Anda di halaman 1dari 6

Nama : Estevanya Angelica Linting

NIM : G051 22 1088

“IDENTITAS DAN INTEGRASI NASIONAL”

A. Persatuan Bangsa "BHINEKA TUNGGAL IKA"


Secara harfiah Kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno.
Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetap satu jua. Bhinneka Tunggal Ika
menjadi semboyan bangsa Indonesia dan tertulis di dalam lambang Garuda Pancasila.
Secara etimologi kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno
yang jika dipisah menjadi Bhinneka memiliki makna ragam atau beraneka, Tunggal
adalah satu, dan Ika adalah itu. Sehingga arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-
beda tetap satu jua. Maknanya, dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia mengakui
realitas bangsa yang majemuk (suku, bahasa, agama, ras, golongan dll) namun tetap
menjunjung tinggi persatuan.
Pada awalnya, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menunjukan
semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Istilah
“Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa
kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut ter- cantum dalam bait 5 pupuh
139. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
(Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal).
Melalui semboyan ini, Indonesia kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Bhinneka Tunggal Ika sendiri diteliti pertama kali oleh Prof. H. Kern
(1888). Semboyan ini sendiri pada mulanya tertera dalam lontar yang tersimpan di
Perpustakaan Kota Leiden (Purusadasanta atau Sutasoma). Sejarah semboyan Bhinneka
Tunggal Ika menempuh proses evolusi dan kristalisasi mulai sebelum kemerdekaan,
pergerakan nasional 1928 sampai berdirinya negara Republik Indonesia pada tahun
1945.
Adapun Prinsip-prinsip Bhineka tunggal ika yaitu sebagai berikut.
1. Common Denominator
Terdapat 5 agama di Indonesia, namun sesuai dengan prinsip pertama Bhinneka
Tunggal Ika perbedaan dalam hal keagamaan haruslah dicari common denominatornya,
atau dengan kata lain menemukan persamaan dalam perbedaan sehingga semua rakyat
Indonesia dapat hidup rukun berdampingan. Demikian juga dengan berbagai aspek lain
dengan segala perbedaannya di Indonesia, seperti adat dan kebudayaan di setiap daerah.
Semua keberagaman adat dan budaya tersebut tetap diakui keabsahannya dengan segala
perbedaan yang ada tetap Bersatu dalam Negara kesatuan republik Indonesia.
2. Tidak Sektarian dan Enklusif
Tidak Sektarian dan Eksklusif maksudnya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara setiap rakyat Indonesia tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa diri atau
kelompoknya sebagai yang paling benar dibanding orang atau kelompok lain.
Pandangan-pandangan sektarian dan eksklusif harus dihilangkan, karena ketika sifat
sektarian dan eksklusif sudah terbentuk, maka akan ada banyak konflik yang terjadi
dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebih-lebihan serta kurang
memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain.
3. Tidak Formalistis
Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dilandasi oleh
adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya mempercayai,
dan saling rukun antar sesama. Dengan cara tersebutlah keanekaragaman kemudian
dapat disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan.
4. Bersifat Konvergen
Bersifat Konvergen maksudnya segala keanekaragaman bukan untuk dibesar-
besarkan, tetapi harus dicari titik temu yang dapat membuat segala kepentingan bertemu
di tengah. Hal ini dapat dicapai jika terdapat sikap toleran, saling percaya, rukun, non
sektarian, dan inklusif di antara masyarakat.
5. Prinsip Pluralistik dan Multikultural
Bhinneka Tunggal Ika mengandung nilai antara lain: toleransi, inklusif, damai dan
kebersamaan, serta setara. Nilai-nilai tersebut tidak menghendaki sifat yang tertutup
atau eksklusif sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya
bangsa dan menghadapi arus globalisasi. Saling menghormati antar agama, suku
bangsa, menghargai hasil karya orang lain, bergotong royong membangun bangsa tanpa
memandang perbedaan suku, budaya dan agama, tidak saling membedakan bahkan
mencaci karena hal ini dapat menimbulkan konflik serta menjadi sumber awal pemecah
persatuan dan kesatuan bangsa.
6. Semangat Gotong-Royong
Semangat gotong-royong tidak melulu tentang bahu-membahu membersihkan
lingkungan, atau menjaga keamanan lingkungan sekitar rumahmu. Tapi juga pada
semangat gotong-royong dalam melawan hoax atau berita bohong yang kini tersebar
dimana-mana atas nama clickbait. Biasakan untuk memverifikasi data atau berita yang
diterima dan ingin disebarkan. Karena jejak digital sangat sulit untuk dihilangkan,
pasalanya, setiap harinya, ada ribuah hoax yang menyebar dan siap merusak generasi
dan keBhinnekaan negara ini.
Dalam menguatkan sifat gotong royong yang kita miliki dan jiwa kebangsaan,
demokrasi, huku, serta multikultural dalam mendukung terwujudnya warga negara yang
sadar akan hak dan kewajibannya, buku Meneguhkan Jiwa Dan Semangat Nasionalisme
merupakan referensi yang tepat untuk Grameds.
Berikut ini beberapa Fakta Mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kamu
ketahui:
1. Bersumber dari Lontar Sutasoma
Istilah Bhinneka Tunggal Ika diambil dari Lontar Sutasoma karya Mpu Tantular
seorang pujangga yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit dan masih kerabat kerajaan
pada masa pemerintahan Raja Rajasanegara. Istilah Bhinneka Tunggal ika sendiri
diambil dari salah satu penggalan kakimpoi alias Syair Sutasoma. Berikut bunyinya
dalam Bahasa Sansekerta, dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma
mangrwa. Artinya: Buddha dan Siwa sebagai dua zat yang berbeda namun
bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa yang tunggal
Berpecah belah lah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
2. Bukan Ciptaan Bung Karno
Dalam buku karangan Mohammad Hatta yang berjudul Bung Hatta Menjawab,
dituliskan bahwa Bung Karno Lah yang menciptakan istilah “Bhinneka Tunggal Ika”,
maksudnya bukan Bung Karno yang menciptakan, namun ialah yang mengusulkan
ditambahkannya frasa tersebut ke dalam pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda.
Burung garuda sendiri tadinya didesain mencengkeram bendera merah putih namun
kemudian diganti dengan pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika yang digunakan
sebagai semboyan negara maknanya mempersatukan keberagaman.
3. Tersimpan di Perpustakaan Leiden
Dengan eratnya kaitan antara Nusantara dan Belanda. Transkrip Sutasoma
kemudian menjadi salah satu arsip yang tersimpan di Perpustakaan Leiden, dengan bait
yang mengandung istilah Bhinneka Tunggal Ika tersebut berada pada lembar ke 120
lontar Sutasoma.
4. Bukan Hanya tentang Persatuan Suku
Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya tentang perbedaan suku budaya yang harus
disatukan, tetapi juga perbedaan pemikiran. Menurut Sultan Hamid, Soekarno
menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan pemikiran federalis dan
kesatuan di Republik Indonesia Serikat (nama Indonesia pada saat itu).
Bhinneka Tunggal Ika dan Nasionalisme
Teknologi komunikasi kini telah mengubah perang konvensional menjadi
perang modern yang menggunakan media massa, internet ataupun teknologi sebagai
media peperangan tersebut. Sasarannya tentu saja ada pada ketahanan ekonomi,
pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, dan politik. Dalam rangka
membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi serta
beragam upaya yang dilakukan untuk memecah bangsa, maka masyarakat Indonesia
harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah
dari perjalanan panjang sejarah, berisi pandangan hidup, karakter, dan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia, termasuk Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam Pancasila adalah semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban,
pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri,
kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.
Berikut ini beberapa diantaranya unsur-unsur yang membentuk nasionalisme:
1. Kesatuan Sejarah
Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak
zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian datang penjajah, tercetus
Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.

2. Kesatuan Nasib
Bangsa Indonesia terbentuk karena kesamaan nasibnya yaitu merasakan
penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad lamanya hingga kemudian
memperjuangkan kemerdekaaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan
kegembiraan dalam bentuk kemerdekaan.
3. Kesatuan Wilayah
Bangsa Indonesia hidup di wilayah Indonesia, tersebar masyarakatnya dari sabang
sampai ke merauke. Kesatuan asas kerohanian bangsa sendiri sebagai salah satu cita-
cita, filsafat dan pandangan hidup yang berakar pada pandangan hidup Pancasila.
4. Kesatuan Kebudayaan
Walau bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan mulai dari rumah
adat pakaian adat, acara adat, Bahasa dan keanekaragaman lainnya namun
keseluruhannya merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional kesatuan
republik Indonesia.
Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari.
1. Menjunjung tinggi persatuan
Sesuai dengan sila ke-3 Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”, maka penerapan
Bhinneka Tunggal Ika harus terwujud dalam persatuan Indonesia di antara semua
golongan masyarakat, apa pun suku, agama, ras, serta kepentingannya.
2. Mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi/golongan
Dengan mendahulukan kepentingan bersama dalam segala hal, maka akan
tercapai kesatuan pendapat dan pendirian atas terjadinya perbedaan yang timbul dari
sudut pandang pribadi dan golongan itu sendiri.
3. Menghormati dan menegakkan sikap dan perilaku toleransi
Sekali pun tidak harus ikut merayakan hari besar keagamaan yang lain, yang
merupakan hari libur nasional, tetapi pemeluk agama lain tidak boleh mengganggu
mereka yang merayakan hari raya agamanya.
4. Menerima kemajemukan (pluralisme)
Indonesia merupakan negara yang memiliki sekitar 1340 suku bangsa (Data BPS
tahun 2012). Setiap masyarakat Indonesia yang menempati wilayah Indonesia wajib
menghormati suku, agama, budaya lain yang memiliki kepentingan berbeda-beda.

5. Melaksanakan musyawarah untuk mufakat


Indonesia merupakan negara demokrasi yang berarti menjunjung tinggi dan
mengharuskan terlaksananya musyawarah untuk mencapai mufakat. Hal ini sesuai
dengan bunyi sila ke-4 Pancasila, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.”
B. Masalah "Bhineka tunggal ika"
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sudah kita ketahui pula bahwa
negara kita memiliki berbagai macam suku, budaya, ras, kesenian, bahasa, agama, dan
adat istiadat yang menjadi aset kebudayaan nasional. Berbagai keberagaman unsur
budaya tersebut tercantum dalam semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal
Ika. Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki arti bahwa meskipun kita berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Tulisan semboyan ini terpampang jelas di bawah lambang negara
kita burung Garuda. Dalam lambang Garuda, Bhineka Tunggal Ika berada dalam
balutan pita yang dicengkram kaki burung Garuda.
Bhineka Tunggal Ika juga menggambarkan adanya kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia. Sejatinya Bhineka Tunggal Ika merupakan ideologi bangsa Indonesia yang
hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia saja. Sebuah ideologi yang harusnya
meningkatkan kecintaan masyarakat kepada bangsa Indonesia karena dengan semboyan
itulah yang membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Namun sejak saat
ini makna Bhineka Tunggal ika kian memudar. Hal itu dikuatkan dengan perlakuan
yang menunjukkan bahwa Bhineka Tunggal Ika hanya sebatas wacana dan tidak
dipratekkan

Anda mungkin juga menyukai