Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI DAN POLITIK INDONESIA DARI MASA KE MASA

Dosen Pengampu : I Wayan Suta, M.Pd.

Disusun Oleh :

ANDRI HERMAWAN 1212200008

NIA HARDIANTI SUKMA 1212200059

NUR ACHMAD WAHYUDI 1212200086

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah materi kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “ Demokrasi dan Politik di Indonesia
Dari Masa ke Masa” tepat pada waktunya.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak I Wayan Suta


selaku Dosen kami dalam pembelajaran mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan juga kepada teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang
konstruktif guna kesempurnaan tugas makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Semoga bermanfaat.

Terima Kasih.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
BAB 2..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
2.1 Pengertian Demokrasi..............................................................................................4
2.2 Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia................................................5
2.3 Perkembanga Politik di Indonesia.............................................................................6
BAB 3................................................................................................................................12
KESIMPULAN....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….12

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep negara hukum pertama kali muncul pada abad ke-19. Menurut
Soedirman Kartohadiprojo. Istilah Rechtsstaat pertama kali digunakan oleh
Rudolf von Gneist (1816-1895), seorang profesor di Berlin, Jerman, dimana ia
menggunakan istilah “Rechsstaat” untuk pemerintahan dalam bukunya Das
Englisches Verwaltunngerchte (1857). dari negara Inggris.

Namun, konsep negara hukum dimulai di negara-negara Eropa Barat pada


abad ke-17, ketika para penguasa, yaitu raja-raja dengan kekuasaan absolut,
terlibat dalam perebutan kekuasaan yang tidak terbatas. Cita-cita ini awalnya
sangat dipengaruhi oleh aliran individualisme dan sangat dipromosikan oleh
Renaisans dan Reformasi.

Kontroversi muncul antara para ahli dan filsuf tentang negara hukum,
yaitu sifat, asal usul, tujuan negara, dll. Secara khusus, topik inti, yaitu:dari
mana negara memperoleh kekuatannya untuk melakukan tindakannya dan
mematuhinya dari rakyat.

Pakar dan filsuf seperti Niccolo Machiavelli, Jean Bodin, Thomas Hobbes,
Georg Jellinek, John Austin, dll. memunculkan teori kedaulatan untuk
mendukung konsep negara dengan kekuasaan absolut yang dijuluki sebagai
“Teori Kedaulatan Negara”. Ini adalah gagasan kedaulatan tradisional atau
gagasan kedaulatan kedaulatan monistik. Kedaulatan negara adalah konsep
bahwa kekuasaan negara adalah kekuasaan tertinggi dan tidak terbatas yang
dapat mengeluarkan perintahnya secara independen dari perintah lain.
Kekuasaan negara absolut diwujudkan dalam ranah legislatif, di mana negara
adalah pembuat undang-undang tertinggi.

IV
Menurut John Locke dalam bukunya Two Treaties of Civil Government, ia
berpendapat bahwa kekuasaan seorang penguasa tidak pernah mutlak tetapi
selalu terbatas, karena individu tidak menyerahkan segalanya ketika
mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok orang. hak alami
John Locke juga berpendapat bahwa untuk membatasi kekuasaan penguasa
negara untuk melindungi hak asasi warga negaranya, kekuasaan negara harus
dibagi menjadi tiga cabang, yaitu parlemen (yang membuat undang-undang)
dan eksekutif (yang mengukuhkan keputusan). dan federative (yang tidak
termasuk dalam lingkup pengaruh sebelumnya).

Demikianlah, pada abad ke-17 dan ke-18, konsep negara hukum muncul
dari tulisan-tulisan para sarjana hukum alam. Pada dasarnya kekuasaan
penguasa (raja) harus dibatasi agar tidak bertindak semena-mena terhadap
rakyat dan warga negara. Peringatan tersebut mengacu pada supremasi hukum,
yaitu bahwa segala tindakan otoritas publik tidak dapat sewenang-wenang
melainkan harus berdasarkan dan berakar pada hukum. Semua ini ditujukan
untuk memastikan dan melindungi hak asasi manusia dan mencapai
kesejahteraan umum. Menurut teori negara hukum, Indonesia adalah negara
hukum. Negara hukum konstitusional diabadikan dalam konstitusi pada tahun
1945. Terdapat perbedaan penggunaan istilah negara hukum setelah
amandemen dan sebelum amandemen. Sebelum amandemen tahun 1945 yang
mengatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sementara itu, setelah
amandemen konstitusi (1945) yang menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah negara hukum, istilah Negara dimasukkan dalam Pasal 1 (3) UUD 1945.
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Sistem
pemerintahan diselenggarakan oleh rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi terlihat dalam penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu).
Indonesia sudah menyelenggarakan pemilu dimana Presiden dan Wakil
Presiden dipilih langsung.

1.2 Rumusan Masalah

V
1. Apa pengertian Demokrasi di Indonesia?

2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia?

3. Bagaimana Perkembangan Politik di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman


yang lebih mendalam tentang konsep, prinsip, dan praktik demokrasi kepada
pembaca. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami esensi
dari sistem politik demokrasi, serta manfaat dan tantangan yang terkait dengan
praktik demokrasi di berbagai negara.

Selain itu, pembuatan makalah tentang demokrasi bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam politik, khususnya
dalam memahami dan mengevaluasi kinerja pemerintahan yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip demokrasi. Dengan memahami konsep dan praktik
demokrasi, pembaca diharapkan dapat menjadi warga negara yang lebih aktif
dan responsif dalam memperjuangkan hak-haknya, serta ikut berpartisipasi
dalam memperkuat sistem politik demokrasi yang ada.

Selain itu, pembuatan makalah tentang demokrasi juga bertujuan untuk


membantu pembaca memahami perbedaan dan persamaan sistem politik antar
negara, serta mengapresiasi nilai-nilai universal yang terkandung dalam
prinsip-prinsip demokrasi. Melalui pembelajaran tentang demokrasi,
diharapkan pembaca dapat menjadi masyarakat yang lebih terbuka, toleran, dan
menghargai kebebasan dan hak asasi manusia, serta menghargai perbedaan
dalam masyarakat yang majemuk.

VI
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana rakyat memiliki hak


untuk memilih dan mengontrol para pemimpinnya. Dalam sistem demokrasi,
kekuasaan tidak hanya dimiliki oleh sekelompok kecil orang, tetapi dibagi di
antara seluruh rakyat. Konsep dasar dari demokrasi adalah bahwa pemerintah
harus didasarkan pada keinginan rakyat dan dijalankan untuk kepentingan
rakyat.

Di bawah sistem demokrasi, rakyat memiliki hak untuk memilih para


pemimpin mereka melalui pemilihan umum. Pemilihan umum diadakan secara
teratur dan memberikan kesempatan bagi semua orang yang memenuhi
persyaratan untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin. Setelah terpilih, para
pemimpin harus mematuhi undang-undang dan aturan yang telah ditetapkan
oleh sistem demokrasi.

Demokrasi juga memberikan hak dan kebebasan kepada rakyat. Rakyat


memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat, berserikat, berkumpul, dan
berbicara secara bebas tanpa takut akan dihukum. Kebebasan ini diperlukan
untuk memastikan bahwa rakyat dapat menyampaikan pandangan mereka
tentang hal-hal yang penting bagi mereka dan untuk menekan pemerintah agar
bertindak sesuai dengan kehendak rakyat.

Sistem demokrasi juga menjamin keadilan dan kesetaraan bagi semua


orang. Semua orang, terlepas dari ras, agama, atau jenis kelamin, memiliki hak
yang sama di depan hukum dan dapat menuntut hak mereka dengan adil. Di
bawah demokrasi, tidak ada satu kelompok atau individu yang memiliki

VII
kekuasaan yang berlebihan, sehingga tidak ada kekuasaan yang dapat menindas
orang lain.

Demokrasi juga menjamin adanya keamanan bagi rakyat. Pemerintah


bertanggung jawab untuk mempertahankan keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat dan untuk melindungi hak asasi manusia. Pemerintah harus
memastikan bahwa semua orang dapat hidup dengan damai dan aman.

Namun, meskipun demokrasi memiliki banyak keuntungan, sistem ini juga


memiliki kekurangan. Salah satu kekurangan utama dari demokrasi adalah
bahwa sistem ini sering kali lambat dan tidak efektif. Keputusan diambil
melalui proses panjang yang melibatkan banyak orang, yang dapat
menyebabkan penundaan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, demokrasi
juga dapat menyebabkan pemerintah menjadi tidak stabil karena terlalu banyak
pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

Meskipun memiliki kekurangan, demokrasi tetap menjadi sistem


pemerintahan yang populer dan diakui secara internasional. Sistem ini
memberikan rakyat kekuasaan dan kontrol atas pemerintah mereka dan
memastikan bahwa kepentingan rakyat menjadi prioritas utama. Oleh karena
itu, penting bagi negara-negara untuk mengembangkan sistem demokrasi yang
efektif untuk memastikan bahwa rakyat dapat hidup dengan damai, adil, dan
sejahtera.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Menurut Ni'matul Huda dalam bukunya Ilmu Negara, ketika bicara ke


sejarah teoritis Demokrasi adalah 2 (dua) fakta sejarah sangat penting.

Pada awalnya hampir semua orang mengklaim hari ini Demokrat. Sistem
politik yang berbeda menggambarkan dirinya di dunia sebagai negara demokrasi.
Tapi apa yang dikatakan dan diperbuat rezin, dari satu sistem ke sistem lainnya
seringkali berbeda secara signifikan.

VIII
Kedua, meskipun banyak negara saat ini mengikuti demokrasi sejarah
institusi politik menunjukkan kerapuhan dan rapuhnya tatanan demokrasi. Cerita
Eropa abad ke-20 itu sendiri menunjukkannya dengan jelas Demokrasi adalah
sebuah bentuk manajemen yang sangat sulit diciptakan dan dipertahankan
perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian

2.3 Perkembangann Politik di Indonesia

Indonesia adalah negara demokrasi konstitusional. Setelah jatuhnya rezim


Orde Baru yang otoriter pada tahun 1998, berbagai perubahan konstitusional telah
dilakukan untuk melemahkan kekuasaan cabang-cabang eksekutif. Dengan
demikian, membuat sebuah sistem kediktatoran baru hampir mustahil.

Indonesia adalah negara sekuler yang berarti kebijakan-kebijakan


politiknya tidak perlu didasarkan satu ajaran agama tertentu, dan tidak memilih
satu agama sebagai agama resmi negara. Namun, agama berperan penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Warga negara Indonesia wajib menganut salah
satu agama yang diakui oleh negara (Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha
dan Konghucu); ateisme bukanlah pilihan yang tepat.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tidak dapat


dipungkiri, Islam memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan
politik nasional. Tetapi meskipun demikian, Indonesia bukanlah negara Islam.

Secara pandangan politik, perkembangan sistem politik di Indonesia


mengalami 3 (tiga) periode masa, yaitu masa orde lama, orde baru dan orde
reformasi. Ketiga sebenamya penyumbang dan saling melengkapi perkembangan
sistem politik di dari masa ke masa. Di mana kelebihan dan kekurangan yang
terdapat dalam sistem politik orde lama di perbaiki dan disempurnakan dalam
sistem politik orde baru. Kemudian kelebihan dan kekurangan yang terdapat
dalam sistem politik orde baru diperbaiki dan disempurnakan dalam sistem politik
orde reformasi.

Masa orde Lama

IX
Awalnya sistem politik dibangun dalam rangka mengisi kekosongan
kekuasaan dalam kehidupan politik negara dan kehidupan masyarakat sebagai
konsekuensi dari negaruyang merdeka dari penguasa penjajahan. Proses
pembangunan bangsa Indonesia ini pada masa sistem politik orde lama
menimbulkan berbagai gejolak-gejolak dalam tubuh penyelenggaraan negara
sehingga terjadi 2 kali perubahan tatanan sistem politik dengan istilah sebutan
sistem politik demokrasi liberal parlementer dan sistem politik demokrasi
terpimpin.

Sistem politik masa orde lama sama sekali tidak sesuai dengan amanat
konstitusi yang terdapat dalam UUD 1945, hal ini terjadi dikarenakan kondisi saat
itu Negara Indonesia yang baru merdeka dan kondisi dalam tahapan sedang akan
membangun politik kelembagaan negara dan pembangunan bangsa (nation
building).

Sekitar tahun 1945 sampai 1949 sistem politik berjalan dengan


kelembagaannegara yang tidak lengkap dan tidak berfungsi, yang secara otomatis
berimbas pada lebih banyak peran lembaga eksekutif melalui adanya otoritas
dominan presiden dan koalisi partai-partai politik dalam komite nasional
Indonesia pusat (KNIP). Secara detilnya, pada waktu itu kekuasaan eksekutif
dipegang oleh presiden, kekuasaan legislatif dipegang oleh KNIP (komite nasional
Indonesia pusat) dan kekuasaan yudikatif dipegang oleh MA.

Pada segi politik, menunjukkan fenomena politik banyak diwarnai koalisi


partai partai politik terjadi dalam tubuh kabinet, yang terdiri dari partai politik
hasil kolaborasi kelompok-kelompok di masyarakat yang berbeda spektrum
ideologi, seperti PNI, Masyumi, PSI, PSII, PRN, PIR, Parindra, PKI, Partai
Buruh, BTI, PBI, Parkindo, dan PKRI. Ternyata koalisi partai politik dan
perbedaan jarak ideologi yang tajam antar partai politik maka menyebabkan
kegoncangan dalam kabinet-kabinet, sehingga kabinet ini berjalan tidak stabil, di
mana tercatat pada kurun masa itu terjadi 9 (sembilan) kali penggantian kabinet,
yang mana umur masing-masing kabinet antara minggu-an dan bulan-an.

Kemudian baru sekitar tahun 1950-an, dengan diberlakukan UUDS 1950,


terjadi perubahan tatanan sistem politik melalui penetapan kelembagaan negara

X
yang baru, yaitu kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen (DPR), Kekuasaan
eksekutif dipegang oleh perdana menteri beserta kabinet, kekuasaan yudikatif oleh
Mahkamah Agung. Tambahan lembaga negara lainnya, yaitu Dewan Pengawas
Keuangan dan Badan Konstituante.

Sebagai mekanisme pelengkap dalam sistem politik demokrasi


parlementer diselengsarakanlah pemilihan umum dengan menggunakan sistem
proporsional dengan stelsel daftar pada tahun 1955 yang diikuti sekitar 52partai
politik. Pemilihan umum tahun 1955 ini dilakukan sebagai sarana legitimasi
penguasa negara dan pengisian jabatan-jabatan politik pada lembaga legislatif.

Alhasil ternyata pemilihan umum 1955 tidak menghasilkan partai politik


yang mayoritas diparlemen dan apalagi terjadinya perbedaan ideologi yang tajam
antar partai politik yang berimbas pada kestabilan jalannya pemeritahan. Kabinet
dan pemerintahan juga mengalami kegoncangan konflik kepentingan antar partai
politik, seperti masa tahun 1915-1949. Pada tahun 1959 sistem demokrasi
parlementer diganti dengan sistem politik demokrasi terpimpin, maka sejak saat
itu dimulailah babak baru sistem politik demokrasi :erpimpin sebagai realisasi
pengganti sistem politik demokrasi parlementer.

fenomena-fenomena politik di atas menyebabkan sistem politik demokrasi


terpimpin menimbulkan respon yang tidak kondusif di kelompok-kelompok
masyarakat, melalui munculnya beberapa demonstrasi dan kekac auan y ang
menginginkan penggantian presiden, sehingga sampai akhirnya sistem politik
demokrasi terpimpin juga mengalami keambrukan dan kehancuran. Kehancuran
dan keambrukan sistem politik demokrasi terpimpin diwarnai proses penggantian
presiden dan peristiwa G 30 S PKI. Sejak saat itu dimulailah babak masa baru
sistem politik yang dikenal dengan masa orde baru.

Masa Orde Baru

Memasuki masa orde baru, oleh para ahli politik dan penguasa waktu itu
istilah sistem politik demokrasi terpimpin diubah menjadi sebutan sistem politik
demokrasi Pancasila. Istilah Pancasila digunakan sebagai sumber segala sumber

XI
hukum dan menjadi landasan ideologi bagi kehidupan politik negara sedangkan
landasan formilnya adalah UUD 1945.

Sistem demokrasi pancasila membagi secara sederhana lapangan politik


kenegaraan ke dalam istilah infrastruktur politik dan suprastruktur politik negara.
Infrastruktur politik negara terdiri dari partai-partai politik dan organisasi
masyarakat sedangkan suprastruktur politik negara terdiri dari lembaga tertinggi
negara, yaitu MPR dan lembaga tinggi negara, yaitu DPR, Presiden, DPA, BPK
dan MA.

Sistem politik demokrasi pancasila ini juga mampu menstabilkan


pemerintahan melalui berbagai strategi kebijakan, seperti strategi fusi partai
politik, penerapan asas tunggal Pancasila dan rekayasa politik di dalam komposisi
lembaga legislatif sehingga banyak program-program pembangunan dari
pemerintahan dapat terwujud dan terlaksana.

Strategi fusi partai politik dilakukan sekitar tahun 1973, melalui kebijakan
yang dibuat presiden dengan menyederhanakan 10 (sepuluh) partai politik
menjadi 3 (tiga) partai politik. Penerapan asas tunggal Pancasila dimaksudkan
dengan keharus an partai politik yang ada untuk menggunakan 1 asas tunggal,
yaitu Pancasila, sedangkan rekayasa politik di lembagaan legislatif dilakukan
melalui politik standar ganda, dimana sebagian anggota lembaga legislatif dipilih
melalui mekanisme pemilihan umum dan sebagian lagi melalui mekanisme
pengangkatan oleh presiden.

Sekitar tahun 1998, gelembung aspirasi masyarakat tersebut meledak


dengan ramainya bermunculan gerakan demontrasi oleh mahasiswa di berbagai
daerah yang menuntut untuk penggantian presiden dan tatanan politik orde baru"
Tahun 1999 sampai seterusnya merupakan simbol diubahnya sistem demokrasi
Pancasila masa orde baru dengan istilah sistem politik reformasi.

Puncak kegagalan sistem politik masa orde baru ditunjukkan melalui


adanya persaingan ide-ide demokrasi di antara elit-elit politik yang menguasai
kelembagaan pemerintahan dan kelembagaanpartai politik serta keiembagaan

XII
pendidikan (universitas) saat itu, yang lama kelamaan merembes ke gerakan-
gerakan mahasiswa.

Orde Reformasi

Reformasi memiliki arti perubahan secara bertahap atau gradual yang


ditekankan pada empat pondasi sistem politik (Andrian, 1992). Relevan dengan
pengertian ini, reformasi sering dimaknai sebagai perubahan-perubahan yang
terbatas pada arena sistem politik sehingga konsekuensinya reformasi merupakan
perubahan yang bertahap. Kerangka reformasi mendiskripsikan salah safu tekanan
perubahan secara bertahap yaitu pada tatanan atau struktur politik. Artinya
struktur politik yang diciptakan cenderung ke arah demokrasi (Oksenberg &
Dickson, 1998).

Masa reformasi ditandai dengan kejatuhan presiden orde baru dan gejolak
demontrasi di masyarakat yang dimotori mahasiswa. Gejolak demontrasi ini
sebagai bentuk respon dari ketidakpercayaan (detegitimet) padasistem politik pada
masa orde baru.

Segera setelah presiden mengundurkan diri, Mahkamah Agung mengambil


sumpah kepresidenan Bacharuddin Yusuf Habibie, yang sudah dipilih Soeharto
sendiri menjadi wakil presiden sejak bulan Maret dan sudah menjadi menteri
dalam kabinet orde baru secara terus menerus selama dua dekade sebelumnya.

Solusi satu-satunya dari gejolak demontrasi ini adalah perlunya dilakukan


perubahan melalui rekayasa ulang terhadap sistem politik yang ada, yang
diwujudkan melalui gagasan penciptakan format politik kelembagan negar
ayangbaru dan format politik kemasy arakatan yang baru melalui produk UU
dibidang politik yang baru.

Pemerintahan Presiden Habibie, dalam menghadapi tuntutan kearah


perubahan ini tampaknya tak punya pilihan lain kecuali menempatkan reformasi
dalam segala bidang, terutama bidang politik sebagai agenda. Agenda perubahan
bidang politik mulai dilakukan dengan rneninjau kembali semua pengaturan
bidang perpolitikkan yang dibuat oleh pemerintahan orde baru. Dan yang paling

XIII
mendesak untuk diiakukan adalah mengganti sejumlah UU Politik, seperti UU
tentang sistem pemilihan umum, UU sistem kepartaian dan uu tentang susunan
dan kedudukan MPR dan DPR

Sebagai langkah awal, tahun 1999-2002 merupakan tahun-tahun


momentum bagi UUD 1945 sebagai dasar konstitusi negara, yang mengalami
perubahan-perubahan dengan istilah Amandemen sebanyak 4 kali. Amandemen
terhadap UUD 1945 dilakukan sebagi syarat dasar perubahan kerangka bangunan
sistem politik Indonesia, yang akan mendorong perubahan lainnya. Amandemen
ke IV UUD 1945 menunjukkan format sistem politik sangat berbeda dan prospek
cerah bagi pengembangan kehidupan politik demokratis. kelembagaan negara
diformat hanva ke dalam (tujuh) lembaga tinggi negara yaitu (DPR + DPD),
Presiden, MA, MK, KY, dan BPK.

Selain itu pada sistem politik di masa reformasi, menunjukkan


kemunculan lembaga- lembaga baru seperi DPD, MK dan KY. yang ketiga
lembaga ini pada sistem politik masa sebelumnya (orde lama, orde baru) tidak
pernah ada. Kekuasaan-kekuasaan lemba ganegara tidak difokuskan pada satu
lembaga tertentu tetapi dipisah dan dibagi habis dalam lembaga- lembaga negara
yang ada.

Pada masa reformasi kemunculan partai politik juga lebih banyak


disponsori oleh kebijakan-kebijakan negara,yang sebagai respon atas suara
masyarakat,yang menghendaki penegakan nilai-nilai demokratisasi. Sehingga
kebebasan politik ini di manfaatkan masyarakat dengan beramai-ramai
mendirikan partai politik, alhasilnya kemunculan partai politik merebak ke sana
ke mari tak tentu arah. Pada tahun 1999 terdata jumlah partar politik yang
mendaftar dan sah untuk ikut pemilu 1999 sebanyak 141(seratus empat puluh
satu) partai politik.

XIV
BAB 3

KESIMPULAN
1. Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara.
2. Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi
Sebagai Sistem Politik dan Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran).
3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut cara
aspirasi rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak Langsung) dan
Demokrasi (Berdasarkan Prinsip Ideologi, Demokrasi Liberal, Demokrasi
Rakyat, Demokrasi Pancasila).

DAFTAR PUSTAKA

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pe ngertian-
demokrasi-dan-jenis-jenis.

http://www.informasi-pendidikan.com/2016/02/ciri-ciridemokrasi.

http://www.tugassekolah.com/2017/09/contoh-contoh-demokrasidalam-kehidupan.

https://guruppkn.com/contoh-perwujudan-demokrasi-di-lingkungan-bangsadan-negara.

XV

Anda mungkin juga menyukai