Disusun oleh:
REPA RIZKY
Guru Pembimbing:
Sri Agustina, S.Pd
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demokrasi...........................................................................................................2
B. Sejarah Demokrasi di Indonesia.........................................................................9
C. Perkembangan Demokrasi di Indonesia.............................................................11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN ………………………………………………………........... 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan dan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian demokrasi itu?
2. Mengetahui sejarah demokrasi di Indonesia dan
3. Mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945
2. Bidang Ekonomi
Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang mejiwai kententuan-ketentuan mengenai
dalam UUD 1945 yang pada hakikatnya berarti kehidupan yang layak bagi seluruh warga
negara yang antara lain mencakup:
1. Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara.
2. Koperasi.
3. Penagkuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaanya.
4. Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjukan jalan serta
perlindungan.
3
3. Perlunya untuk membina suatu “rapidly expanding economY”
(pengembangan ekonomi secara tepat).
Dengan demikian demokrasi telah melebur dengan beberapa hal yang ada di
negara yang kemudian mengembangkan demokrasi itu sendiri. Sebagaimana dengan
beberapa hal lain yaitu bagaimana demokrasi secara utuh memberikan ruang terhadap negara
sekaligus penduduknya untuk ikut serta dalam memulai dan melaksanakan berbagai
pengaturan dan berkehidupan di masyarakat.
4
Indikator Untuk Mengukur Demokratis Di Suatu Negara
5
2. Demokrasi tidak langsung
Disebut juga dengan demokrasi perwakilan. Yang artinya, dalam pemecahan masalah rakyat
memercayakan wakil wakilnya untuk duduk dalm badan perwakilan rakyat ( parlemen ).
Contoh, misalnya pemilihan anggota DPR, DPD, dan DPRD dalam perkembanganya negara
di dunia lebih banyak menerapkan demokrasi tidak langsung dengan alasan sebagai berikut:
Semakin berkembangnya penduduk / rakyat, sehingga tidak mungkin dapat
mengumpulkan rakyat dalam satu waktu dan tempat sekaligus.
Urusan pemerintah/ negara semakin rumit dan kompleks, sehingga tidak setiap
rakyat tahu dan dapat memecahkan setiap persoalan tersebut.
1. Demokrasi sitem parlementer adalah sistem demokrasi yang berlaku dan diterapkan
dalam negara yang pemerintahannya menganut sistem parlementer. Pemerintahan
sistem parlementer meletakkan tanggung jawab pada kabinet (para menteri).
2. Demokrasi sistem presidensial adalah demokrasi yang berlaku dan diterapkan dalam
negara yang pemerintahannya menganut sistem presidensial. Pemerintahan sistem
presidensial meletakkan tanggung jawab pemerintahn negara kepada Presiden.
6
D. Berdasarkan titik perhatiannya
7
Pemerintah/Kabinet. Sementara Presiden hanya berkedudukan sebagai Kepala Negara
saja (Simbol Negara saja).
b. Demokrasi Terpimpin.
Kekuasaan Pemerintah/Presiden (Eksekutif) sangat kuat (dominan)
dibandingkan dengan kekuasaan DPR (Legislatif), bahkan Presiden dapat
membubarkan DPR serta mengangkat anggota-anggota DPR (GR).
Jabatan Presiden ditetapkan untuk masa seumur hidup, sehingga tidak bisa
diberhentikan oleh MPRS.
c. Demokrasi Pancasila (Orba)
Meskipun secara normatif konstitusional, ditetapkan :
1. Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) maupun Kepala
Negara lebih kuat dibandingkan kekuasaan DPR (Legislatif).
2. Kecuali dalam hal Anggaran Belanja Negara, maka kekuasaan Presiden dibidang
legislasi (pembentukan undang-undang) lebih kuat dibanding-kan kekuasaan DPR
(Legislatif).
Namun secara praktis Kekuasaan Pemerintah/Presiden (Eksekutif) sangat kuat (dominan)
dibandingkan dengan kekuasaan DPR (Legislatif), sebagai akibat adanya :
1. Campur tangan Pemerintah didalam kehidupan kepartaian.
2. Dominasi Pemerintah didalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota
Legislatif (termasuk menyeleksi calon-calon Legislatif dari partai peserta pemilu).
3. Kewenangan Presiden didalam pengangkatan anggota MPR dari unsur Utusan
Golongan yang jumlahnya cukup besar.
d. Demokrasi Reformasi..
1. Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) maupun Kepala
Negara jauh berkurang karena harus dibagi kepada DPR (Legislatif).
2. Kekuasaan Presiden dibidang legislasi (pembentukan undang-undang termasuk
UU-APBN) lebih lemah dibandingkan kekuasaan DPR (Legislatif). Bahkan
sebuah Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui oleh DPR dapat berlaku
meskipun tidak disetujui dan tidak diundangkan oleh Presiden/Pemerintah.
3. Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan (Eksekutif) menjadi semakin
berkurang dengan dilaksanakannya Otonomi Daerah.
3. Berkenaan dengan Mekanisme Pengambilan Keputusan
a. Demokrasi Terpimpin
Semua pengambilan keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPRS dan DPR-GR)
harus berdasarkan musyawarah mufakat (suara bulat).
(Ada Ketetapan MPRS yang khusus menetapkan hal ini).
b. Demokrasi Pancasila (Orba)
8
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) pertama-tama
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan jika musyawarah tidak berhasil
mencapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan voting dengan suara
terbanyak.
Namun didalam prakteknya pihak Pemerintah senantiasa mengupayakan agar
keputusan di DPR dan MPR diambil secara musyawarah (suara bulat) untuk membuat
kesan bahwa keputusan tersebut didukung oleh segenap rakyat.
c. Demokrasi Reformasi
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (MPR dan DPR) didalam prakteknya
langsung diambil berdasarkan voting dengan suara terbanyak.
d. Demokrasi Liberal
Semua keputusan di lembaga perwakilan rakyat (DPR) diambil berdasarkan voting
dengan suara terbanyak.
9
Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik
yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara.
Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya
Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan
ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan
turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan
model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan dengan
model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun,
tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari
jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang
tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto,
maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara
yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya
laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar
lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi
Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini dinamakan saja sebagai
Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada kesepakatan mengenai namanya) yang
telah dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-
tanda kemampuannya untuk mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq),
sekalipun lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil
Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan
umum langsung yang memenuhi persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan Demokrasi yang pernah
ada di Indonesiai ini. Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi menjadi beberapa
periodesasi
antara lain :
10
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer
11
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR
Jaminan HAM lemah
Terjadi sentralisasi kekuasaan
Terbatasnya peranan pers
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang menjadi
tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada
rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
Rekrutmen politik yang tertutup
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
Pengakuan HAM yang terbatas
Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
Terjadinya krisis politik
TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden.
12
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 Sekarang).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto
ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu
tahun 1999 dan tahun 2004.
Salah satu cirri Negara demokratis debawa rule of law adalah terselenggaranya kegiatan
pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan
kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih
pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umumbagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk
menyalurkan hak asasi politik rakyat. Prmilihan umum memiliki arti penting sebagai berikut:
1) Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislative
2) Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan
eksekutif untuk jangka tertentu
3) Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau mengawasi kekuatan
eksekutif.
Pada pemerintahan yang demokratis, pemilihan umum merupakan pesta demokrasi. Secara
umum tujuan pemilihan umum adalah
1) Melaksanakan kedaulatan rakyat
13
2 ) Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat
3) Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif serta memilih
Presiden dan wakil Presiden.
4) Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara aman, damai, dan tertib
5) Menjamin kesinambungan pembangunan nasional
Menurut Ramlan Surbakti, kegiatan pemilihan umum berkedudukan sabagai :
1) Mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternatif kebijakan umum
2) Makanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat ke lembagag-
lembaga perwakilan melalui wakil rakyat yang terpilih, sehingga integrasi masyarakat tetap
terjaga.
3)Sarana untuk memobilisasikan dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan
jalan ikut serta dalam proses politik.
Pemilu 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu
Republik Indonesia berusia 10 tahun. Dapat dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi
adanya demokrasi.
Secara lebih jelas Juan J. Linz dan Alfred Stepan merumuskan bahwa suatu transisi
demokrasi berhasil dilakukan suatu negara jika
(a) tercapai kesepakatan mengenai prosedur-prosedur politik untuk menghasilkan
pemerintahan yang dipilih
(b) jika suatu pemerintah memegang kekuasaannya atas dasar hasil pemilu yang bebas
(c) jika pemerintah hasil pemilu tersebut secara de facto memiliki otoritas untuk
menghasilkan kebijakan-kebijakan baru dan
(d) kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dihasilkan melalui demokrasi yang
baru itu secara de jure tidak berbagi kekuasaan dengan lembaga-lembaga lain.
Sementara itu dalam perspektif Larry Diamond, konsolidasi demokrasi mencakup pencapaian
tiga agenda besar, yakni :
(a) kinerja atau performance ekonomi dan politik dari rezim demokratis
(b) institusionalisasi politik (penguatan birokrasi, partai politik, parlemen, pemilu,
akuntabilitas horizontal, dan penegakan hukum)
(c) restrukturisasi hubungan sipil-militer yang menjamin adanya kontrol otoritas sipil atas
militer di satu pihak dan terbentuknya civil society yang otonom di lain pihak.
Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh muncuolnya organisasi
modern digantikan periode revolusi nasional. Revolusi yang menjadi alat tercapainya
14
kemerdekaan merupakan kisah sentral sejarah indonesia. Semua usaha untuk mencari
identitas (jati) diri, semangat persatuan guna menghadapi kekuasaamn kolonial, dan untuk
membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya membuahkan hasil dengan
diproklamasikannya kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa revolusi 1945 – 1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa indonesia,
misalnya perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan
kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang
menentangnya dan antara kekuatan islam dalam kekutan sekuler. Di awal revolusi tidak
satupun perbedaan di antara bangsa indonesia yang terpecahkan. Semua permasalahan itu
baru dapat diselesaikan setelah kelompok-kelompok kekuatan itu duduk satu meja untuk
memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa indonesia adalah kemerdekaan
bangsa indonesia. Pada akhirnya kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan
diplomasi bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.
Setelah indonesi merdeka, kini menghadapi prospek menentukan masa depannya sendiri.
Warisan yang ditinggalkan pemerintahan kolonial berupa kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan dan tradisi otoriter merupakan merupakan pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan para pemiipin nasional indonesia. Pada periode tahun 1950-an muncul kaum
nasionalis perkotaan dari partai sekuler dan partai-partai islam yang memegang kendali
pemerintahan. Ada sesuatu kesepakatan umum bahwa kedua kelompok inilah yang akan
menciptakan kehidupan sebuah negara demokrasi di indonesia.
Undang – Undang dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana baedan
eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta para menteri yang
mempunyai tanggung jawab politik. Setiap kabinet terbentuk berdasarkan koalisi pada satu
atau dua partai besardengan beberapa partai kecil. Koalisi ternyata kurang mantap dan partai-
partai koalisi kurang dewasa dalam menghadapi tanggung jawab mengenai permasalahan
pemerintahan. Di lain pihak, partai-partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagi
oposisi kontruktif yang menyusun program-program alternatif, tetapi hanya menonjolkan
segi-segi negatif dari tugas oposisi (Miriam Budiardjo, 70).
Pada umumnya kabinet dalam masa pra pemilu tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih
lama dari rata-rata delapan bulan dan hal ini menghambat perkembangan ekonomi dan politik
oleh karena pemerintah tidak mendapat kesempatan dalam untuk melaksanakan programnya.
Pemilu tahun 1955 tidak membawa stabilitas yang diharapkan, malah perpecahan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor tersebut
mendorong presiden soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan
berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa demokrasi berdasarkan sistem
parlementer berakhir.
Mengingat kondisi yang harus di hadapi pemerintah indonesia pada kurun waktu 1950-
1959, maka tidak mengherankan bahwa pelaksanaan demokrasi mengaklami kegagalan
karena dasar untuk dapat membangun demokrasi hampir tidak dapat ditemukan. Mereka yang
15
tahu politik hanya sekelompok kecil masyarakat perkotaan. Para politisi jakarta, meskipun
mencita-citakan sebuah negara demokrasi.
Kebanyakan adalah kaum elite yang menganggap diri mereka sebagai pengikut suatu
budaya kota yang istimewa. Mereka bersikap paternalistik terhadap orang-orang yang kurang
beruntung yakni masyarakat pedesaan. Tanggung jawab mereka terhadap struktur demokrasi
parlementer yang merakyat adalah sangat kecil. Banguan indah sebuah demokrasi
parlementer hampir tidak dapat berdiri dengan kokoh.
Di tengah-tengah krisis tahun 1957 dan pengalaman jatuh bangunnya pemerintahan,
mengakibatkan diambilmnya langkah-langkah menuju suatu pemerintahan yang oleh
Soekarno dinamakan Demokrasi Terpimpin. Ini merupakan suatu sistem yang didominasi
oleh kepribadian soekarno yang prakarsa untuk pelaksanaan demokrasi terpimpin diambil
bersama-sama dengan pimpinan ABRI (Hatta, 1966 : 7). Pada masa ini terdapat beberapa
penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945, misalnya partai-partai politik dikebiri dan
pemilu ditiadakan. Kekuatan-kekuatan politik yang ada berusha berpaling kepada pribadi
Soekarno untuk mendapatkan legitimasi, bimbingan atau perlindungan. Pada tahun 1960,
presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantikanya dengan
DPRGR, padahal dalam penjelasn UUD 1945 secara ekspilisit ditentukan bahwa presiden
tidak berwenang membubarkan DPR.
Melalui demokrasi terpimpin Soekarno berusaha menjaga keseimbangn politik yang
mherupakan kompromi antara kepentingan-kepentingan yang tidak dapat dirujukan kembali
dan memuaskan semua pihak. Meskipun Soekarno memiliki pandangan tentang m
asa depan bangsanya, tetapi ia tidak mampu merumuskan sehingga bisa diterima oleh
pimpinan nasional lainnya. Janji dari demokrasi terpimpin pada akhirnya tidak dapat
terealisasi. Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 telah mengakhiri periode demokrasi
terpimpin dan membuka peluang bagi dilaksanakannya demokrasi Pancasila.
Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan pemerintahan Orde
Baru bangkit sebagai reaksi atas pemerintahan Soekarno. Pada awal pemerintahan orde
hampir seluruh kekuatan demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan
melenyapkan rezim lama. Soeharto kemudian melakukan eksperimen dengan menerapkan
demokrasi Pancasila. Inti demokrasi pancasila adalah menegakkan kembali azas negara
hukum dirasakan oleh segenap warga negara, hak azasi manusia baik dalam aspek kolektif
maupun aspek perseorangan dijamin dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan
secara institusional. Dalam rangka mencapai hal tersebut, lembaga-lembaga dan tata kerja
orde baru dilepaskan dari ikatan-ikatan pribadi (Miriam, 74).
Sekitar 3 sampai 4 tahun setelah berdirinya Orde Baru menunjukkan gejala-gejala yang
menyimpang dari cita-citanya semula. Kekuatan – kekuatan sosial-politik yang bebas dan
benar-benar memperjuangkan demokrasi disingkirkan. Kekuatan politik dijinakkan sehingga
16
menjadi kekuatan yang tidak lagi mempunyai komitmen sebagai kontrol sosial. Kekuatan
sosial politik yang diikutsertakan dalam pemilu dibatasi. Mereka tidak lebih dari suatu
perhiasan dan mempunyai arti seremonial untuk dipertontonkan kepada dunia internasional
bahwa indonesia telah benar-benar berdemokrasi, padahal yang sebenarnya adalah kekuasaan
yang otoriter. Partai-partai politik dilarang berperan sebagai oposisi maupun kontrol sosial.
Bahakan secara resmi oposisi ditiadakan dengan adanya suatu “konsensus nasional”.
Pemerintahan Soeharto juga tidak memberikan check and balances sebagai prasyarat dari
sebuah negara demokrasi (sarbini Sunawinata, 1998 ;8).
Pada masa orde baru budaya feodalistik dan paternalistik tumbuh sangat subur. Kedua sikap
ini menganggap pemimpin paling tahu dan paling benar sedangkan rakyat hanya patuh
dengan sang pemimpin. Mental paternalistik mengakibatkan soeharto tidak boleh dikritik.
Para menteri selalu minta petunjuk dan pengarahan dari presiden. Siakp mental seperti ini
telah melahirkan stratifikasi sosial, pelapisan sosial dan pelapisan budaya yang pada akhirnya
memberikan berbagai fasilitas khusus, sedangkan rakyat lapisan bawah tidak mempunyai
peranan sama sekali. Berbagai tekanan yang diterima rakyat dan cita-cita mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang tidak pernah tercapai, mengakibatkan pemerintahan Orde
Baru mengalami krisis kepercayaan dan kahirnya mengalami keruntuhan.
Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat indonesia berjuang menumbangkan
rezim Soeharto. Pemerintahan soeharto digantikan pemerintahan transisi presiden Habibie
yang didukung sepenuhnya oleh TNI. Lembaga-lembaga di luar presiden dan TNI tidak
mempunyai arti apa-apa. Seluruh maslah negara dan bangsa indonesia menjadi tanggung
jawab presiden/TNI. Reformasi menuntut rakyat indonesia untuk mengoreksi pelaksanaan
demokrasi. Karena selama soeharto berkuasa jenis demokrasi yang dipraktekkan adalah
demokrasi semu. Orde Baru juga meninggalkan warisan berupa krisis nasional yang meliputi
krisis ekonomi, sosial dan politik.
Tugas utama pemerintahan Habibie ada dua, yakni pertama bekerja keras agar harga
sembilan pokok (sembako) terbeli oleh rakyat sambil memberantas KKN tanpa pandang bulu.
Kedua, adalah mengembalikan hak-hak rakyat guna memperoleh kembali hak-hak azasinya.
Agaknya pemerintahan “Orde Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi pelaksanaan
demokrasi yang selama inidikebiri oleh pemerintahan Orde baru. Pemerintahan habibie
menyuburkan kembali alam demokrasi di indonesia dengan jalan kebebasan pers (freedom of
press) dan kebebasab berbicara (freedom of speech). Keduanya dapat berfungsi sebagai check
and balances serta memberikan kritik supaya kekuasaan yang dijalankan tidak menyeleweng
terlalu jauh.
Membangun kembali indonesia yang demokratis dapat dilakukan melalui sistem
keparataian yang sehat dan pemilu yang transparan. Sistem pemilu multipartai dan UU politik
yang demokratis menunjukkan kesungguhan pemerintahan Habibie. Asalkan kebebasan
demokratis seperti kebebasan pers, kebebasab berbicara, dan kebebasan mimbar tetap
dijalankan maka munculnya pemerintahan yang KKN dapat dihindari.
17
Dalam perkembanganya Demokrasi di indonesia setelah rezim Habibie diteruskan oleh
Presiden Abdurahman wahid sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat
signifikan sekali dampaknya, dimana aspirasi-aspirasi rakyat dapat bebas diutarakan dan
dihsampaikan ke pemerintahan pusat. Hal ini terbukti dari setiap warga negara bebas
berpendapat dan kebebasan pers dalam mengawal pemerintahan yang terbuka sehingga
menghindarkan pemerintahan dari KKN mungkin dalam prakteknya masih ada praktik-
praktik KKN di kalangan pemerintahan, namun setidaknya rakyat tidak mudah dibohongi lagi
dan pembelajaran politik yang baik dari rakyat indonesia itu sendiri yang membangun
demokrasi menjadi lebih baik. Ada satu hal yang membuat indonesia dianggap negara
demokrasi oleh dunia Internasional walaupun negara ini masih jauh dikatakan lebih baik dari
negara maju lainnya adalah Pemilihan Langsung Presiden maupun Kepala Daerah yang
dilakukan secara langsung. Mungkin rakyat indonesia masih menunggu hasil dari demokrasi
yang yang membawa masyarakat adil dan makmur secara keseluruhan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kedepan dengan adanya globalisasi dan juga
perkembangan partai serya berbagai masalah intern dalam kepartaian berdampak pada
terganggunya masalah demokrasi tang ada di Indonesia. Di khawatirkan akan terjadi
pergeseran aturan main dalam demokrasi pancasila yang kini di jalankan oleh pemerintah.
Hal lain yang bertitik tolak dari tantangan ini adalah bagaimana terhadap demokrasi
yang ada di satu pihak , berasal dari ekonomi politik dunia yang ikut serta dalam pengelolaan
negara.
Jaringan hubungan yang merentang melintas batas-batas nasional dan di pihak lain
berasal dari perbedaan yang kadang-kadang muncul diantara pemerintahan yang berjalan.
Jika teroti demokrasi di Indonesia pada hal ini adalah demokrasi pancasila di laksanakan
dengan sebenarnya, bukan hal yang mustahil bahwa Indonesia memiliki peran besar dalam
pembentukan ideologi baru yang dapat menjadi ideologi dunia kedepan.
18
Pancasila yang mengedepankan hal tersebut diharapkan memiliki pandangan yang
real tentang keadaan dan kondisi dunia kini. Hal tersebut dapat membantu pemerintah dalam
mengusahakan perbaikan kondisi Indonesia dalam masa peralihan dan ketergoncangan saat
ini.
Namun lebih jauh,Indonesia memiliki prospek yang bagus dalam pemerintahan
kedepan. Karena pada dewasa ini, masyarakat memiliki pemikiran dan pemahaman kedepan
tentang demokrasi. Walau belum sepenuhnya mengerti dan melaksanakan dengan
sepenuhnya demokrasi di Indonesia cenderung mengalami perubahan dan perkembangan
yang pesat. Hal itu dapat menjadi acuan kedepan dan sebagai pedoman dalam berkehidupan
dan pemerintah dalam mengambil kebijakan.
Diantara banyak pihak demokrasi juga penting dalam kehidupan perpolitikan di
Indonesia. Hal ini akan menjadi penting karena Indonesia memiliki prospek yang baik.
Walaupun masih banyak kekurangan entah itu KKN maupun penyimpangan yang lain itu
bukan jadi soal.
Dengan Demokrasi pancasila yang kini diterapkan, hal itu menjadi salah satu
keuntungan tersendiri untuk Indonesia. Dengan banyak pembahasan dan kepentingan
Indonesia bukan hanya sebagai ladang berpolitik dan berinvestasi semata. Namun lebih jauh.,
Indonesia merupakan tempat pilihan untuk bersosialisasi dan memiliki banyak paham dan
penyampurnaan demokrasi itu sendiri. Dengan adanya paradigma dan pelaksanaan yang baik
dan bertujuan untuk kepentingan bersama bukan hanya golongan dan perseorangan.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
http://lanlanrisdiana.blogspot.co.id/2013/01/makalah-perkembangan-demokrasi.html
http://wirya12.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-demokrasi-di-indonesia.html
http://makalahmaster.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-dan-perkembangan-demokrasi.html
21