Disusun Oleh :
puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatnya-Nya kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “Demokrasi Kerakyatan”
tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Kewarganegaraan.
Dan kami mohon maaf apabila dalam membuat makalah ini terdapat kekurangan, karena kami
menyadari, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Dan tak lupa pula kami ucapkan
terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu terselsaikannya makalah ini.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang masalah.................................................................................................1-2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang bersatu dengan kebebasan yang luas tetapi terbatasi dengan hak manusia yang lain. Mereka
akan mendapatkan hak jika sudah melakukan kewajiban. Dengan adanya bentuk pemerintahan
yang demokratis akan melahirkan sebuah sistem kerakyatan. Kerakyatan merupakan kedaulatan
yang tinggi dan menyebabkan sebuah persatuan yang berdasarkan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini
karena masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Sifat kerakyatan adalah sifat
yang berorientasi kepada mayoritas rakyat. Jadi dalam demokrasi kerakyatan, keputusan diambil
berdasarkan kehendak dan kebutuhan mayoritas dan ini secara nyata. Bukan sebatas
pengambilan suara saja, tetapi proses diskusi, perdebatan, dan akhirnya penalaran haruslah
diadakan di permusyawaratan rakyat terkecil.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Demokrasi
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan yang identik dengan demokrasi. Demokrasi secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani “demos” yang berarti rakyat, dan “kratos/kratein” yang berarti
kekuasaan. Sehingga konsep dasar demokrasi adalah “rakyat berkuasa” (government of rule by
the people), mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemerintahan
bebas” Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal:
Pertama, pemerintahan dari rakyat; kedua, pemerintahan oleh rakyat; ketiga, pemerintahan untuk
rakyat. Dengan kata lain, demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat atau rakyatlah yang
berkuasa dan sekaligus diperintah. Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat. Dari pengertian lain
demokrasi yaitu salah satu bentuk pemerintahaan dalam sebuah negara dengan kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung atau melalui perwakilan. Istilah
Demokrasi sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan orang
banyak yang disebut dengan istilah rakyat.
Dalam hal ini Henry B. Manyo menyebutkan bahwa demokrasi adalah sistem yang
menunjukkan bahwa Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.
Sedangkan menurut Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya, demokrasi adalah
government of the people, by the people, for the people, yakni “suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam kenyataannya, pada saat Lincoln mengatakan hal tersebut,
demokrasi tak lebih sebuah klaim atas keseluruhan masyarakat. Demokrasi bukanlah sebatas
dunia politik, tetapi juga harus diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kerja-
kerja pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam bekerja, dalam menentukan produksi, dan
hal-hal yang selama ini dianggap rutin dan remeh yang justru sebenarnya adalah penentu
4
keberadaan manusia di dunia ini. Dalam perwujudannya demokrasi kerakyatan harus dijalankan
dengan prinsip partisipasi aktif setiap individu. Siapapun yang ingin memastikan terjadinya
demokrasi kerakyatan harus memastikan adanya kesempatan dan kemauan untuk setiap individu
berpartisipasi aktif. Karenanya, negara yang melandaskan dirinya kepada demokrasi kerakyatan
haruslah memiliki ciri sebagai berikut, Pertama, tidak memisahkan dengan jelas antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Kedua, jabatan-jabatan publik harus dipilih langsung, sampai
tingkat setinggi-tingginya. Menurut International Commission of Jurist, demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan
oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab
kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. Yusuf Al-Qordhawi
menyumbangkan pendapatnya tentang demokrasi, bahwa demokrasi adalah wadah masyarakat
untuk memilih sesorang untuk mengurus dan mengatur urusan mereka. Pimpinanya bukan orang
yang mereka benci, peraturannya bukan yang mereka tidak kehendaki, dan mereka berhak
meminta pertanggungjawaban penguasa jika pemimpin tersebut salah. Merekapun berhak
memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak boleh dibawa ke sistem ekonomi, sosial,
budaya, atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan tidak mereka sukai.
Namun secara bahasa, pengertian dari demokrasi yaitu keadaan Negara di mana dalam
sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah ialah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa demokrasi sebagai dasar
hidup bermasyarakat dan bernegara. Adapun makna demokrasi sebagai dasar hidup
bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan
ketentuan dalam masalah–masalah mengenai kehidupannnya, termasuk dalam menilai kebijakan
Negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kebijakan rakyat. Dengan demikian Negara
yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat.
2.3 Islam dan Demokrasi
Barat umumnya melihat Islam kurang memiliki konsep tentang kewargaan (citizenship) dan
kebebasan yang disebabkan terutama oleh adanya konsep kedaulatan Tuhan. Demokrasi, yang
5
secara teorinya dimaksudkan sebagai suatu sistem yang dibentuk, dijalankan, dan ditujukan
bagi kepentingan rakyat ini dalam tataran praktiknya akan sentiasa mengalami berbagai
penyesuaian dan perubahan, sehingga seringkali penerapannya bersifat trial and error, atau
sebagai mana yang dikatakan para pengusungnya, demokrasi itu bersifat projek. Hanya saja,
perkembangan demokrasi di negara-negara muslim cenderung kelihatan kaku ataupun perlahan,
sehingga dianggap oleh banyak pihak sebagai faktor utama yang telah menghalang kemajuan
kaum muslim.
Menurut Sidney Hook, Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana suatu
keputusan langsung ataupun tidak langsung diperoleh dari hasil kesepakatan mayoritas dari
rakyat yang telah dewasa. Dalam Islam tidak ada ketentuan sistem pemerintahan atau kenegaraan
yang harus digunakan baik pemisahan kekuasaan (Separation of Power), Pembagian Kekuasaan
(distributuion of power), atau Penyatuan kekuasaan (Integration of Power) antara eksekutif,
yudikatif dan juga legislative. Sehingga apabila Demokrasi berisi tentang sistem pemerintahan
dalam suatu negara, islam tidak berbicara akan isi dan makna dari demokrasi itu sendiri.
Sedangkan menurut Jallaludin Rahmat politik Islam tidak bisa dibandingkan dengan demokrasi
karena dua hal, yaitu : Pertama, Demokrasi merupakan kedaulatan yang sekuler dimana,
kedaulatan berada ditangan rakyat, sedangkan pada Islam kedaulatan berada ditangan Tuhan.
Kedua, Dalam prakteknya suara rakyat dalam sistem demokrasi dapat dimanipulasi dengan
ancaman dan rayuan, sehingga demokrasi bukan sistem yang tepat bagi Islam.
Menurut Dr. Dhiyauddin ar Rais, terdapat beberapa persamaan yang mempertemukan Islam
dan demokrasi. Namun, perbedaannya lebih banyak. Persamaannya menyangkut pemikiran
sisstem politik tentang hubungan antara umat dan penguasa serta tanggung jawab pemerintahan.
Bahwa antara Islam dan demokrasi tidak hanya memiliki persamaan di bidang politik. Lebih dari
itu, unsur-unsur yang terkandung dalam demokrasi dan keistimewaannya sudah terkandung di
dalam Islam. Dalam keterangannya dia mengatakan, Jika yang dimaksud dengan demokrasi
seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk rakyat pengertian tersebut ada di dalam
sistem negara Islam dengan pengecualian bahwa rakyat harus memahami Islam secara
6
komprehensif. Jika maksud demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu
(misalnya, asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan berpikir dan berkeyakinan,
realisasi keadilan sosial, atau memberikan jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas
mendapat pekerjaan), semua hak tersebut dijamin dalam Islam.
Dan jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan kekuasaan, hal
tersebut sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif sebagai sistem terpenting dalam sistem
demokrasi diberikan penuh kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah dari kekuasaan
Imam atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum didasarkan pada alQuran dan
Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan UU terpisah dari Imam, bahkan
kedudukannya lebih tinggi dari Imam. Adapun Imam harus menaatinya dan terikat UU. Pada
hakikatnya, Imamah (kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif yang memiliki kewenangan
independen karena pengambilan keputusan tidak boleh didasarkan pada pendapat atau keputusan
penguasa atau presiden, jelainkan berdasarka pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah
SWT.
Menurut Dhiyauddin ar Rais, ada tiga hal yang membedakan Islam dan demokrasi. Pertama,
dalam demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat dibatasi batas wilayah,
iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat yang mengkristal. Dengan kata lain, demokrasi
selalu diiringi pemikiran nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun
menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya. Ikatan yang hakiki di
dalam Islam adalah ikatan akidah, pemikiran dan perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia
masuk salah satu negara Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain.
Dengan demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat internasional. Kedua, tujuan-
tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada tiap masa adalah tujuan-tujuan
yang bersifat duniawi dan material. Jadi, demokrasi ditujukan hanya untuk kesejahteraan umat
(rakyat) atau bangsa dengan upaya pemenuhan kebutuhan dunia yang ditempuh melalui
pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun demokrasi Islam selain mencakup
pemenuhan kebutuhan duniawi (materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan
7
fundamental. Ketiga, kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah
kemutlakan. Jadi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa peduli kebodohan,
kezaliman atau kemaksiatannya. Namun dalam Islam, kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan
terikat dengan ketentuan-ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi
batasan-batasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.
Menurut Islam, kekuasaan tertinggi bukan di tangan penguasa karena Islam tidak sama
dengan paham otokrasi. Kekuasaan bukan pula di tangan tokoh-tokoh agamanya karena Islam
tidak sama dengan teokrasi. Begitupun bukan di tangan UU karena Islam tidak sama dengan
nomokrasi atau di tangan umat karena Islam bukan demokrasi dalam pengertian yang sempit.
Jawabannya, kekuasaan tertinggi dalam Islam sangat nyata sebagai perpaduan dua hal, yaitu
umat dan undang-undang atau syariat Islam. Jadi, syariat pemegang kekuasaan penuh dalam
negara Islam. Dr. Dhiyauddin ar Rasi menambahkan, jika harus memakai istilah demokrasi tanpa
mengabaikan perbedaan substansialnya sistem itu dapat disebut sebagai demokrasi yang
manusiawi, menyeluruh (internasional), religius, etis, spiritual, sekaligus material. Boleh pula
disebut sebagai demokrasi Islam atau menurut al Maududy demokrasi teokrasi.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merupakan perwujudan kerakyatan yang yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang mengandung
semangat ketuhanan yang maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia . Demokrasi pancasila juga diartikan sebagai
demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh
nilai-nilai luhur Pancasila.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa Demokrasi pancasila adalah
demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol yang
disebut pula sebagai demokrasi terpimpin yang merupkan demokrasi yang berada dibawah
komando pemimpin besar revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah
komando Bapak pembangunan arah rencana pembangunan dari suara terbanyak dalam setiap
usaha pemecahan masalah atau pengambilan suatu keputusan, terutama dalam lembaga-lembaga
negara.
Adapun prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan dengan prinsip
demokrasi secara universal. Adapun ciri dari demokrasi pancasila yaitu:
Contohnya: Presiden adalah Mandataris MPR; Presiden bertanggung jawab kepada MPR.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan
rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi
yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Adapun ciri-ciri khusus yang membedakan demokrasi pancasila di era orde baru dan era
reformasi ini adalah kandungan yang terdapat dalam demokrasi pancasila di era reformasi itu
sendiri, yaitu:
1. Aspek formal, yakni menunjukkan segi proses dan cara rakyat berpartisipasi dalam
penyelenggaraan negara, yang kesemuanya sudah diatur oleh undang-undang maupun
peraturan-peraturan pelaksanaan yang lainnya.
2. Aspek kaidah atau normatif, yang berarti bahwa Demokrasi Pancasila di era reformasi
mengandung seperangkat kaidah yang menjadi pembimbing dan aturan dalam bertingkah laku
yang mengikat negara dan warga negara dalam bertindak dan melaksanakan hak dan
kewajiban serta wewenangnya.
3. Aspek materil, yaitu adanya gambaran manusia yang menegaskan pengakuan atas harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk Tuhan dan memanusiakan warga negara dalam
masyarakat negara kesatuan republik Indonesia dan masyarakat bangsa-bangsa di dunia.
4. Aspek organisasi yang menggambarkan adanya perwujudan demokrasi pancasila dalam
bentuk organisasi pemerintahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Aspek semangat atau kejiwaan di mana demokrasi pancasila memerlukan warga negara
Indonesia yang berkepribadian peka terhadap apa yang menjadi hak dan kewajibannya,
berbudi pekerti luhur, dan tekun serta memiliki jiwa pengabdian.
6. Aspek tujuan, yaitu menunjukkan adanya keinginan atau tujuan untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera dalam negara hukum, negara kesejahteraan, negara
bangsa, dan negara yang memiliki kebudayaan.
7. Ada beberapa hal yang akan menjamin sukses atau tidaknya demokrasi pancasila di era
reformasi ini. Antara lain adalah sebagai berikut.
11
8. Komposisi elite politik yang ada di mana tidak ada sistem monopartai dan tidak adanya
diktator komunitas. Semuanya memiliki porsi yang sama untuk mewakili rakyat semata.
9. Desain institusi politik di mana institusi politik disusun sedemikian rupa sehingga wakil-wakil
rakyat yang dipilih benar-benar mewakili rakyat Indonesia bukan mewakili partai, sehingga
lebih mengutamakan kepentingan rakyat dalam setiap kebijakan yang dibuatnya. Institusi
yang ada juga selalu mendukung perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
10. Budaya politik yang selalu mendahulukan kepentingan masyarakat bukan partai. Dengan
begitu, maka demokrasi pancasila benar-benar mampu mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dalah segala bidang.
11. Peranan masyarakat yang aktif dalam memberikan aspirasi dalam pemilihan wakil-wakil
rakyat serta melaksanakan hak dan kewajibannya secara selaras.
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lahi UUDS 1950.
2. Pembubaran konstituante.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
13
Pada masa ini, demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer berakhir. Hal ini
disebakan karena sistem pemerintahannya berubah dari parlementer ke presidensial sesuai
dengan UUD yang berlaku. Pada masa ini, demokrasi yang digunakan adalah demokrasi
terpimpin. Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga Jatuhnya kekuasaan Sukarno. Disebut
Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu mengandalkan pada kepemimpinan
Presiden Sukarno. Terpimpin pada saat pemerintahan Sukarno adalah kepemimpinan pada satu
tangan saja yaitu presiden.
1. Kedudukan Presiden.
2. Pembentukan MPRS.
3. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom.
4. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
5. Arah Politik Luar Negeri, yang ditunjukkan dengan adanya politik mercusuar.
Politik Mercusuar adalah politik yang dijalankan oleh presiden Soekarno sebab beliau
menganggap bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di
seluruh dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang terkemuka di
kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai
milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games of the New Emerging Forces
) yang membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi
14
delegasi asing. Politik mercusuar berakhir dengan meletusnya peristiwa G 30 S PKI tahun
1965.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap Demokrasi Pancasila.
Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan. Berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan
pelaksanaan demokrasi pada Orde Reformasi sekarang ini, yaitu:
Saat ini tampaknya kekuatan rakyat sangat dominan. Bahkan etika, moral dan aturan hukum
diinjak-injak demi demokrasi keblabasan yang telah diyakini banyak pihak. Kekuatan rakyat
yang tanpa etika dan aturan itu sangat mungkin menjadi kontraproduktif yang akan
menghancurkan bangsa ini. Namun dalam perjalanan demokrasi dalam era reformasi berjalan
terlalu cepat dan tidak terarah. Dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-
peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan
tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil Pemilu
1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi
yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seiring dengan perkembangannya Indonesia mengalami berbagai macam demokrasi yang
diikuti dengan sistem pemerintahan. Yang pada akhirnya sampai saat ini yang digunakan yaitu
Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi Indonesia yang berdasarkan pada
Pancasila yang meliputi bidang-bidang politik sosial ekonomi, serta yang dalam penyelesaian
masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk
mencapai mufakat. Yang dalam hubungannya Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
merupakan perwujudan kerakyatan yang yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang mengandung semangat ketuhanan yang maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia .
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga dengan makalah yang kami susun ini dapat menjadikan wawasan dan pengetahuan
kita bertambah, serta semakin menumbuhkan semangat nasionalisme kita.
18
Daftar Pustaka
Budiyono, Kabul. 2010. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
http://devragabe.blogspot.com/2012/11/konsep-dasar-demokrasi.html
http://ariaaja.wordpress.com/2011/05/11/konsep-demokrasi-pancasila/
Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2268905-konsep-
demokrasi/#ixzz1q2qdwQfD )
(http://ariaaja.wordpress.com/2011/05/11/konsep-demokrasi-pancasila/)
(http://www.scribd.com/doc/38133963/7/ciri-ciri-demokrasi)
http://ramaffasa.blogspot.com/2012/03/konsep-demokrasi.html
http://ina.indonesia.nl/index.php/pancasila/kerakyatan-yang-dipimpin-oleh-hikmat-
kebijaksanaan-dalam-permusyawaratan-perwakilan
http://khazanna032.wordpress.com/2009/07/16/makna-sila-sila-pancasila/
http://bowosugiarto.blog.unsoed.ac.id/2013/01/04/tentang-posislamisme-atau-merangkai-
kembali-hubungan-islam-dan-demokrasi/