Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA DAN SISTEM DEMOKRASI


Dosen Pengampu : H.Zis Muzahid,M.Si

Disusun Oleh :
Dwi Susanti (19510086)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta
karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Pancasila dan Sistem Demokrasi”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila.

Makalah ini berisikan mengenai demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia


sampai sekarang. Demokrasi yang berlaku di Indonesia ialah demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila memiliki cirri-ciri, asas, dan fungsi yang harus diperhatikan untuk
menjamin hak-hak rakyat Indonesia.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, penulis menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini. Penulis berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran agar di
kemudian hari penulis bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah

Malang, 5 Oktober 2019


DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ iv
I.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. iv
I.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... iv
I.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... v
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 1
II.1 Pengertian Demokrasi ................................................................................. 1
II.2 Pasang Surut Demokrasi di Indonesia ........................................................ 3
II.3 Pengertian Demokrasi Pancasila ................................................................. 7
II.4 Asas-Asas Demokrasi Pancasila ................................................................. 8
II.5 Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila .................................................................... 8
II.6 Fungsi Demokrasi Pancasila ....................................................................... 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 10
III.1 Kesimpulan .............................................................................................. 10
III.2 Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila sebagai sebuah ideologi dan acauan sistem demokrasi di Indonesia


telah melampaui waktu yang panjang. Memang, sebuah negera apabila hendak menjadi
sesuatu yang ideal, maka dalam penyelenggaraannya haruslah berlandaskan demokrasi.
Bukankah pemerintahan yang demokrasi akan mencurahkan kebaikan pada rakyat
secara keseluruhan. Pada dasarnya demokrasi melekat pada kebebasan dan partisipasi
individu. Menggunakan kebebasan, hak-hak sipil, dan politik, merupakan bagian dari
kehidupan yang melekat pada individu sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam
kehidupan sosial dan politik mengandung nilai intrinsik bagi kehidupan manusia.
Semua itu sejalan dengan cita-cita demokrasi Pancasila. Diketahui bahwa Pancasila
adalah landasan demokrasi dalam penyelenggaraan negara di Indonesia. Pancasila
memeng menawarkan demokrasi yang ideal dan sebenarnya. Hanya saja, Pancasila
sebagai ideologi negara dalam kurun waktu 70 tahun, dan juga menjadi pilar dalam
berdemokrasi, ternyata telah memiliki rupa yang berbeda seiring dengan perubahan
wajah perpolitikan di negeri ini. Terlepas dari itu, upaya mewujudkan Demokrasi
Pancasila yang ideal harus terus dilakukan dengan melakukan dekontruksi secara
berkelanjutan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi ?


2. Bagaimana demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia ?
3. Apa yang dimaksud dengan demokrasi Pancasila ?
4. Apa asas demokrasi Pancasila ?
5. Apa ciri-ciri dari demokrasi Pancasila ?
6. Apa fungsi dari demokrasi Pancasila ?
I.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari demokrasi.
2. Untuk mengetahui demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia.
3. Untuk mengetahui asas-asas demokrasi Pancasila.
4. Untuk mengetahui cirri-ciri demokrasi Pancasila.
5. Untuk mengetahui fungsi demokrasi Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. PENGERTIAN DEMOKRASI

Pengertian demokrasi dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang : tinjauan


bahasa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis demokrasi dikatakan
berasal dari bahasa Yunani : demos berari rakyat atau pendudukan suatu tempat dan
cratein atau cratos berarti pemerintahan, kekuasaan, atau kedaulatan. Jadi secara bahasa
demo-cratein atau demo-cratos (demokrasi) adalah keadaan segra dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh
rakyat (Dede Rosyada, dkk, 2003:110; Bagus, 2000: 154-155).
Sementara pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan
sebelumnya menunjukkan arti yang sangat beragam. Beberapa ahli memberikan
pengertian yang berbeda mengenai demokrasi, seperti : (1) Joseph A. Schmeter
menyatakan bahwa demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana setiap individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat; (2) Sisney Hook menyatakan
demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa; (3) Philippe C. Schmitter dan Terry
Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah public
oleh warga Negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih; (4) Henry B. Mayo
mendefinisikan demokrasi dengan pengertian sistim politik yang menunjukkan bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi efektif
oleh rakyat dalam pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik (Dede Rosyada, dkk,
2003:110 ).
Kekuasaan dan kedaulatan ditangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : (1)
pemerintahan dari rakyat (government of the people); (2) pemerintahan oleh rakyat
(government by the people); (3) pemerintahan untuk rakyat (government for the
people). Dengan demikian, suatu pemerintahan akan dikatakan demokratis jika tiga hal
tersebut dilakukan dan ditegakkan dalam sistim pemerintahan.
Pengertian pemerintahan dari rakyat berkaitan erat dengan pemberian legitimasi
kekuasaan. Berkaitan dengan pemberian pengakuan kekuasaan, posisi rakyat sangat
penting. Rakyat memegang peranan penting untuk mengakui atau pun tidak mengakui
sebuah regim kekuasaan. Masalah legitimasi kekuasaan dari rakyat sangat penting
untuk memberikan jaminan terhadap pemerintahan sehingga dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Pemerintahan dari rakyat memberikan pengertian bahwa
pemegang kekuasaan harus menunaikan tugas sebaik mungkin karena rakyat telah
memberikan mandate kekuasaan kepadanya.
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan manjalankan
kekuasaan atas nama rakyat, bukan atas dorongan diri ataupun golongan. Maka suatu
pemerintahan dalam menjalankan tugas-tugasnya harus dalam pengawasan rakyat.
Kontrol dan pengawasan rakyat dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun
melalui para wakil terpilih dalam suatu lembaga resmi Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Dengan adanya pengawasan maka diharapkan akan terjadi check and balance
pemerintah dan rakyat sehingga tumbuh kehidupan yang demokratis.
Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang
diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat.
Maka disini kepentingan rakyat harus dijalankan untuk kepentingan pribadi dan
golongan. Karena itulah pemerintah harus berpartisipasi aktif mendengarkan suara
rakyat dan kemudian mengakomodasikannya dalam berbagai kebijakan atau program
aksi yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Maka berkenaan
dengan ini kebebasan berpendapat dari rakyat untuk menyampaikan aspirasinya harus
dijamin oleh suatu peraturan perundang-undangan.
II.2 PASANG SURUT DEMOKRASI DI INDONESIA

1. Demokrasi pada Periode 1945-1959


Demokrasi pada masa ini disebutkan dengan demokrasi parlementer. Demokrasi
perlementer ditetapkan Undang-Undang Dasar 1950. Sistem parlementer secara umum
menekankan adanay hubungan yang erat antara lembaga eksekutif dan legislatif. Kepala
eksekutif adalah perdana menteri. Perdana menteri memilih menteri-menteri tertentu
untuk menjalankan pemerintahan sehingga terbentuk suatu kabinet. Setiap menteri
dalam kabinet bertanggung jawab melaksanakan departemen pemerintahan tertentu.
Dan kabinet secara keseluruhan dipilih dalam atau diluar jabatan eksekutif oleh
mayoritas perlemen (Rodee, dkk, 1998:78). Sistem parlementer juga menyatakan bahwa
badan eksekutif terdiri atas presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta
menteri-menterinya memiliki tanggung jawab politik.
Secara umum kehidupan demokrasi pada masa 1950-1959 benar-benar sangat
demokratis dan bahkan cenderung liberal, pada masa ini hampir setiap kabinet selalu
mencanangkan program pemilu di masa pemerintahannya. Namun keinginan tersebut
selalu kandas karena tiadanya dukungan infrasturktur dan diperparah oleh model koalisi
yang dibangun partai-partai politik yang sangat mudah pecah sehingga mengganggu
stabilitas sosial politik. Akibatnya perjalanan pemerintahan menjadi terganggu.
Perlu dikemukakan pada periode 1950-1959 pernah dilakukan pemilu yang
pertama kali pada 2 September 1955. Pada awalnya pemerintah akan melaksanakan
pemilu pada 1946, namun karena kondisi negara masih dalam suasana revolusi, janji
tersebut tidak dapat direalisasikan. Pemilu 1955 diikuti oleh 172 tanda gambar partai
yang menjadi kontestan (Asfar, 2006:67). Pemilu 1955 menempatkan empat partai
besar politik sebagai pemenang, yakni PNI (23,3%), Masyumi (20,9%), NU (18,4%),
dan PKI (16,4%). Komposisi perolehan suara empat besar partai politik tersebut
mencerminkan basis masa masing-masing partai berdasarkan sentimen ideologinya.
Misalnya, Masyumi dan NU (ideologi islam), PNI (ideologi nasionalis), dan PKI
(ideologi komunis). Berdasarkan realita inilah kiranya dapat dikatakan bahwa pemilu
1955 telah muncul fragmentasi kekuatan sosial politik berdasarkan aliran (ideologi dan
agama).
Kondisi sosial politik yang sangat rentan konflik akibat fragmentasi kekuatan-
kekuatan politik itulah yang menyebabkan Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan
Dekrit Presiden pada 5 Juli 1950. Pada Dekrit Presiden itu dinyatakan secara tegas
untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945. Maka dengan dekrit tersebut
berakhir pula era demokrasi parlementer. Dengan kembali pada UUD 1945 berarti
keberadaan konstituante tidak lagi diperluakan.
Sepanjang periode 1945-1959 tampak demokrasi di Indonesia dipraktikkan
dengan sangat menonjolkan peranan parlemen dari partai-partai. Karena itulah praktik
demokrasi periode ini disebut dengan demokrasi parlementer (Miriam Budiardjo,
1996:69).

2. Demokrasi pada Periode 1959-1965


Periode ini ditandai dengan menguatnya peran presiden, terbatasnya peran partai-
partai politik, masuknya pengaruh komunis, dan meningkatnya peran ABRI dalam
kehidupan sosial politik. Merujuk pada diktum UUD 1945 jelas dinyatakan bahwa
periode kekuasaan presiden dibatasi sekurang-kurangnya lima tahun. Ketentuan ini
memungkinkan seorang presiden dapat bertahan dalam periode lima tahunan dan tidak
dapat dijatuhkan di tengah jalan kecuali jika melanggar ketentuan sebagaimana diatur
dalam konstitusi.
Sangat disayangkan jika pada periode ini terjadi beberapa peristiwa yang sangat
bertentangan dengan UUD 1945. Sebut saja misalnya, pada tahun 1960 Presiden
Soekarno telah membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu, yang
kemudian digantikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR).
Fungsi DPRGR hanya sebatas pembantu pemerintah, sedangkan fungsi kontrolnya
dihilangkan. Selanjutnya di akhir periode ini juga terjadi penyalahgunaan wewenang
kekuasaan melalui ketetapan MPRS Nomor III tahun 1963 yang menyatakan bahwa
Presiden Soekarno diangkat seumur hidup. Ketetapan ini jelas bertabrakan dengan UUD
1945 yang mengatur periodesasi kekuasaan presiden. Posisi presiden yang dikenal
dengan demokrasi terpimpin (Miriam Budiardjo, 1996:69). Seperti diketahui, dalam
banyak aspek demokrasi terpimpin telah menyimpang dari demokrasi konstitusional
yang secara formal merupakan landasannya dan menunjukkan beberapa aspek
demokrasi rakyat.

3. Demokrasi pada Periode 1965-1998


Periode ini diwarnai oleh usaha untuk meluruskan kembali arah kehidupan
demokrasi dan penataan sistem pemerintahan berdasarkan pancasila, UUD 1945, dan
ketetapan MPRS. Beberapa ketentuan yang dianggap melanggar konstitusi, seperti TAP
MPRS Nomor III/1996 dinyatakan secara tegas keinginan pemerintah untuk meninjau
kembali produk-produk legislatif dan model demokrasi terpimpin.
Periode demokrasi 1965-1998 diwarnai peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke
Orde Baru, dari kepemimpinan Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Konsep
demokrasi pada periode ini dipraktikkan dalam suatu sistem pemerintahan dengan
berdasarkan pada pancasila. Watak demokrasi Pancasila tidak berbeda dengan
demokrasi pada umumnya. Dalam demokrasi pancasila rakyat dinyatakan tetap memliki
kedaulatan. Ini berarti rakyat bebas menentukkan pilihannya. Segala ketentuan
mengenai hal itu diundangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Tetapi memang harus didiakui bahwa praktik demokrasi Pancasila tidak seindah
yang dikonsepkan. Sepanjang era Orde Baru banyak dijumpai praktik kehidupan yang
tampak tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Rusli Karim ( Dalam Dede Rosyada,
dkk, 2003:134) memberikan beberapa contoh kebijakan pemerintah yang dapat
dikatakan bertentangan dengan watak demokrasi, seperti: (1) dominasi peranan ABRI;
birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3) pengebirian peran dan
fungsi partai politik; (4) campur tangan pemerintah dalam urusan politik dan publik; (5)
masa mengambang; (6) monoloyalitas ideologi Negara (dalam kasus kebijakan
penerapan Asas Tunggal, 1985); (7) inkorporasi lembaga non pemerintah. Ketujuh
kebijakan ini jelas menimbulkan pola hubungan pemerintah menajdi dominan,
sementara rakyat subordinat. Selama masa periode ini, pemerintah tealh berhasil
melaksanakan lima kali pemilu, yakni pada 1971, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

4. Demokrasi pada Periode 1998 - Sekarang


Rezim Orde baru akhirnya runtuh oleh seluruh kekuatan bangsa, utamanya
mahasiswa. Harus diakui, mahasiswa sebagai kekuatan moral telah mampu
menjalankan fungsinya dengan sangat baik sehingga memaksakan Presiden Soeharto
menyerahkan tampuk kepemimpinan pada wakilnya, B.J. Habibi. Dengan jatuhnya
rezim Orde Baru jelas membawa angin segar bagi kehidupan demokrasi. Hampir semua
komponen bangsa menaruh harapan yang demikian pada era baru yang sering disebut
dengan Orde Reformasi atau era Transisi. Era orde baru ditandai dengan runtuhnya
hegemoni Golongan Karya (Golkar) yang telah begitu dominan selama lebih dari 30
tahun. Banyak kebijakan penting yang dilaksanakan pemerintah untuk memberikan
kebebasan rakyat dalam menyuarakan aspirasinya, seperti pembebasan tahanan politik,
jumlah partai politik tidak lagi dibatasi, dan kebebasan pers.
Maka sesuai dengan agenda reformasi telah diadakan Pemilu, tepatnya pada 7
Juni 1999. Pemilu ini dilaksanakan untuk memilih anggota DPR baru yang diharapkan
lebih representatif dari sebelumnya. Pemilu 1999 menggunakan sistem proporsional
tertutup, artinya pemilih hanya mencoblos tanda gambar partai. Penyelenggara Pemilu
dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen. Keanggotaan
KPU berasal dari wakil pemerintah, wakil partai, dan wakil masyarakat (Asfar,
2006:50). Pemilu 1999 diikuti 48 partai dan menempatkan lima besar partai pemegang
pemilu, yakni : PDI Perjuangan, Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai
Kebangkitan Banga (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Selanjutnya pada era reformasi juga dilaksanakan untuk pertama kalinya Pemilu
secara langsung tanggal 5 April 2004. Pemilu 2004 menggunakan sistem proporsional
terbuka. Maksudnya adalah pemilih disamping memilih atau mencoblos tanda gambar
partai politik yang dipilihnya. Pemilu 2004 memiliki makna strategis bagi perjalanan
bangsa Indonesia karena untuk pertama kalinya Pemilu dilaksanakan dengan tujuan
memilih secara langsung lima lembaga Negara sekaligus, yakni : DPR, DPRD, DPD,
presiden, dan wakil presiden. Pada pemilu sebelumnya, rakyat hanya memilih wakil-
wakil rakyat untuk duduk di legislatif. Sesuai dengan amandemen UUD 1945, presiden
dan wakil presiden dipilih secara langsung dan sistem ketatanegaraan berbentuk dua
kamar (DPR dan DPD) sehingga perlu pemilihan anggota DPD (Dewan Perwakilan
Daerah). DPD adalah lembaga perwakilan rakyat yang dirancang untuk mewakili
kepentingan daerah. Sama dengan pemilu 1999, pada pemilu 2004 penyelenggara
pemilu juga dilaksanakan oleh KPU baik di tingkat pusat maupun daerah.
Perbedaannya, pada pemilu 2004 anggota KPU benar-benar berasal dari kalangan yang
independen dan non partisan, tidak seperti pada pemilu 1999 yang masih menempatkan
wakil partai politik dalam keanggotaan KPU (Asfar, 2006:59)
Pemilu 2004 diikuti oleh 24 partai politik dan menempatkan Partai Golkar, PDI
Perjuangan, PKB, PPP, Partai Demokrasi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan PAN,
dalam kelompok tujuh besar.

II.3 PENGERTIAN DEMOKRASI PANCASILA

Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang berlandaskan pada


nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi Pancasila. Selain itu demokrasi Pancasila
diartikan sebagai suatu paham demokrasi yang sumbernya berasal dari falsafah hidup
bangsa Indonesia yang digali berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia itu
sendiri. Falsafah hidup bangsa Indonesia tersebut kemudian melahirkan dasar falsafah
negara Indonesia, yaitu Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Berikut adalah pengertian demokrasi Pancasila menurut para ahli, antara lain:

1. Drs. C.S.T. Kansil, SH.

Menurut Drs. C.S.T. Kansil, SH., pengertian demokrasi Pancasila adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
yang merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti yang tercantum dalam
alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945.

2. Prof. R.M. Sukamto Notonagoro

Menurut Prof. R.M. Sukamto Notonagoro, pengertian demokrasi Pancasila adalah


kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan yang
adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

3. Prof. Dardji Darmo Diharjo

Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, pengertian demokrasi Pancasila adalah paham
demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.

4. Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

Berdasarkan GBHN tahun 1978 dan tahun 1983, demokrasi Pancasila adalah tujuan dari
pembangunan politik di Indonesia dimana dalam pelaksanaannya diperlukan
pemantapan kehidupan konstitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.

II.4 ASAS-ASAS DEMOKRASI PANCASILA

Ada dua asas yang terkandung di dalam sistem demokrasi Pancasila. Adapun asas-asas
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas Kerakyatan

Maksud dari asas ini adalah agar bangsa Indonesia memiliki kesadaran dasar rasa cinta
dan padu dengan rakyat, sehingga dapat mewujudkan cita-citanya yang satu.

2. Asas Musyawarah

Maksud dari asas ini adalah agar bangsa Indonesia memperhatikan aspirasi dan
kehendak seluruh rakyat melalui permusyawaratan untuk mencapai kesepakatan
bersama. Dalam hal ini, musyawarah menjadi media untuk mempersatukan pendapat
dengan memberikan pengorbanan dan kasih sayang untuk kebahagiaan rakyat
Indonesia.

II.5 CIRI-CIRI DEMOKRASI PANCASILA


Pada dasarnya sistem demokrasi ini memiliki kesamaan dengan demokrasi
universal, namun terdapat perbedaan di dalamnya. Adapun ciri-ciri demokrasi Pancasila
adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan konstitusi.


2. Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (PEMILU) secara berkesinambungan.
3. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan melindungi hak masyarakat
minoritas.
4. Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan cara
menyelesaikan masalah.

II.6 FUNGSI DEMOKRASI PANCASILA

Tujuan utama dari sistem demokrasi ini adalah untuk menjamin hak-hak rakyat
Indonesia dalam penyelenggaraan negara. Berikut ini adalah beberapa fungsi demokrasi
Pancasila secara umum:

1. Memastikan keterlibatan rakyat dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.


Misalnya ikut memilih dalam PEMILU, ikut serta dalam pembangunan, menjadi
anggota Badan Perwakilan.
2. Memastikan berdirinya dan berjalannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Memastikan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan
sistem konstitusional.
4. Memastikan tegaknya hukum yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
5. Memastikan terjadinya hubungan yang serasi dan seimbang antar lembaga
negara.
6. Memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggungjawab.
BAB III

PENUTUPAN

III.1 KESIMPULAN

Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan
dari waktu ke waktu. Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian Demokrasi
Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang
dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Adapun Kekuasaan dan
kedaulatan ditangan rakyat mengandung pengertian tiga hal : (1) pemerintahan dari
rakyat (government of the people); (2) pemerintahan oleh rakyat (government by the
people); (3) pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Namun hal
tersebut juga harus didasari dengan asas, cirri, dan fungsi demokrasi Pancasila serta
dengan tujuan nilai yang terkandung di dalam pancasila. Oleh karena itu, kita dapat
merasakan demokrasi dalam istilah yang sebenarnya.

III.2 SARAN

Adapun saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-
rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih mendalam
tentang pancasila dan sistem demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Satriya, Bambang. 2019. Pancasila dan Kewarganegaraan. Malang : Nirmana Media


Utama.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/demokrasi-pancasila.html

Anda mungkin juga menyukai