Anda di halaman 1dari 2

Jangan Lihat dari Belakang, Lihatlah dari Depan

Siang itu Viktor dan Budi duduk di sebuah taman. Tak selang beberapa lama
lewatlah seorang berpakaian wanita dengan rambut panjang dan sepatu yang
tinggi. Sontak keduanya melihat ke arah wanita tersebut. Dan tentu saja keduanya
memiliki keniatan untuk mengikuti wanita tersebut.

Karena penasaran, keduanya pun mengikuti ke mana wanita tersebut itu berjalan.
Ternyata ia berhenti pada sebuah cafe. Keduanya pun mengikutinya hingga masuk
ke dalam. Namun sayangnya tak menemukan wanita yang diikutinya.
Mereka pun mencari hingga ke lantai dua dalam cafe tersebut,  ternyata memang
benar wanita yang diikutinya tersebut ada di lantai dua.
Namun sayangnya keduanya tak memiliki keberanian untuk menegur sang wanita.
Sehingga mereka hanya mampu mendengarnya dari belakang. Hingga sangat lama,
karena asa penasaran yang begitu besar, maka Viktor pun memiliki keberanian
untuk menyapa sang wanita.

Dari belakang, Viktor pun menepuk pundak snag wanita sambil mengatakan “Hai”.
Sang wanita pun menoleh ke arah Viktor. Sontak Viktor pun kaget dengan wajah
yang aman sangat menyesal dan malu. Sebab wanita yang diikuti bersama Budi
bukanlah wanita, namun pria yang menyamar sebagai wanita.

Suatu hari Ali dan Indra sedang berbincang-bincang di pinggir lapangan saat
istirahat sedang berlangsung. Ali dan Indra berada di satu kelas yang sama yaitu
kelas 12. Sudah satu minggu teman mereka Andi tidak kunjung masuk.

Kabarnya Andi sedang sakit dan dirawat. Indra yang merupakan tetangga sebelah
rumah Andi pun sering ditanyakan bagaimana kabar Andi. Ali pun ikut menanyakan
pada Indra,

“Ndra, keadaan Andi bagaimana? Sudah kembali dari rumah sakit belum?” Indra
yang sudah sering mendapatkan pertanyaan ini pun menjawab dengan nada lemas
dan malas.

“Indra sudah meninggal, Li” kira-kira seperti itulah bunyi jawaban yang didengar
oleh Ali.

Karena suara di pinggir lapangan terlalu kencang ternyata Ali salah mendengar.

“Apa Andi sudah meninggal Ndra?”

Lalu Indra menjawab dengan suara yang lebih kencang, “Sembarang kamu Ali.
Maksud aku Andi sudah mendingan bukan meninggal.”
“Oh.” Jawab Ali sambil tertawa karena terkejut setelah salah mendengar kabar
kondisi Andi.

Anda mungkin juga menyukai