Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DAN URGENSI SERTA DINAMIKA


PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Yang Diampu Oleh Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd.

Disusun oleh
Aisykha Anindya 2308126
Anisa Safitri Ramadani 2310532
Samira Putri Tunggani 2304109

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DI CIBIRU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Semoga untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 19 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Pengertian Demokrasi........................................................................................6
2.2 Demokrasi di Indonesia......................................................................................7
2.3 Konsep dan Urgensi Demokrasi di Indonesia.....................................................8
2.4 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia...............................................................13
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan............................................................................................................15
3.2 Saran......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara mengenai demokrasi di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari
pelaksanaan demokrasi dan pengertian dari demokrasi dalam konstektualnya
Demokrasi telah menggantikan beberapa sistem politik non demokrasi yang
dianggap gagal pada saat itu, seperti totalitarian, otoritarian, monarki absolut,
rezim militer dan kediktatoran. Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem
pemerintahan sebagai respon kepada masyarakat umum yang ingin menyuarakan
pendapat mereka.
Adanya system demokrasi, kekuasaan absolute satu pihak melalui tirani,
kediktatoran dan pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi
memberikan kebebasan berpendapat bagi rakyat. Sistem pemerintahan demokrasi
menganut asas yakni pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Di
Indonesia, para masyarakat mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang
berwatak anti feodalisme dan anti imperialisme, dengan tujuan membentuk
masyarakat sosialisasi.
Landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada
semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang
bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang diinginkan.
Masalah keadilan menjadi penting, dalam arti setiap orang mempunyai hak untuk
menentukan sendiri jalan hidupnya. Sebagai bentuk dari landasan tersebut suatu
negara kesatuan berkewenangan penuh atas sistem pemerintahan yang hendak
dijalankan dalam bernegara, seperti di indonesia dalam mejalankan sistem
kenegaraannya sering terjadi problem yang harus dihadapi seperti pada masa orde
baru bermunculan konflik-konflik baru serta terjadi perubahan genetika sosial
masyarakat, krisis moneter juga melanda pada keuangan negara sehingga
penurunan keuangan negara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
negara.
Dari latar belakang diatas, makalah ini akan menguraikan tentang bagaimana
konsep dan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia, bagaimanakah
perkembangan pelaksanaan demokrasi di indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud degan Demokrasi?
b. Bagaimana Demokrasi di Indonesia?
c. Apa konsep dan urgensi Demokrasi di Indonesia?
d. Bagaimana pelaksanaan demokrasi yang ada di Indonesia?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian Demokrasi.
b. Memaparkan Demokrasi di Indonesia.
c. Menjelaskan konsep dan urgensi Demokrasi di Indonesia.
d. Memaparkan pelaksanaan Demokrasi yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli Secara etimologis, kata demokrasi
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat,
dan kratos berarti kekuasaan yang mutlak. Apabila digabungkan, maka secara
harafiah, demokrasi adalah kekuasaan yang mutlak oleh rakyat.
Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup
bernegara antara Abad ke-4 Sebelum Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM.
Demokrasi memiliki beberapa prinsip, seperti persamaan hak, kebebasan
berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan berserikat, dan kebebasan
beragama.
Dalam buku berjudul Menjelajahi Demokrasi oleh Dr. Suyatno, para ahli
mengemukakan definisi dari kata demokrasi, yaitu:
a. H. L. Mencken
Demokrasi adalah sebuah teori yang mana rakyat tahu apa yang mereka
butuhkan dan pantas dapatkan sangatlah berat.
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau bentuk atau sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantara
wakilnya.
c. G. B. Shaw
Demokrasi adalah ‘pemilu pengganti’ oleh pihak yang tidak kompeten di
mana banyak kesepakatan yang diselewengkan.
d. Oxford English Dictionary
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat; bentuk pemerintahannya
terletak pada kedaulatan rakyat secara menyeluruh, dan dijalankan secara
langsung oleh rakyat, atau oleh pejabat yang dipilih oleh rakyat.
e. E. E. Schattschneider
Demokrasi adalah sistem politik yang kompetitif yang di dalamnya terdapat
persaingan antara para pemimpin dan organisasi-organisasi dalam menjabarkan
alternatif-alternatif kebijakan publik sehingga publik dapat turut berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan.
f. Adam Przeworski
Demokrasi adalah bentuk institusionalisasi konflik terus- menerus,
ketidakpastian, menundukkan seluruh kepentingan yang tidak jelas. Demokrasi
adalah sistem yang memungkinkan partai politik kalah dalam pemilu, adanya
kompetisi yang dikelola oleh-aturan-aturan, dan periode pemenang dan
pecundang.
g. Philippe C. S dan Terry L. K.
Demokrasi politik modern adalah sistem pemerintahan di mana penguasa
mempertanggungjawabkan tindakannya kepada warga negara, bertindak secara
langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan wakil-wakil rakyat.
Dapat disimpulkan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana
seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya.
Demokrasi juga diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
semua warga negara.
2.2 Demokrasi di Indonesia
Demokrasi di Indonesia mengalami dinamika yang cukup kompleks dan
menjalani perkembangan yang sangat dinamis. Berikut beberapa fase
perkembangan demokrasi di Indonesia.
a. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada fase ini, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dan
menerapkan sistem demokrasi parlementer. Sistem ini berlangsung hingga tahun
1959.
b. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
terpimpin. Sistem ini berlangsung hingga tahun 1965.
c. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
Pancasila. Sistem ini berlangsung hingga tahun 1998.
d. Demokrasi Pasca Reformasi (1998-sekarang)
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, Indonesia mengalami
proses reformasi politik yang membuka peluang bagi perkembangan demokrasi.
Pada masa ini, Indonesia menerapkan sistem demokrasi yang lebih terbuka dan
partisipatif.
Perkembangan demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh sejarah dan
politik perkembangan demokrasi di Indonesia, mulai dari pengertian dan konsepsi
demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan Indonesia,
terutama Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu, gotong royong dan rasa
kekeluargaan menjadi pangkal dari demokrasi Pancasila
Adapun fungsi dan peran demokrasi di Indonesia. Fungsi dan peran demokrasi
di Indonesia sangat penting dalam menjalankan sistem pemerintahan yang adil,
partisipatif, dan berkeadilan. Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami
dinamika yang cukup kompleks dan menjalani perkembangan yang sangat
dinamis. Berikut fungsi dan peran demokrasi di Indonesia secara singkat.
a. Mewujudkan kedaulatan rakyat
b. Menjamin hak asasi manusia
c. Mendorong akuntabilitas pemerintah
d. Melindungi keanekaragaman dan pluralisme
e. Mendorong pembangunan ekonomi dan sosial
f. Menjaga stabilitas politik
g. Mendorong partisipasi masyarakat
h. Menjaga keseimbangan kekuasaan
2.3 Konsep dan Urgensi Demokrasi di Indonesia
Pengertian demokrasi secara terminologi telah dikemukakan oleh para ahli
tentang demokrasi. Menurut Abraham Lincoln, pengertian demokrasi adalah
sistem pemerintah yang diselenggaran dari rakyat, oleh rakyat dan untu rakyat.
Menurut Charles Costello, pengertian demokrasi adalah sistem sosial dan politik
pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi dengan
hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
Menurut Ahmad Syafi’I Maarif, demokrasi bukanlah suatu wacara, pola pikir,
atau perilaku politik yang dapat dibangun sekali jadi. Demokrasi adalah proses di
mana masyarakat dan negara berperan di dalam membangun kultur dan sistem
kehidupan yang dapat menciptakan kesejahteraan, menegakkan keadilan baik
secara sosial , ekonomi maupun politik (Ubaedillah, 2008: 12).
Proses demokrasi Indonesia membutuhkan topangan budaya demokrasi yang
genuine. Tanpa dukungan budaya demokrasi, proses transisi demokrasi masih
rentan terhadap berbagai ancaman buaya dan perilaku tidak demokratis warisan
masa lalu, seperti perilaku anarkis dalam menyuarakan pendapat, politik uang
(money politics), pengerahan massa untuk tujuan politik, dan penggunaan
symbol-simbol primordial (suku dan agama) dalam berpolitik.
Lebih lanjut menurut Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civics) merupakan
kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia dalam membangun demokrasinya
karena beberapa alasan berikut diantaranya: pertama, meningkatnya gejala dan
kecenderungan political illiteracy, tidak melek politik dan tidak mengetahui cara
kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya di kalangan warga negara; kedua,
meningkatnya political apathism (apatisme politik) yang ditunjukkan dengan
sedikitnya keterlibatan warga negara dalam proses- proses politik. Jika demokrasi
merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar - tawar atau dimundurkan ( point of no
return) bagi Bangsa Indonesia, maka Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) merupakan salah satu upaya penyemaian budaya demokrasi. Upaya ini
tidak bisa diabaikan oleh bangsa yang memiliki komitmen kuat menjadi lebih
demokratis dan berkeadaban. Langkah yang dapat dilakukan untu
memberdayakan masyarakat agar mempunyai kekuatan adalah melalui upaya
sistematis dan sistemik dalam bentuk Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) yang secara konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi dan
pendidikan HAM dalam konteks pembangunan masyarakat madani (Civil
Society).
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemerintahan
demokrasi adalah pemerintahan di tangan rakyat yang mengandung pengertian
tiga hal yaitu; 1) pemerintahan dari rakyat (government of the people); 2)
pemerintahan oleh rakyat (government by the people); dan pemerintahan untuk
rakyat (government for the people). Tiga faktor ini merupakan tolak ukur umum
dari suatu pemerintahan yang demokratis yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, pemerintahan dari rakyat (government of the people) mengandung
pengertian bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintaha yang
mendapat pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme
demokrasi yaitu pemilihan umum. Pengakuan dan dkungan rakyat bagi suatu
pemerintahan sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut
pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai
wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya.
Kedua, pemerintahan oleh rakyat (government by the people) memiliki
pengertian bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasanannya atas nama
rakyat, bukan atas dorongan pribadi elite negara atau elite birokrasi. Hal ini juga
berarti bahwa 204 pemerintah berada dalam pengawasan rakyat (social control).
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung
melalui para wakilnya di parlemen. Dengan adanya pengawasan para wakil rakyat
di parlemen maka ambisi otoritarianisme dari para penyelenggaran negara dapat
dihindari.
Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government for the people) mengandung
pengertian bahwa kekuaasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah
harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus
dijadikan landasan utama kebijakan utama sebuah pemerintahan yang demokratis
(Ubaedillah, 2008: 37).
Demi terciptanya proses demokrasi, setelah terbentuknya sebuah
pemerintahan demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, negara
berkewajiban untuk membuka saluran-saluran demokrasi baik secara formal
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan partai politik, dan juga saluran-
saluran non-formal seperti fasilitas-fasilitas umum, atau ruang public (public
spheres) sebagai sarana interaksi sosial seperti radio, televisi, media sosial dan
lain sebagainya. Sarana ini dapat digunakan oleh semua warga negara untuk
menyalurkan pendapatnya secara bebas dan aman. Rasa aman dalam menyalurkan
pendapat dan sikap harus dijamin oleh negara melalui undang-undang yang
dijalankan oleh aparaturnya secara adil.
Menurut cendekiawan Nurcholish Madjid, setidaknya ada enam (6) norma
atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang demokratis yaitu
sebagai berikut; 1) kesadaran akan pluralisme; 2) musyarawah; 3) cara cara – cara
yang sesuai tujuan; 4) norma kejujuran dalam pemufakatan; 5) kebebasan nurani,
persamaan hak dan kewajiban; 6) percobaan dan kesalahan (trial and error) (Latif,
2007: 39).
Pertama, kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan tidak
sekedar pengakuan pasif akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Kesadaran
atas kemajemukan menghendaki tanggapan dan sikap positif terahdap
kemajemukan itu sendiri secara aktif yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku
menghargai dan mengakomodais beragam pandangan dan sikap orang dan
kelompok lain, sebagai bagian dari kewajiban warga negara untuk menjaga dan
menjamin hak orang lain untuk diakui keberadaannya. Jika norma ini dijalankan
dengan sadar dan konsekuen, diharapkan dapat mencegah munculnya sikap dan
pandangan hegemoni mayoritas dan tirani minoritas. Kondisi kemajemukan
Indonesia dapat menjadi modal potensial bagi masa depan demokrasi Indonesia.
Kedua, musyawarah. Makna dan semangat musyawarah adalah mengharuskan
adanya kesadaran dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima
kemungkinan untuk melakukan negoisasi dan kompromi-kompromis sosial dan
politik secara damai dan bebas dalam setiap keputusan bersama. Semangat
musyawarah menuntut agar setiap orang menerima kemungkinan terjadinya
“partial functioning of ideals” yaitu pandangan dasar bahwa belum tentu dan tak
haurs seluruh keinginan atau pikiran seseorang atau kelompok akan diterima dan
dilaksanakan sepenuhnya. Konsekuensi dari prinsip ini adalah kesediaan setiap
orang maupun kelompok untuk menerima pandangan yang berbeda dari orang
atau kelompok lain dalam bentuk kompromi-kompromi melalui jalan musyawarah
yang berjalan secara seimbang dan aman. Ketiga, cara haruslah berjalan dengan
tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup demokratis mewajibkan adanya
keyakinan bahwa cara haruslah sejalan dengan tujuan. Demokrasi pada
hakikatnya tidak hanya dilakukan sebatas pelaksanaan prosedurprosedur
demokrasi (pemilu, suksesi kepemimpinan atau aturan mainnya) akan teapi harus
dilakukan secara santun dan beradap, yakni melalui proses demokrasi yang
dilakukan tanpa paksaan, tekanan dan ancaman dari dan oleh siapapun tetapi
dilakukan secara sukarela, dialogis dan saling menguntungkan. Unsur-unsur inilah
yang melahirkan demokrasi yang substantial.
Keempat, norma kejujuran dalam pemufakatan. Suasama masyarakat
demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan
yang jujur dan sehat untuk mencapai kesepakatan yang memberikan keuntungan
semua pihak, karena itu faktor ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan
tatanan sosial yang baik untuk semua warga negara merupakan hal yang sangat
penting dalam membangun tradisi demokrasi. Musyawarah yang benar dan baik
hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki
pandangan positif terhadap perbedaan pendapat atau orang lain.
Kelima, kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban. Pengakuan akan
kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi
semua (egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan
dengan sikap percaya pada itikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude).
Norma ini akan berkembang dengan baik jika ditopang oleh pandangan positif
dan optimis terahdap manusia. Sebaliknya pandangan negative dan pesimis
terhadap manusia dengan mudah akan melahrikan sikap dan perilaku curiga dan
tidak percaya kepada orang lain. Sikap dan perilaku ini akan sangat berpotensi
melahirkan sikap enggan untuk bersama atau untuk melakukan kompromi dengan
pihak-pihak yang berbeda.
Keenam, trial and error (percobanan dan salah) dalam berdemokrasi.
Demokrasi bukanlah sesuatu yang telah selesai dan siap saji tetapi ia merpakan
sebuah proses tanpa henti. Dalam kerangka ini demokrasi membutuhkan
percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak untuk menerima kemungkinan
ketidaktepatan atau kesalahan dalam praktik untuk berdemokrasi.
Sebagai negara yang masih minim pengalaman berdemokrasinya, Indonesia
masih membutuhkan percobaan-percobaan dan “jatuh bangun” dalam
berdemokrasi. Kesabaran semua pihak untuk melewati proses demokrasi akan
sangat menentukan kematangan demokrasi Indonesia di masa yang akan datang.
Meskipun begitu, demokrasi juga membutuhkan ketegasan dan dukungan
pemerintah sebagai alat negara yang memiliki kewajiban menjaga dan
mengembangkan demokrasi. Demi tegaknya prinsip demokrasi, keterlibatan
warga negara sangatlah penting untuk mendorong negara bersikap tegas terhadap
tindakan kelompok-kelompok yang berupaya mencederai prinsip-prinsip
demokrasi. Pandangan sectarian dan tindakan memaksakan kehendak kelompok
atas nama kepentingan umum dapat dikategorikan sebagai hal-hal yang dapat
mencederai kemurnian demokrasi. Ketegasan negara bisa ditunjukkan dengan
menindak tegas, sekelompok warga negara yang bertindak anarkis terhadap
sesame warga lainnya atau warga negara lain.
2.4 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Dinamika pelaksanaan demokrasi di Indonesia:
1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada fase ini, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dan
menerapkan sistem demokrasi parlementer. Sistem parlementer berlaku
sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan diperkuat dalam UUD 1945
dan 1950. Demokrasi ini kurang cocok untuk negara Indonesia. Persatuan
yang dapat digalang selama menghadapi musuh bersama dan tidak dapat
dibina menjadi kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai karena
lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer memberi peluang untuk
dominasi partai politik dan dewan perwakilan rakyat.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
terpimpin. Terbatasnya peranan partai politik dan berkembangnya pengaruh
komunis sertal meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.
Demokrasi terpimpin ini telah menyimpang dari demokrasi konstitusional dan
lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Sistem ini
berlangsung hingga tahun 1965.
3. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
Pancasila yang menonjolkan sistem presidensiil. Sistem ini berlangsung
hingga tahun 1998.
4. Demokrasi Pasca Reformasi (1998-sekarang)
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, Indonesia mengalami
proses reformasi politik yang membuka peluang bagi perkembangan
demokrasi. Pada masa ini, Indonesia menerapkan sistem demokrasi yang lebih
terbuka dan partisipatif.
Perkembangan demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh sejarah dan
politik perkembangan demokrasi di Indonesia, mulai dari pengertian dan
konsep demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan
Indonesia, terutama Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu, gotong
royong dan rasa kekeluargaan menjadi pangkal dari demokrasi Pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi secara umum merupakan system pemerintahan yang segenap
rakyat turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. Namun ada juga
yang menyatakan suatu system politik yang dimana kebijakan umum ditentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana terjaminya kebebasan politik.
Dalam demokrasi kebijakan rakyat menjadi prioritas suatu sistem, di
Indonesia sistem demokrasi yang digunakan adalah demokrasi pancasila dengan
mengedepankan adanya prinsip musyawarah. Dengan bermusyawarah diharapkan
dapat memuaskan semua pihak yang berbeda pendapat, suatu harapan yang
sebenarnya sangat sulit dapat diwujudkan dalam praktek berbangsa dan bernegara.
3.2 Saran
a. Penerapan demokrasi Pancasila di Indonesia harus benar-benar adil dan
merata, tidak boleh ada diskriminasi terhadap partai mana pun dalam pemilu,
dan tidak boleh ada uang politik. Karena Pra-politik bukan berarti
demokrasi, hak berpendapat atau hak memilih tidak datang dari hati nurani
melainkan dari suap.
b. Penyelenggaraan pemilu yang merupakan salah satu bentuk demokrasi harus
dilaksanakan sesuai dengan konsep demokrasi. Konsep demokrasi memang
perlu diterapkan dengan baik. Agar tidak ada yang protes dan berbuat salah
seperti berdemonstrasi, membakar properti pemilu, atau mengancam
pengurus partai politik.
c. Pemerintah pusat dan daerah harus tegas menerapkan sistem demokrasi di
Indonesia. Anda harus mengambil sikap tegas dan berperan sebagai
perantara ketika pesta demokrasi berlangsung, khususnya pemilu parlemen
bahkan pemilu presiden. Anda juga harus mengambil sikap independen dan
tidak memihak kandidat atau partai politik mana pun. Organisasi
pemerintahan di wilayah maupun di pusat harus netral. Bahkan
penyelenggara pemilu, pemantau pemilu, dan komisi pemantau pemilu yang
secara de facto netral harus selalu bertindak sesuai prosedur yang berlaku
dan menghindari tindakan penipuan.
DAFTAR PUSTAKA
admin_pai. (2018, Oktober 14). Urgensi Demokrasi. Retrieved from Jurusan
Pendidikan Agama Islam :
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/230
Dwi, A. (2023, Juli 26). Demokrasi : Pengertian dan Sejarahnya di Indonesia.
Retrieved from Fisip.umsu: https://fisip.umsu.ac.id/2023/07/26/demokrasi-
di-indonesia-pengertian-dan-sejarahnya/
Latif, A. (2007). Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya Mewujudkan Negara
Hukum Demokrasi. Yogyakarta: Total Media.
Nasution, A. R. (n.d.). Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai. Retrieved
from Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial:
file:///C:/Users/user/Downloads/5167-10283-1-SM.pdf
Polpum. (2023, Juni 9). Pengertian Demokrasi, Model, dan Prinsipnya. Retrieved
from Direktorat Jendral Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian
dalam Negeri : https://polpum.kemendagri.go.id/pengertian-demokrasi-
model-dan-prinsipnya/
Triana, A. (n.d.). Makalah Dinamika Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia.
Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/29189147/MAKALAH_DINAMIKA_PELAK
SANAAN_DEMOKRASI_DI_INDONESIA_DINAMIKA_PELAKSAN
AAN_DEMOKRASI_DI_INDONESIA
Ubaedillah, A., & Abdul, R. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Indonesian Center for Civic
Education. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai