Anda di halaman 1dari 21

DEMOKRASI INDONESIA

Makalah:
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Kewarganegaraan

Oleh:

Muhammad Alby Muwaffil Hammam 07020322057

Muhammad Fikri Al-Rasyid 07020322060


Muhammad Thirafi Haidi Asy Syafii 07040322118

Dosen Pengampu:
IDA ROCHMAWATI, M.Fil.I

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tanpa itu, tidak ada
kekuatan atau usaha dalam hal apapun. Semoga kinta selalu menerima rahmat dan
karunia-nya dalam menjalani hidup ini. Nabi Muhammad SAW selalu disapa
dengan ucapan sholawat. Dimanapun dia berada, keluarganya, sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, dengan izin
dan kehendak Allah kami dapat menulis makalah ini. Dengan makalah yang
berjudul Demokrasi Indonesia. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu yang telah memberikan garis besar materi, dan semua pihak
yang membantu menyelesesaikan makalah ini. Akhir kata, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dosen pengampu yang membangun, agar makalah
ini lebih baik sehingga dapat disempurnakan di masa yang akan datang.

Surabaya, 10 Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Demokrasi..........................................................................................5
2.1 Pengertian...........................................................................................................5
2.2 Prinsip-prinsip Demokrasi................................................................................6
B. Demokrasi Pancasila............................................................................................8
3.1 Pengertian...........................................................................................................8
3.2 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila..................................................................10
C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia...............................................................11
1. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1945 – 1949..................11
2. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1949 – 1959...................12
3. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959 – 1965...................14
4. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1965 – 1998 (Orde Baru)
.................................................................................................................................16
5. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998 – sekarang (Era
Reformasi)..............................................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat
Turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat. Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
semua warga negara. Dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem
politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan
dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat baik di tingkat pemerintahan pusat
maupun pemerintahan daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum
dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan
rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai- nilai demokrasi,
meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan demokrasi dan prinsip-prinsipnya?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan demokrasi Pancasila?
3. Bagaimana sistem pelaksanaan demokrassi dalam negara di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi dan prinsip-
prinsipnya.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi Pancasila.
3. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
2.1 Pengertian
Secara etimologi demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yakni demos yang
berarti rakyat banyak atau penduduk, dan cratos memiliki makna kekuasaan.
Dari makna tersebut dapat disimpulkan bahwa demokrasi merupakan
pemerintahan oleh orang banyak, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) demokrasi adalah gagasan
atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam istilah di Indonesia
demokrasi sering dikenal dengan makna untuk rakyat dari rakyat dan oleh
rakyat. Namun perlu diketahui bahwa demokrasi dalam setiap warga negara
pasti memiliki ciri dan khas berbeda tergantung kondisi dan wilayah tertentu.
Namun hampir semua pengertian akan kata “demokrasi” selalu di dedikasikan
kepada rakyat. Adapun pengertian demokrasi menurut para ahli sebagai
berikut:

1) Demokrasi menurut Montessque, negara harus dibagi dan dilaksanakan


oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lain.
Yang pertama, legislatif yang memiliki kekuasaan untuk membuat
undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam
melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang mana
memiliki kekuasaan untuk memutuskan implementasi undang-undang.
Lembaga-lembaga ini berdiri secara independen dan tidak terpengaruh
kepada lembaga lain.
2) Menurut Henry B. Mayo, demokrasi adalah sistem politik yang
menunjukkan kebijakan umum atas dasar wakil yang diawasi oleh rakyat,
melalui pemilihan atas dasar kebebasan politik.
1
Dkk Kunawi Basyir, Helmi Humam, Fathoni Hakim, PANCASILA Dan KEWARGANEGARAAN,
ed. by Dkk M. Syamsul Huda, Eni Purwati, Chaerati Saleh (Surabaya: IAIN Sunan Ampel PRESS,
2013). 74

5
3) Menurut Josefh A. Schemter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.2
4) Menurut Abraham Lincoln, demokrasi bermakna pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
5) Menurut Aristoteles, demokrasi ialah suatu kebebasan, karena hanya
melalui kebebasan warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam
negaranya.
6) Demokrasi menurut International Commission of Juris adalah bentuk
pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus
diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang terpilih dalam suatu
proses pemilu.
Dari pengertian diatas demokrasi seolah memberikan pengertian bahwa
kekuasaan dalam sebuah negara dan pemerintahan itu tergantung kepada
rakyatnya. Dengan demokrasi masyarakat berhak menentukan arah dan
pilihannya dalam hal kekuasaan. Artinya rakyat memilki kekuasaan penuh dalam
menentukan arah pemerinthan.
Jadi rakyat memilki hak dalam menilai dan mengkritisi kebijakan dan
kepemerintahan. Sistem demokrasi merupakan sebuah dasar hidup dalam
bernegaara yang menunjukkan bahwa rakyat adalah tingkatan tertinggi. Segala
sesuatu yang diatur haarus bermuara kepada kepentingan dan kesehjahteraan
rakyat. Ada beberapa sistem demokrasi dalam setiap bangsa, ada yang
menggunakan sistem presidensisal dan juga ada yang menggunakan sistem
parlementer.

2.2 Prinsip-prinsip Demokrasi


Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan
politik dan sosial. Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara
demokrasi telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik

2
Holilah Nafi’ Mubarok, M. Fathoni Hakim, KEWARGANEGARAAN, ed. by Dr. Andriani Samsuri
Dra. Wahidah, Dr. Lilik Huriyah (Surabaya: UIN Sunan Ampel press, 2020). Hlm 216

6
Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi
yang kemudian dikenal dengan “soko guru demokrasi”. Menurutnya prinsip-
prinsip demokrasi yaitu:
a. Kedaulatan rakyat
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
c. Kekuasaan mayoritas
d. Hak-hak minoritas
e. Jaminan hak asasi manusia
f. Pemilihan yang bebas dan jujur
g. Persamaan di depan hukum
h. Prosesn hukum yang wajar
i. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
k. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Adapun uraian yang dikemukakan oleh Henry Bertram Mayo dalam
Budiarjo menjelaskan bahwa prinsip-prinsip demokrasi yang mewujudkan suatu
sistem politik yang demokratis sebagai berikut: 3
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.

Keenam prinsip tersebut menjadi hal yang harus diimplementasikan agar


kualitas demokrasi di setiap negara berjalan sesuai dengan harapan warga
negara, sebab hal tersebut menjadi tolak ukur akan sukses tidaknya suatu negara
yang menjadi tujuan bersama dalam mengembangkan nilai-nilai yang

3
Dedi Agus, ‘Implementasi Prinsip-Prinsip Demokrasi Di Indonesia’, Ilmiah Ilmu Pemerintah,
2021.

7
terkandung dalam sistem tata negara untuk membentuk negara yang maju serta
menggerakan jiwa nasionalisme yang senantiasa terpatri didalamnya.

Prinsip-prinsip demokrasi yang digunakan oleh negara modern yang


ajarannya merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Aristoteles yakni,
memberikan makna bahwa semua manusia pada hakekatnya sama-sama
memiliki kebebasan. Maka manusia secara mutlak memiliki kesamaan hak dan
kebebasan yang hanya dapat dinikmati dalam negara demokrasi. Dalam
pandangan Aristoteles hanyalah diperuntukkan bagi warga negara yang miskin.
Sebaliknya dalam negara modern, negara demokratik adalah negara yang
melibatkan seluruh rakyat dalam pelenggaraan pemerintahannya tanpa
membedakan status warga negaranya.4

B. Demokrasi Pancasila
3.1 Pengertian
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang khas dari bangsa
Indonesia sendiri. Secara umum, demokrasi pancasila ialah suatu paham
demokrasi yang berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam
ideologi Pancasila. Demokrasi Pancasila menganut paham pada masa lalu.
Adapun konsep pemahaman demokrasi tersebut yang berasal dari falsafah
hidup bernegara Indonesia, yakni Pancasila. Hal itu dikarenakan Pancasila
merupakan representasi yang mewakili kepribadian bangsa Indonesia dari dulu
hingga sekarang. Pemahaman demokrasi Pancasila tersebut sangat penting
untuk dipelajari, karena demokrasi Pancasila juga penting untuk bangsa
Indonesia dalam mengawal sekaligus untuk mempertahankan pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun pengertian demokrasi Pancasila menurut para ahli sebagai berikut:

4
Trisnowaty, Budaya Demokrasi Dan Kemerdekaan Berpendapat (Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo, 2015).

8
1) Drs. C.S.T. Kansil, SH.
Menurut Drs. C.S.T. Kansil, SH., pengertian demokrasi Pancasila
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan, yang merupakan sila keempat
dari dasar Negara Pancasila seperti yang tercantum dalam alinea
ke-4 Pembukaan UUD 1945.
2) Prof. R.M. Sukamto Notonagoro
Menurut Prof. R.M. Sukamto Notonagoro, pengertian demokrasi
Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
berKetuhanan YME, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3) Prof. Dardji Darmo Diharjo
Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, pengertian demokrasi
Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari
kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan
UUD 1945.
4) Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
Berdasarkan GBHN tahun 1978 dan tahun 1983, demokrasi
Pancasila adalah tujuan dari pembangunan politik di Indonesia
dimana dalam pelaksanaannya diperlukan pemantapan kehidupan
konstitusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum.

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mempraktikan berdasarkan


Undang-Undang Dasar 1945, di mana sistem pemerintah negara serta
pelaksanaannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, mulai
dari ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, undang-undang, peraturan
pemerintah, dan sebagainya, yang memuat kaidah yang berasas pembangunan
nasional yang dianut oleh bangsa Indonesia. 5 Salah satu asas pembangunan
5
Fauzi Eka Dr. Damri, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Kencana, 2020). Hlm. 144

9
nasional yang dianut di dalam GBHN 1993 adalah asas demokrasi Pancasila,
bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan nasional yang meliputi seluruh
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dilakukan dengan
berlandaskan rasa kekeluargaan yang bercirikan bersamaan, gotong royong,
persatuan dan kesatuan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

3.2 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila


Berikut aspek-aspek yang terkandung dalam demokrasi Pancasila sebagai
berikut:

a. Aspek material, demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan


oleh sila-sila lainnya. Karena itulah, pengertian demokrasi Pancasila
tidak hanya merupakan demokrasi politik tetapi juga demokrasi ekonomi
dan sosial.
b. Aspek formal, berkaitan dengan proses dan cara rakyat menunjuk wakil-
wakilnya dalam badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan dan
bagaimana mengatur permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas,
terbuka, dan jujur untuk mencapai kesepakatan bersama.
c. Aspek normatif, mengungkap seperangkat norma atau kaidah
membimbing dan menjadi kriteria pencapaian tujuan.
d. Aspek objektif, mengetengahkan tujuan dan keinginan yang hendak
dicapai.
e. Aspek organisasi, berkaitan dengan organisasi sebagai wadah
pelaksanaan demokrasi Pancasila, di mana wadah tersebut harus cocok
dengan tujuan yang hendak dicapai.
f. Aspek kejiwaan, menjadikan semangat para penyelenggara negara dan
para pemerintah.

C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Pelaksanaan demokrasi di Indonesia tidak dapat terlepas dari
perkembangan ketatanegaraan berdasarkan konstitusi yang pernah berlaku
pada kurun waktu atau periode tersebut. Pelaksanaan demokrasi di

10
Indonesia dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
sampai sekarang.

1. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1945 – 1949


Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan (1945 - 1949),
pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers yang
mendukung revolusi kemerdekaan. Adapun, elemen-elemen demokrasi
yang lain belum sepenuhnya terwujud, karena situasi dan kondisi yang
tidak memungkinkan. Hal ini dikarenakan pemerintah harus memusatkan
seluruh energinya bersama-sama rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan dan menjaga kedaulatan negara, agar negara kesatuan tetap
hidup.6
Partai-partai politik tumbuh dan berkembang dengan cepat. Tetapi,
fungsinya yang paling utama adalah ikut serta memenangkan revolusi
kemerdekaan dengan menanamkan kesadaran untuk bernegara serta
menanamkan semangat anti penjajahan. Karena keadaan yang tidak
mengizinkan, pemilihan umum belum dapat dilaksanakan sekali pun hal
itu telah menjadi salah satu agenda politik utama. Meskipun tidak banyak
catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada periode
ini, akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar
bagi perkembangan demokrasi di Indonesia untuk masa selanjutnya.
Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh. Para
pembentuk negara sudah sejak semula mempunyai komitmen yang sangat
besar terhadap demokrasi sehingga begitu mereka menyatakan
kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda, semua warga negara yang
sudah dianggap dewasa memiliki hak politik yang sama, tanpa ada
diskriminasi yang bersumber dari ras, agama, suku, dan kedaerahan.
Kedua, presiden yang secara konstitusional memiliki kemungkinan
untuk menjadi seorang diktator, dibatasi kekuasaanya ketika Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk untuk menggantikan parlemen.

6
Lubis Yunawan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2017) hlm. 53

11
Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar
bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam
sejarah kehidupan politik Indonesia.7
2. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1949 – 1959
Pada periode ini terjadi dua kali pergantian undang-undang dasar.
Pertama, pergantian UUD 1945 dengan Konstitusi RIS pada rentang waktu
27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950. Dalam rentang waktu
ini, bentuk negara kita berubah dari kesatuan menjadi serikat, sistem
pemerintahan juga berubah dari presidensil menjadi quasi parlementer.
Kedua, pergantian Konstitusi RIS dengan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 pada rentang waktu 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli
1959. Pada periode pemerintahan ini bentuk negara kembali berubah
menjadi negara kesatuan dan sistem pemerintahan menganut sistem
parlementer. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode
1949 sampai dengan 1959, negara kita menganut demokrasi parlementer.
Masa demokrasi parlementer merupakan masa yang semua elemen
demokrasinya dapat kita temukan perwujudannya dalam kehidupan politik
di Indonesia.8 Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan.
Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah
mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet
harus meletakkan jabatannya meskipun pemerintahannya baru berjalan
beberapa bulan, seperti yang terjadi pada Ir. Djuanda Kartawidjaja yang
diberhentikan dengan mosi tidak percaya dari parlemen.
Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan
politisi pada umumnya sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena
berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media massa sebagai alat

7
Ibid, hlm. 58
8
Ibid, hlm. 59

12
kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet pada periode ini
merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas tersebut.
Ketiga, kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang
yang sebesar-besarnya untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode
ini, Indonesia menganut sistem multipartai. Pada periode ini, hampir 40
partai politik terbentuk dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam
proses rekrutmen, baik pengurus atau pimpinan partainya maupun para
pendukungnya. Campur tangan pemerintah dalam hal rekrutmen boleh
dikatakan tidak ada sama sekali. Setiap partai bebas memilih ketua dan
segenap anggota pengurusnya.
Keempat, sekali pun pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali
yaitu pada 1955, tetapi pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan
dengan prinsip demokrasi. Kompetisi antarpartai politik berjalan sangat
intensif dan fair, serta yang tidak kalah pentingnya adalah setiap pemilih
dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas tanpa ada tekanan atau
rasa takut.
Kelima, masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-
hak dasar mereka tidak dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua
warga negara dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Hak untuk
berserikat dan berkumpul dapat diwujudkan dengan jelas, dengan
terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta pemilihan
umum. Kebebasan pers juga dirasakan dengan baik. Demikian juga
dengan kebebasan berpendapat. Masyarakat mampu melakukannya tanpa
ada rasa takut untuk menghadapi risiko, sekalipun mengkritik pemerintah
dengan keras. Sebagai contoh adalah yang dilakukan oleh Dr. Halim,
mantan Perdana Menteri, yang menyampaikan surat terbuka dan
mengeluarkan semua isi hatinya dengan kritikan yang sangat tajam
terhadap sejumlah langkah yang dilakukan Presiden Soekarno.
Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah
memperoleh otonomi yang cukup bahkan otonomi yang seluas-luasnya
dengan asas desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak dalam

13
mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat pemerintah
daerah. Keenam indikator tersebut merupakan ukuran dalam pelaksanaan
demokrasi pada masa pemerintahan parlementer. Akan tetapi, pelaksanaan
tersebut tidak berumur panjang. Demokrasi parlementer hanya bertahan
selama sembilan tahun seiring dengan dikeluarkannya dekrit oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante dan
kembali kepada UUD 1945. Presiden menganggap bahwa demokrasi
parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
dijiwai oleh semangat gotong royong sehingga beliau menganggap bahwa
sistem demokrasi ini telah gagal mengadopsi nilai-nilai kepribadian
bangsa Indonesia.

3. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959 – 1965


Kinerja Dewan Konstituante yang berlarut-larut membawa
Indonesia ke dalam persoalan politik yang sangat pelik. Negara dilingkupi
oleh kondisi yang serba tidak pasti, karena landasan konstitusional tidak
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena hanya bersifat sementara.
Selain itu juga, situasi seperti ini memberi pengaruh yang besar terhadap
situasi keamanan nasional yang sudah membahayakan persatuan dan
kesatuan nasional.
Presiden Soekarno sebagai kepala negara melihat situasi ini sangat
membahayakan bila terus dibiarkan. Oleh karena itu, untuk mengeluarkan
bangsa ini dari persoalan yang teramat pelik ini, Presiden Soekarno
menerbitkan suatu dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang selanjutnya
dikenal dengan sebutan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dalam dekrit tersebut,
Presiden menyatakan pembubaran Dewan Konstituante dan kembali
kepada Undang-Undang Dasar 1945. Dekrit Presiden tersebut mengakhiri
era demokrasi parlementer, yang kemudian membawa dampak yang sangat
besar dalam kehidupan politik nasional. Era baru demokrasi dan
pemerintahan Indonesia mulai dimasuki, yaitu suatu konsep demokrasi
yang oleh Presiden Soekarno disebut sebagai Demokrasi Terpimpin.

14
Maksud konsep terpimpin ini, dalam pandangan Presiden Soekarno adalah
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan.
Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari proses
politik yang berjalan pada masa demokrasi parlementer. Adapun
karakteristik yang utama dari perpolitikan pada era demokrasi terpimpin
sebagai berikut.9
Pertama, mengaburnya sistem kepartaian. Kehadiran partai-partai
politik bukan untuk mempersiapkan diri dalam rangka mengisi jabatan
politik di pemerintah (karena pemilihan umum tidak pernah dijalankan),
tetapi lebih merupakan elemen penopang dari tarik ulur kekuatan antara
lembaga kepresidenan, Angkatan Darat, dan Partai Komunis Indonesia.
Kedua, dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong, peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasional menjadi
sedemikian lemah. DPR-GR tidak lebih hanya merupakan instrumen
politik lembaga kepresidenan. Proses rekrutmen politik untuk lembaga ini
pun ditentukan oleh presiden.
Ketiga, hak dasar manusia menjadi sangat lemah. Kritik dan saran
dari lawan-lawan politik Presiden tidak banyak diberikan. Mereka tidak
mempunyai keberanian untuk menentangnya.
Keempat, masa demokrasi terpimpin membuat kebebasan pers
berkurang. Sejumlah surat kabar dan majalah dilarang terbit oleh
pemerintah seperti misalnya Harian Abadi yang berafiliasi dengan
Masyumi dan Harian Pedoman yang berafiliasi dengan PSI.
Kelima, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Daerah-daerah memiliki
otonomi yang terbatas.
Dari lima karakter di atas, dapat disimpulkan bahwa pada era
demokrasi terpimpin terdapat penyimpangan-penyimpangan terhadap

9
Ibid, hlm. 60

15
demokrasi. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Indonesia yang baru
merdeka.
4. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1965 – 1998 (Orde
Baru)
Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi
yang singkat yaitu antara tahun 1966 - 1968, ketika Jenderal Soeharto
dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Era yang kemudian dikenal
sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama
pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat Indonesia.
Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan secercah harapan
bagi rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia mengharapkan adanya perubahan-
perubahan politik menjadi lebih demokratis. Harapan tersebut tentu saja
ada dasarnya. Orde Baru dipandang mampu mengeluarkan bangsa ini
keluar dari keterpurukan.
Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena,
sebenarnya tidak ada perubahan yang substantif dari kehidupan politik
Indonesia. Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, kekuasaan
presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia.
Lembaga kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga negara
lainnya, baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan
MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, partai politik, dan
sebagainya). Selain itu juga, Presiden Soeharto mempunyai sejumlah
legalitas yang tidak dimiliki oleh siapa pun seperti Pengemban
Supersemar, Mandataris MPR, Bapak Pembangunan, dan Panglima
Tertinggi ABRI.
Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen
hanya dijadikan alat politik penguasa belaka. Kenyataan yang terjadi
Demokrasi Pancasila sama dengan kediktatoran. Berikut karakteristik

16
Demokrasi Pancasila masa Orde Baru yang berdasarkan pada indikator
demokrasi yang telah dikemukakan sebelumnya.
Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan sangat kecil
terjadi. Kecuali pada jajaran yang lebih rendah, seperti gubernur,
bupati/walikota, camat, dan kepala desa. Kalaupun ada perubahan, selama
pemerintahan Orde Baru hanya terjadi pada jabatan wakil presiden,
sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama.
Kedua, rekrutmen politik bersifat tertutup. Rekrutmen politik
merupakan proses pengisian jabatan politik di dalam penyelenggaraan
pemerintah negara, baik untuk lembaga eksekutif (pemerintah pusat
maupun daerah), legislatif (MPR, DPR, dan DPRD) maupun lembaga
yudikatif (Mahkamah Agung). Dalam negara yang menganut sistem
pemerintahan yang demokratis, semua warga negara yang mampu dan
memenuhi syarat mempunyai peluang yang sama untuk mengisi jabatan
politik tersebut. Akan tetapi, yang terjadi di Indonesia pada masa Orde
Baru, sistem rekrutmen politik tersebut bersifat tertutup, kecuali anggota
DPR yang berjumlah 400 orang dipilih melalui pemilihan umum.
Pengisian jabatan tinggi negara seperti Mahkamah Agung, Dewan
Pertimbangan Agung, dan jabatan-jabatan lainnya dalam birokrasi
dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan. Demikian juga dengan
anggota badan legislatif. Anggota DPR sejumlah 100 orang dipilih melalui
proses pengangkatan dengan surat keputusan presiden. Sementara itu
dalam kaitannya dengan rekrutmen politik lokal (seperti gubernur dan
bupati/ walikota), masyarakat di daerah tidak mempunyai peluang untuk
ikut menentukan pemimpin mereka. Kata akhir tentang siapa yang akan
menjabat diputuskan oleh presiden. Jelas, sistem rekrutmen seperti itu
sangat bertentangan dengan semangat demokrasi.
Ketiga, Pemilihan Umum. Pada masa pemerintahan Orde Baru,
pemilihan umum telah dilangsungkan sebanyak enam kali dengan
frekuensi yang teratur setiap lima tahun sekali. Tetapi, kalau kita amati

17
kualitas pelaksanaan pemilihan umum tersebut masih jauh dari semangat
demokrasi. Pemilihan umum tidak melahirkan persaingan yang sehat.
Keempat, pelaksanaan hak dasar warga negara. Sudah bukan
menjadi rahasia umum lagi, bahwa dunia internasional sering menyoroti
politik Indonesia berkaitan erat dengan perwujudan jaminan hak asasi
manusia. Masalah kebebasan pers sering muncul ke permukaan.
Persoalan mendasar adalah selalu adanya campur tangan birokrasi yang
sangat kuat. Selama pemerintahan Orde Baru, sejarah pengekangan
kebebasan pers terulang kembali seperti yang terjadi pada masa Orde
Lama. Beberapa media massa seperti Tempo, Detik, dan Editor dicabut
surat izin penerbitannya atau dengan kata lain dibreidel setelah mereka
mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah
penyelewengan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara.
Selain itu, kebebasan berpendapat menjadi barang langka dan
mewah. Pemerintah melalui kepanjangan tangannya (aparat keamanan)
memberikan ruang yang terbatas kepada masyarakat untuk berpendapat.
Pemberlakuan Undang-Undang Subversif membuat posisi pemerintah
semakin kuat karena tidak ada kontrol dari rakyat. Rakyat menjadi takut
untuk berpendapat mengenai kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Tidak jarang pemerintah memenjarakan dan mencekal orang-orang yang
mengkritisi kebijakannya.
5. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998 – sekarang
(Era Reformasi)
Setelah lengsernya kepemimpinan Soeharto, pada masa
pemerintahan Presiden Habibie inilah muncul beberapa indikator
pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang
kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam berbangsa
dan bernegara. Kedua, diberlakukannya sistem multipartai dalam pemilu
tahun 1999. Habibie dalam hal ini sebagai Presiden Republik Indonesia
membuka kesempatan kepada rakyat untuk berserikat dan berkumpul
sesuai dengan ideologi dan aspirasi politiknya.

18
Dua hal yang dilakukan Presiden Habibie di atas merupakan
fondasi yang kuat bagi pelaksanaan demokrasi Indonesia pada masa
selanjutnya. Demokrasi yang diterapkan negara kita pada era reformasi ini
adalah Demokrasi Pancasila. Dengan karakteristik yang berbeda dengan
Orde Baru dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahun 1950 -
1959.
Pertama, pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari
yang sebelumnya. Sistem pemilu yang terus berkembang memberikan
jalan bagi rakyat untuk menggunakan hak politiknya dalam pemilu,
bahkan puncaknya pada tahun 2004 rakyat dapat langsung memilih
wakilnya di lembaga legislatif dan presiden/wakil presiden pun dipilih
secara langsung. Tidak hanya itu, mulai tahun 2005 kepala daerah pun
(gubernur dan bupati/walikota) dipilih langsung oleh rakyat.
Kedua, rotasi kekuasaan dilaksanakan mulai dari pemerintah pusat
sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola rekrutmen politik untuk pengisian
jabatan politik dilakukan secara terbuka. Setiap warga negara yang mampu
dan memenuhi syarat dapat menduduki jabatan politik tersebut tanpa
adanya diskriminasi. Keempat, sebagian besar hak dasar rakyat dapat
terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan pers,
dan sebagainya. Kondisi demokrasi Indonesia saat ini dapat diibaratkan
sedang menuju ke arah kesempurnaan.

BAB III
PENUTUP

19
4.1. Kesimpulan
Demokrasi berjalan dan bergerak berdasrkan upaya kerjasama yang
melibatkan berbagai pihak khusunya pemerintah dan seluruh warga negara,
tentunya hal demikian bisa terealisasikan karena memiliki prinsip-prinsip yang
khusus guna bertujuan mencapai tujuan bangsa yakni menyejahterakan warga
masyarakat. demokrasi merupakan sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Artinya, rakyat dengan serta merta mempunyai kebebasan untuk
melakukan semua aktivitas kehidupan termasuk aktivitas politik tanpa adanya
tekanan dari pihak mana pun, karena pada hakikatnya yang berkuasa adalah
rakyat untuk kepentingan bersama. Indonesia merupakan negara demokrasi dan
pancasila sebagai ideologinya, Sebagaimana yang tercantum pada sila keempat
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang menjadi inti dari demokrasi pancasila yakni
demokrasi yang dikendalikan oleh dua nilai yaitu nilai hikmat dan nilai bijak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dedi, ‘Implementasi Prinsip-Prinsip Demokrasi Di Indonesia’, Ilmiah Ilmu


Pemerintah, 2021
Dr. Damri, Fauzi Eka, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Kencana, 2020)
Kunawi Basyir, Helmi Humam, Fathoni Hakim, Dkk, PANCASILA Dan
KEWARGANEGARAAN, ed. by Dkk M. Syamsul Huda, Eni Purwati,
Chaerati Saleh (Surabaya: IAIN Sunan Ampel PRESS, 2013)
Nafi’ Mubarok, M. Fathoni Hakim, Holilah, KEWARGANEGARAAN, ed. by Dr.
Andriani Samsuri Dra. Wahidah, Dr. Lilik Huriyah (Surabaya: UIN Sunan
Ampel press, 2020)
Trisnowaty, Budaya Demokrasi Dan Kemerdekaan Berpendapat (Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo, 2015)
Yunawan Lubis, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017)

21

Anda mungkin juga menyukai