Malam itu hujan sangatlah deras, suara air-air yang mengenai atap
rumah Ardi pun menjadi satu-satunya suara yang terdengar malam
itu. Ardi yang tidak bisa tidur malam itu memutuskan untuk mencari
makanan di dapur. Ardi membuka pintu kamarnya dan terlihat
sekeliling rumahnya sudah gelap, yang menandakan bahwa semua
orang di rumah sudah tidur. Ardi berjalan menuju dapur dengan
berusaha tidak membuat kebisingan.
Seketika pandangan Ardi gelap, tak lama setelah itu dia bisa
mendengar suara perempuan yang terus menerus memanggil
namanya. Ardi perlahan mulai membuka matanya, ternyata suara
perempuan itu adalah adik dari Ardi yaitu Sinta.
Ardi Ikhsani Satria dan Sinta Fajar Saputri, adalah saudara kandung.
Jarak umur mereka hanya 1 tahun, mereka berdua lahir pada tahun
2005 dan 2006. Mereka berdua tinggal di suatu kota bersama orang
tua mereka, tetapi setiap weekend mereka akan selalu mengunjungi
kakek dan nenek mereka di desa terpencil di Jawa Timur.
Sedari kecil mereka berdua selalu disekolahkan di sekolah yang
sama, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA ini. Tahun ini 2018,
Ardi menjadi murid SMA kelas 12 dan Sinta menjadi murid SMA
kelas 11.
Ardi dan Sinta memiliki sifat yang sangat berbeda. Ardi adalah anak
penurut, baik, serta selalu mengalah kepada adiknya. Berbeda
dengan Sinta, ia adalah anak yang keras kepala, selalu
membangkang, dan sangat nakal. Namun mereka berdua tidak
pernah sama sekali berkelahi, mereka diajarkan untuk saling
melindungi satu sama lain. Ada beberapa hal yang masih menjadi
misteri di kepala mereka. Orang tua mereka selalu melakukan ritual
aneh setiap hari kelahiran weton mereka. Sebeneranya mereka tidak
masalah dengan ritual itu, namun setiap mereka ingin menanyakan
hal tersebut orang tua mereka selalu berkata "belum waktunya
kalian tahu, suatu saat kalian akan mengerti" ucap sang Ayah.
"Woyy! ngelamun mulu. mikirin apa sii??" tanya Jaka, Ardi yang
melihat itu hanya merespon pertanyaan Jaka dengan dingin,
"gapapa" ucapnya.
"Jangan nipu penipu deh, aku juga pernah bohong kali" sahut Jaka.
"Yaudah ntar aja di kelas" jawab Ardi dengan nada sedikit kesal
karena merasa dipaksa bercerita.
Ardi mulai putus asa, tapi Ardi masih berusaha mencari jalan keluar.
Kali ini Ardi mencoba menghampiri gedung kantor ruang guru yang
berada di bagian utara sekolah. Ardi mencoba membuka pintu itu
dan betapa terkejutnya Ardi melihat banyak sekali darah berceceran
di lantai. Lalu mata Ardi melihat ada sesosok perempuan berpakaian
kebaya merah dengan sanggul, lengkap dengan tusuk konde.
Perempuan itu terlihat seperti Putri Kerajaan Jawa yang pernah dia
lihat di ponselnya. Tiba-tiba saja perempuan itu mendekat
menghampiri Ardi dan menatap Ardi begitu tajam hingga membuat
Ardi tidak dapat bergerak. Perempuan itu hanya tersenyum sembari
menutup mata Ardi. Ardi yang tidak bergerak pun hanya bisa
terdiam dan pasrah entah apa yang akan di lakukan perempuan itu
terhadapnya. Namun sesaat ditutup matanya Ardi melihat bahwa
dirinya telah berpindah tempat ke suatu tempat dengan ada 2 pintu
di hadapannya.
Ardi yang melihat hal tersebut sungguh dibuat terkejut, Ardi yang
melihat kedua pintu tersebut dibuat kebingungan. Ardi merasa
bahwa dirinya harus memilih di antara kedua pintu itu dengan tujuan
agar bisa kembali ke dunia nyata. Setelah berfikir panjang Akhirnya
Ardi memilih pintu sebelah kanan. Sesaat setelah membuka pintu
Ardi melihat bahwa dia seperti memasuki kamar seseorang. Ardi
mencoba melihat sekeliling, tiba tiba saja pintu di belakangnya
tertutup sendiri dan terkunci.
Tiba tiba saja Ardi merasakan kepalanya yang sakit dan pusing,
Ardi seketika pingsan dan tak sadarkan diri. Dengan lirih Ardi
mendengar suara Jaka yang memanggil nama Ardi berkali-kali. Ardi
terbangun dan mendapati dirinya berada disuatu alam dimana hanya
ada dia seorang.
Ardi melihat ada cahaya yang menyala di depan matanya dan Ardi
dapat mendengar suara Jaka dari arah cahaya tersebut. Ardi yang
sudah tersadar mencoba mendekati cahaya tersebut. Namun Ardi
lagi lagi mendengar suara gamelan kejawen yang membuat Ardi
seketika menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara itu.
Ayah Ardi yang dari tadi diam tiba-tiba mengatakan sesuatu yang
membuat Ardi terkejut. "Ardi Ayah tau Ayah salah karena tidak
segera memberitahumu tentang ini, Ayah hanya menunggu waktu
yang tepat untuk memberitahumu. Sebenarnya yang kamu alami
Ardi, itu adalah proses penitisan yang dimana kamu harus
mengalahkan nenek moyang kita untuk membuktikan bahwa kamu
layak menjadi penitis kekuatan ilmu putih yang dimiliki nenek
moyang kita, Perempuan berkebaya merah yang kamu lihat
sebenarnya adalah nenek moyang kita. Perempuan itu telah
menghampiri Ayah malam sebelum kejadian ini, Ayah sudah tau ini
akan terjadi. Untungnya kamu berhasil mewarisi dan menjadi penitis
kekuatan nenek moyangmu, namun kamu harus lebih berhati-hati
karena banyak orang-orang dengan ilmu hitam yang ingin
mengambil kekuatan yang kamu miliki sekarang" ucap Ayah Ardi.
Ardi yang melihat Wanita setengah ular tersebut tau siapa wanita
setengah ular itu. Ardi hanya tersenyum dan berkata "Sudah
waktunya aku berhadapan denganmu" ucap Ardi yang ternyata tau
musuhnya selanjutnya yang harus dihadapinya adalah Nyi Blorong.