale University Press.
Dwi Sulisworo,Tri Wahyuningsih(2012). Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional,
Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan.
I Gde Pantja Astawa. (2008). Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia.
Bandung : Alumni.
Mariana, D., Paskalina, C., & Yuningsih, N. Y. (2007). Perbandingan
Pemerintahan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Miriam Budiarjo. (1985). DasarDasar Ilmu Politik [The Principles of Political Science].
Jakarta: Gramedia.
dan Ibrahim Ambong (ed), 1993, Fungsi Legislatif dalam Sistem Politik
Indonesia, Rajawali
Press ² AIPI Jakarta, Jakarta.
Sarundajang, S. H. (2012). Babak Baru Sistim Pemerintahan. Jakarta: Kata Hasta
Pustaka.
Syafiie, I. K. (2011). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.
& Azikin, A. (2008). Perbandingan Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai