Anda di halaman 1dari 6

Implementasi Bhineka Tunggal Ika dalam Dunia Perkuliahan

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia. Semboyan ini tertulis
di dalam lambang negara Indonesia, Burung Garuda Pancasila. Pada kaki Burung Garuda
itulah terpampang dengan jelas tulisan Bhinneka Tunggal Ika. Secara konstitusional, hal
tersebut telah diatur dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berbunyi
“Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.
Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” diambil dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada
era kerajaan Majapahit dekat abad ke- 14. Istilah tersebut tercatat dalam bait 5 pupuh 139.
Kitab Sutasoma mengajarkan tentang toleransi kehidupan beragama. Salah satu
pembahasannya adalah penempatan agama Hindu dan agama Buddha yang hidup bersama
dengan rukun dan damai. Kedua agama itu hidup beriringan dibawah kekuasaan kerajaan
pada zaman pemerintahan raja Hayam Wuruk. Walaupun agama Hindu dan Buddha adalah 2
agama yang berbeda, tetapi hal tersebut tidak menimbulkan perpecahan, sebab kebenaran
ajaran Hindu dan Buddha berasal pada perihal “Satu”. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan
dalam kebenaran. Hal tersebut juga berlaku pada agama Hindu-Buddha. Kedua agama ini
memang berbeda, namun masih tergolong dalam satu jenis.
Mohammad Yamin adalah tokoh yang mengusulkan istilah “Bhinneka Tunggal Ika”
untuk dijadikan semboyan bangsa Indonesia. Faktanya, Mohammad Yamin tidak langsung
membaca semboyan tersebut dalam kitab sutasoma. Namun, Ia menemukan semboyan
tersebut dalam sebuah tulisan berjudul Verspreide Geschriften yang dikarang oleh seorang
orientalis ahli bahasa Belanda bernama Johan Hendrik Casper Kern. Mohammad Yamin
membaca karangan tersebut sekitar tujuh abad setelah kitab kakawin Sutasoma dibuat.
Kemudian, frasa tersebut dikenalkan oleh Mohammad Yamin dalam sidang BPUPKI yang
diselenggarakan pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Pada saat itu, Sidang Pertama BPUPKI tengah membahas dasar negara Indonesia,
sehingga Mohammad Yamin turut menyumbangkan usulan semboyan bangsa Indonesia,
yakni Bhinneka Tunggal Ika. Sebab, Mohammad Yamin mengusulkan Bhinneka Tunggal Ika
karena melihat sejarah bahwa semboyan itu dulunya berhasil menyatukan Nusantara di masa
Kerajaan Majapahit. Berbekal dari kondisi itu, Mohammad Yamin pun meyakini bahwa
istilah Bhinneka Tunggal Ika karya Mpu Tantular itu sangat cocok dan sesuai untuk
diimplementasikan ke dalam kehidupan bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia juga sangat
beraneka ragam, mulai dari suku, budaya, agama, ideologi, ras, dan etnik. Oleh sebab itu,
Mohammad Yamin berharap semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat menyatukan perbedaan
yang ada di Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh. Setelah itu, Soekarno ikut
mengusulkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ketika sedang merancang lambang negara
Indonesia, yaitu Burung Garuda Pancasila. Akhirnya, Bhinneka Tunggal Ika resmi menjadi
semboyan negara Indonesia yang dicantumkan bersamaan dengan Burung Garuda Pancasila
sebagai lambang negara.
Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” memuat dua konsep yang berbeda, bahkan kedua
konsep tersebut seolah-olah bersifat kontradiktif. Kedua konsep itu adalah “Bhinneka” dan
“Tunggal Ika”. Konsep “Bhinneka” mengakui adanya keanekaan atau keragaman, sedangkan
konsep “Tunggal Ika” menginginkan adanya kesatuan. Keanekaan dicirikan oleh adanya
perbedaan, sedangkan kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan. Jika kedua hal tersebut
dipahami dan dilaksanakan dengan tekanan yang berbeda (tidak seimbang), maka akan dapat
menimbulkan kondisi yang berbeda pula.
Apabila segi keanekaan yang menonjolkan unsur perbedaan itu ditampilkan secara
berlebihan, maka kemungkinan munculnya konflik tak terhindarkan. Sebaliknya, manakala
segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu ditampilkan secara berlebihan, maka tindakan
itu tergolong melanggar hukum perbedaan, karena perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah
yang tak terelakkan. Adanya dua konsep yang berbeda tersebut menunjukkan bahwa
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” mengandung problem metafisika, yaitu problem antara
perbedaan dan kesatuan, problem antara hal banyak dan hal satu. Berdasarkan problema
tersebut tampak bahwa untuk mencari makna “Bhinneka Tunggal Ika” diperlukan adanya
perenungan mendalam yang bersifat filosofis metafisis.
Bhineka Tunggal Ika memiliki makna “Berbeda-beda itu satu”. Artinya, bahwa di
dalam realitas kehidupan yang amat beragam, yang ditandai oleh perbedaan perbedaan
lahiriah, akan tetapi tetap mampu membangun suasana rukun untuk mewujudkan satu tujuan
hidup bersama dalam satu kesatuan bangsa dan satu kesatuan kesatuan wilayah Negara yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan di sini merupakan hasil konsesus atau
kesepakatan bersama dari segenap komponen bangsa Indonesia untuk mengatasi
kekhawatiran sebagai akibat sifat-sifat yang melekat pada keberagaman itu.
Negara Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan dalam hal seperti keyakinan
agama, bahasa, budaya, dan suku. Prinsip Bhineka Tunggal Ika memahami bahwa perbedaan
ini harus dihargai dan dihormati karena masing-masing kelompok tersebut memiliki ciri khas
dan keunikan sendiri. Lebih dari itu, prinsip Bhineka Tunggal Ika adalah dasar dari
kerukunan dan kebersamaan antara berbagai kelompok tersebut. Sebagai bangsa Indonesia
harus mampu memahami perbedaan antara satu sama lain, dan mempertahankan harmoni dan
saling menghargai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara umum, Bhineka Tunggal Ika memiliki beberapa nilai dalam kehidupan
manusia, Yang pertama adalah nilai keberagaman ras dan etnis. . Indonesia memiliki etnis
dan ras yang sangat beragam. Ini menjadi salah satu kekayaan bangsa. Tetapi, hal ini
terkadang juga menjadikan ancaman terhadap disentegrasi bangsa tersebut. Oleh karena itu,
penting halnya untuk mengedepankan nilai dalam Pancasila, UUD 1945, khususnya
semboyan bhinneka tunggal ika. Yang kedua adalah nilai toleransi. Sikap toleransi mengajak
untuk berpikir secara utuh dan rendah hati, yakni menyadari bahwa setiap pribadi hanyalah
bagian kecil dari kesemestaan alam atau dalam konteks kehidupan bermasyarakat, hanyalah
satu titik/bagian dari keutuhan. Namun dituntut untuk menjadi pelengkap dari kekurangan
yang ada
Yang ketiga adalah nilai keadilan. Nilai keadilan disini berkaitan dengan pemenuhan
hak, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pribadi atau orang lain. Sikap
adil sangat diperlukan karena, menjadi batasan antara hak dan kewajiban yang ditetapkan
secara jelas, tegas, proporsional dan tidak memihak. Hal ini sangatlah penting, hakikatnya
manusia satu dengan yang lain memiliki derajat yang sama, karena itu meskipun berbeda
suku, agama, budaya, dan adat istiadat harus tetap bersatu jua. Yang keempat adalah nilai
gotong royong dan kerukunan. Istilah gotomg royong sudah tidak asing lagi dikalangan
masyarakat Indonesia dan meenjadi salah satu ciri umum masyarakat Indonesia. Gotong
royong memiliki arti kegiatan yang dilakukan secara kerja sama dan bersifat suka rela yang
dilakukan agar suatu kegiatan yang direncanakan bisa berjalan dengan lancer, cepat, mudah,
dan ringan. Gotong royong merupakan kegiatan fisik, maka munculah manfaat seperti
menjalin silaturrahmi yang menimbulkan persaudaraan semakin erat. Selain itu, mereka akan
sadar bahwa dirinya membutuhkan bantuan dari orang lain.
Yang kelima adalah nilai kesadaran budaya multikultural. Kesadaran budaya
multicultural sangat diperlukan karena menghasilkan penerimaan terhadap budaya lain dari
setiap suku bangsa di Indonesia, dan juga melestarikan budaya yang ada disana serta
menghormati antar budaya satu dengan yang lainnya, karena itu semua merupakan anugerah
dari Tuhan. Yang keenam adalah nilai membangun sikap sensitivitas gender. Perbedaan jenis
kelamin sering menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Jenis kelamin tertentu
dianggap lebih superior dibandingkan dengan jenis kelamin yang lain sehingga sering
memberikan dampak berupa gesekan sosial antara satu dengan yang lain dalam masyarakat.
Membangun sikap sensitivitas gender sangat diperlukan sehubungan dengan konsep
perbedaan satu dengan yang lain dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Mampu menghargai
dan menempatkan jenis kelamin dengan persamaan hak dan kewajiban menimbulkan sikap
saling menghargai antara satu dengan yang lain baik dalam status keluarga maupun di tengah-
tengah kehidupan masyarakat dalam kemajemukan sosial di Indonesia.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika harus diterapkan dalam hal apapun termasuk dalam
dunia perkuliahan. Pengertian dari dunia perkuliahan adalah suatu lingkup atau lingkungan
yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan akademik di kampus atau universitas. Dunia
perkuliahan ini melibatkan mahasiswa, dosen dan berbagai pihak yang terlibat dalam
kegiatan akademik di kampus. Pada umumnya, dunia perkuliahan memiliki beberapa hal
pokok atau hal penting yang harus ada. Beberapa hal tersebut adalah struktur akademi,
kegiatan akademik, sumber daya, organisasi dan komunitas, lingkungan belajar dan peluang
karir. Melalui dunia perkuliahan ini, negara Indonesia dapat mencetak generasi penerus
bangsa yang berkualitas.
Dalam dunia perkuliahan juga terdapat beberapa sivitas akademika, salah satunya
mahasiswa. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi atau universitas dan berusaha untuk mencapai gelar sarjana atau lebih tinggi dalam
bidang akademik yang dipilih. Mahasiswa terdiri dari berbagai macam latar belakang dan
usia, mulai dari lulusan SMA yang baru saja lulus hingga orang dewasa yang kembali ke
sekolah untuk mengubah karir mereka. Mahasiswa memainkan peran penting dalam
masyarakat karena mereka adalah agen perubahan dalam memperbaiki kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan politik. Mereka belajar mengenai berbagai macam teori, konsep, dan
teknologi dalam bidang akademik dan memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa juga memiliki kemampuan belajar mandiri, berpikir kritis dan inovatif,
serta mampu mengorganisasi diri dan bekerja sama dalam tim. Selain itu, sebagai mahasiswa,
mereka juga diharapkan untuk memiliki integritas yang tinggi dan berperilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari. Tantangan berat yang dihadapi oleh mahasiswa adalah persaingan
dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi, kehilangan motivasi, tekanan dari keluarga
dan teman, serta masalah keuangan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, mahasiswa harus
mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan ekonomi yang diperlukan. Salah satu
tantangan lain mahasiswa adalah pergaulan sosial.
Pada fase kehidupan perkuliahan, banyak orang yang merantau untuk menimba ilmu
di luar kota kelahirannya. Sebab itulah, banyak perbedaan latar belakang dan kebiasaan antar
mahasiswa yang dapat menimbulkan rusaknya keharmonisan. Hal tersebut dapat berakibat
fatal terhadap seorang mahasiswa karena dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan.
Ditambah kontrol emosi yang masih labil, akan lebih berakibat fatal. Jawaban dari persoalan
tersebut terdapat pada semboyan Indonesia yakni ‘Bhineka Tunggal Ika’.
Semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ dengan dunia perkuliahan adalah dua hal yang
saling berhubungan, terutama untuk mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan
agama, ras, suku menjadi makanan sehari-hari para mahasiswa dalam dunia perkuliahan.
Menghadapi perbedaan yang ada bagi mahasiswa adalah suatu hal yang lumrah. Hanya
bagaimana cara mahasiswa tersebut menyikapi hal tersebut. Jika seorang mahasiswa
memiliki pemikiran yang dewasa, maka prinsip semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ akan selalu
dipegang teguh olehnya. Namun jika seorang mahasiswa memiliki pemikiran yang labil,
maka akan terjadi sebaliknya. Terdapat beberapa contoh implementasi Bhineka Tunggal Ika
bagi mahasiswa dalam dunia perkuliahan. Seperti contoh menghargai perbedaan agama, suku,
dan budaya - menjalin hubungan baik dengan sesama mahasiswa - berpartisipasi dalam
kegiatan yang menunjukkan keberagaman - menjaga lingkungan kampus yang kondusif bagi
semua mahasiswa dan masih banyak lagi.
Contoh yang pertama, menghargai perbedaan agama, suku, dan budaya, dijelaskan
bahwa mahasiswa dapat menunjukkan penghargaan terhadap perbedaan agama, suku, dan
budaya dengan tidak melakukan tindakan diskriminatif terhadap orang lain yang berbeda
dengan dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak memaksa orang lain untuk mengikuti
kepercayaan atau adat istiadat yang sama dengan dirinya. Contoh yang kedua, menjalin
hubungan baik dengan sesama mahasiswa, dapat dirinci bahwa mahasiswa dapat menjalin
hubungan baik dengan sesama mahasiswa dari berbagai latar belakang dengan cara
menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Hal tersebut dapat membantu dalam
membangun hubungan kekeluargaan dan solidaritas di antara mahasiswa.
Contoh yang ketiga, berpartisipasi dalam kegiatan yang menunjukkan keberagaman,
dapat diketahui bahwa mahasiswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang menunjukkan
keberagaman, seperti festival budaya, pertunjukan seni, acara seminar tentang agama, dan
lain sebagainya. Dengan cara tersebut, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih
luas dan mendalam tentang keberagaman dan keanekaragaman Indonesia. Contoh yang
keempat, menjaga lingkungan kampus yang kondusif bagi semua mahasiswa dan masih
banyak lagi, dapat dimengerti bahwa mahasiswa dapat menjaga lingkungan kampus yang
kondusif bagi semua mahasiswa dengan cara menghindari tindakan yang dapat menimbulkan
konflik dan diskriminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga etika dan sopan santun
dalam pergaulan sehari-hari serta menghindari tindakan yang dapat merugikan orang lain.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa adalah masa depan
bangsa. Mahasiswa adalah agen perubahan di masa depan dan memiliki peran yang penting
dalam kemajuan bangsa. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa contoh bagaimana
pengaruh mahasiswa terhadap kemajuan bangsa seperti menegakkan demokrasi, memajukan
pendidikan, mengembangkan kewirausahaan dan masih banyak lagi.
Adapun contoh yang pertama bisa dibuktikan dengan kepemimpinan dalam
demonstrasi dan unjuk rasa untuk membela hak-hak rakyat serta menuntut perbaikan sistem
pemerintahan yang lebih transparan. Contoh yang kedua bisa dilihat dari banyaknya
mahasiswa yang terlibat dalam program mentoring atau pengajaran sukarela. Tujuannya
adalah membantu meningkatkan literasi dan kemampuan akademik anak-anak di daerah
terpencil. Kemudian contoh yang ketiga dapat dicermati peran mahasiswa dalam
mengembangkan ide-ide baru dan inovatif, memulai bisnis yang menghasilkan lapangan
kerja, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi daerah.
Melihat betapa besarnya peran mahasiswa untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa
depan, maka prinsip Bhineka Tunggal Ika harus dipegang teguh oleh mahasiswa. Pada
hakikatnya, semboyan Bhineka Tunggal Ika sendiri memiliki pengaruh yang besar dan positif
terhadap mahasiswa. Konsep keberagaman yang terkandung dalam semboyan ini
mengajarkan mahasiswa untuk menghargai perbedaan dan mempertahankan persatuan dalam
keberagaman. Hal ini dapat memperkaya pemahaman dan pengalaman mahasiswa, membuka
kesempatan untuk belajar dari berbagai budaya dan pandangan dunia, serta memperkuat
toleransi dan kerjasama antar sesama dalam kehidupan sosial dan akademis.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi Bhineka
Tunggal Ika untuk generasi muda sangatlah penting, khususnya dalam dunia perkuliahan.
Karena pembahasan meliputi generasi muda, maka sivitas akademika yang dimaksud dalam
konteks ini adalah mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa harus mengaplikasikan nilai-
nilai Bhineka Tunggal Ika. Dengan melaksanakan implementasi Bhineka Tunggal Ika,
mahasiswa dapat membangun rasa toleransi dan kebersamaan yang kuat serta memberikan
kontribusi positif dalam membentuk citra positif bangsa di mata dunia. Selain itu, dapat
menjadi contoh untuk generasi-generasi muda selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai