Anda di halaman 1dari 8

Sang Titisan

Oleh Genta Ramadhavindo Susanto (Horor)

Malam itu hujan sangatlah deras, suara air-air yang mengenai atap
rumah Ardi pun menjadi satu-satunya suara yang terdengar malam
itu. Ardi yang tidak bisa tidur malam itu memutuskan untuk mencari
makanan di dapur. Ardi membuka pintu kamarnya dan terlihat
sekeliling rumahnya sudah gelap, yang menandakan bahwa semua
orang di rumah sudah tidur. Ardi berjalan menuju dapur dengan
berusaha tidak membuat kebisingan.

Sesampainya di dapur Ardi segera mengambil lauk dan pauk untuk


dirinya sendiri, dan tanpa pikir panjang Ardi segera kembali menuju
kamarnya. Saat Ardi berjalan menyusuri lorong rumahnya Ardi
merasakan hawa dingin yang membuat seluruh badannya merinding
sejadi jadinya. Ardi tahu bahwa ada “sesuatu” yang berada di
sekitarnya. Sebenarnya Ardi sudah sering mengalami hal-hal gaib
seperti ini, namun Ardi bukanlah tipe orang yang penakut.

Ardi yang merasakan merinding saat itu berpura-pura tidak


merasakan apapun. Tiba-tiba saja Ardi seperti tersandung sesuatu
yang sangat keras, yang membuat piring Ardi terlempar dan pecah.
Ardi yang terjatuh berusaha bangkit kembali untuk melihat benda
apa yang membuatnya tersandung hingga terjatuh. Karena gelapnya
rumah saat itu, Ardi tidak bisa melihat apapun. Ardi segera meraba
meja di sebelahnya untuk mencari senter untuk menerangi
pandangannya. Setelah beberapa saat mencari dan mencari akhirnya
menemukan senter tua dengan bola lampu berwarna oranye
kekuning-kuningan.

Ardi mencoba menyalakan senter dan mengarahkan senter itu


kearah lantai untuk mencari benda yang membuatnya tersandung.
Betapa terkejutnya Ardi saat mengarahkan senternya ke benda
tersebut, karena ternyata benda yang membuatnya tersandung
bukanlah suatu benda seperti yang ia pikirkan. Melainkan sepasang
kaki yang tidak memiliki tubuh, sepasang kaki itu tergeletak dengan
penuh darah di setiap ujung kakinya. Ardi yang melihat kejadian itu
sempat terkejut dan terdiam kaku karena dirinya yang masih shock
melihat hal yang baru saja dilihatnya

Ardi dengan cepat mengalihkan pandangannya dan berlari menuju


kamarnya. Ardi mencoba menenangkan dirinya yang masih shock
dengan apa yang terjadi barusan. Sesaat setelah Ardi sudah kembali
tenang, Ia menaiki ranjangnya untuk mencoba tidur dan berharap dia
segera melupakan kejadian sebelumnya.

Namun Ardi salah, saat Ardi mencoba memejamkan matanya tiba-


tiba saja Ardi tidak dapat menggerakan seluruh tubuhnya, dia
merasakan ada sesuatu yang mengikat dirinya yang membuatnya
tidak bisa bergerak. Ardi melihat ada seorang wanita dengan
pakaian putih panjang dan lusuh, Ardi mengetahui bahwa sosok
yang dilihatnya adalah Kuntilanak.

Seketika pandangan Ardi gelap, tak lama setelah itu dia bisa
mendengar suara perempuan yang terus menerus memanggil
namanya. Ardi perlahan mulai membuka matanya, ternyata suara
perempuan itu adalah adik dari Ardi yaitu Sinta.

"Kak bangun!! gamau sekolah???" ucap Sinta dengan jutek, Ardi


yang meihat Sinta sudah mengenakan seragam itu pun seketika
langsung tersadar dan buru-buru menuju kamar mandi untuk
bersiap-siap.

Saat diperjalanan Ardi hanya melamun dan terdiam memikirkan apa


yang terjadi kepadanya semalan. "HEH! ngelamun mulu ntar
kesambet loh" ucap Sinta memecah lamunan Ardi.

Ardi Ikhsani Satria dan Sinta Fajar Saputri, adalah saudara kandung.
Jarak umur mereka hanya 1 tahun, mereka berdua lahir pada tahun
2005 dan 2006. Mereka berdua tinggal di suatu kota bersama orang
tua mereka, tetapi setiap weekend mereka akan selalu mengunjungi
kakek dan nenek mereka di desa terpencil di Jawa Timur.
Sedari kecil mereka berdua selalu disekolahkan di sekolah yang
sama, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA ini. Tahun ini 2018,
Ardi menjadi murid SMA kelas 12 dan Sinta menjadi murid SMA
kelas 11.

Ardi dan Sinta memiliki sifat yang sangat berbeda. Ardi adalah anak
penurut, baik, serta selalu mengalah kepada adiknya. Berbeda
dengan Sinta, ia adalah anak yang keras kepala, selalu
membangkang, dan sangat nakal. Namun mereka berdua tidak
pernah sama sekali berkelahi, mereka diajarkan untuk saling
melindungi satu sama lain. Ada beberapa hal yang masih menjadi
misteri di kepala mereka. Orang tua mereka selalu melakukan ritual
aneh setiap hari kelahiran weton mereka. Sebeneranya mereka tidak
masalah dengan ritual itu, namun setiap mereka ingin menanyakan
hal tersebut orang tua mereka selalu berkata "belum waktunya
kalian tahu, suatu saat kalian akan mengerti" ucap sang Ayah.

Kakek dan Nenek mereka adalah pengoleksi pusaka. bukan tanpa


alasan namun pusaka-pusaka itu adalah peninggalan turun temurun
dari kakek moyang sebelum kakek Ardi dan Sinta. Sesampainya
mereka di sekolah Ardi langsung turun dari mobilnya bersama Sinta
untuk menuju kelas mereka masing-masing. Ardi yang sedari tadi
hanya melamun tiba-tiba saja dikejutkan oleh beberapa temannya
salah satunya adalah Jaka.

"Woyy! ngelamun mulu. mikirin apa sii??" tanya Jaka, Ardi yang
melihat itu hanya merespon pertanyaan Jaka dengan dingin,
"gapapa" ucapnya.

"Jangan nipu penipu deh, aku juga pernah bohong kali" sahut Jaka.
"Yaudah ntar aja di kelas" jawab Ardi dengan nada sedikit kesal
karena merasa dipaksa bercerita.

Sesaat Ardi sampai di kelas, Ardi langsung meletakkan tasnya dan


duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Jaka. Bel sekolah
pun berbunyi, yang menandakan kelas akan dimulai.
Empat jam pelajaran Ardi lalui dengan normal, semuanya baik baik
saja, hingga tiba-tiba Ardi mendengar ada alunan musik gamelan
kejawen yang membuatnya bingung. Ardi mencoba bertanya kepada
Jaka apakah dia kendengar suara alunan musik gamelan kejawen itu.

Namun, saat Ardi menolehkan kepalanya tiba-tiba saja ruang kelas


menjadi sangat gelap, hanya ada pencahayaan dari sebuah lilin di
depannya. Dengan rasa penasaran Ardi, mencoba melihat dan
memperhatikan sekelilingnya. Ardi melihat bahwa ternyata dia
masih berada di dalam ruangan kelas, tapi dengan nuansa yang
berbeda. Ardi mencoba bangkit dari kursinya dan mencari clue
dimana dia sekarang. Ardi melihat ada sebuah tanggalan tua berdebu
di sebelah papan tulis, dia mencoba melihat tanggalan tersebut dan
terkejut dia melihat di tanggalan tersebut tertuliskan tahun 1997
yang dimana berarti dia berada di masa lalu.

Ardi yang semakin kebingungan itu mencoba untuk tetap berpikir


positif, dia mencoba mencubit dirinya. Dia berharap agar dia
terbangun dari mimpi buruknya, namun Ardi tidak kunjung
terbangun dari mimpi buruknya ini. Dia akhirnya mencoba untuk
keluar dari ruang kelas itu untuk melihat lihat sekeliling dan
mencoba mencari cara kembali kedunia nyata. sebelum keluar Ardi
menghampiri suatu meja, karena Ardi melihat ada sebuah senter
yang mungkin bisa ia gunakan untuk pencahayaannya ketika
berkeliling. Ardi segera mengambil senter itu dan membuka pintu
ruang kelas itu. Ardi melihat bahwa keadaan sekolah sangat gelap,
Ardi menyalakan senter yang ia bawa. Ardi berjalan perlahan-lahan
mengelilingi sekolahan itu mencoba mencari jalan keluar.

Ardi mulai putus asa, tapi Ardi masih berusaha mencari jalan keluar.
Kali ini Ardi mencoba menghampiri gedung kantor ruang guru yang
berada di bagian utara sekolah. Ardi mencoba membuka pintu itu
dan betapa terkejutnya Ardi melihat banyak sekali darah berceceran
di lantai. Lalu mata Ardi melihat ada sesosok perempuan berpakaian
kebaya merah dengan sanggul, lengkap dengan tusuk konde.
Perempuan itu terlihat seperti Putri Kerajaan Jawa yang pernah dia
lihat di ponselnya. Tiba-tiba saja perempuan itu mendekat
menghampiri Ardi dan menatap Ardi begitu tajam hingga membuat
Ardi tidak dapat bergerak. Perempuan itu hanya tersenyum sembari
menutup mata Ardi. Ardi yang tidak bergerak pun hanya bisa
terdiam dan pasrah entah apa yang akan di lakukan perempuan itu
terhadapnya. Namun sesaat ditutup matanya Ardi melihat bahwa
dirinya telah berpindah tempat ke suatu tempat dengan ada 2 pintu
di hadapannya.

Ardi yang melihat hal tersebut sungguh dibuat terkejut, Ardi yang
melihat kedua pintu tersebut dibuat kebingungan. Ardi merasa
bahwa dirinya harus memilih di antara kedua pintu itu dengan tujuan
agar bisa kembali ke dunia nyata. Setelah berfikir panjang Akhirnya
Ardi memilih pintu sebelah kanan. Sesaat setelah membuka pintu
Ardi melihat bahwa dia seperti memasuki kamar seseorang. Ardi
mencoba melihat sekeliling, tiba tiba saja pintu di belakangnya
tertutup sendiri dan terkunci.

Ardi mencoba mendobrak pintu tersebut namun tidak membuahkan


hasil apapun. Ardi melihat di kamar itu ada sebuah meja rias dengan
kaca yang besar berukiran ular-ular besar dan panjang. Entah apa
yang ada di pikiran Ardi saat itu, Ardi mendekati meja rias itu dan
mencoba berkaca. Ardi melihat tidak ada yang aneh dengan kaca itu,
namun secara tiba tiba pantulan bayangan Ardi di dalam kaca itu
tersenyum seringai menghadap Ardi. Pantulan bayangan Ardi tiba-
tiba keluar dari cermin dan menarik Ardi masuk kedalam cermin
tersebut. Ardi yang tertarik kedalam cermin di hadapkan dengan
perempuan berkebaya merah sebelumnya, namun kali ini wajah
perempuan itu sangat mengerikan yang membuat Ardi sempat
ketakutan.

Perempuan itu tiba-tiba memuntahkan sebuah keris dari mulutnya,


lalu keris itu dilemparkannya kepada Ardi. "Ambillah, lawan aku
jika kau kalah maka jiwamu selamanya akan disini bersamaku" ucap
perempuan berkebaya merah itu.

Akhirnya tanpa pikir panjang Ardi mengambil keris itu dan


bertarung melawan sosok perempuan berkebaya merah itu, awalnya
Ardi sangat kesulitan melawan perempuan itu. Ardi sempat terpental
karena kekuatan gaib yang di miliki oleh perempun kebaya merah
itu. Ardi sempat hampir kalah melawan perempuan itu, Ardi yang
saat itu terpental tak sengaja menjatuhkan kerisnya.

Ardi mencoba meraih keris yang terjatuh di lantai, tapi perempuan


itu mencekik leher Ardi hingga membuat Ardi hampir tak sadarkan
diri. "Akan ku simpan jiwamu bersamaku disini selamanya" teriak
peremuan itu ke Ardi.

Tangan Ardi masih mencoba meraih kerisnya berharap bisa


meraihnya. Secara tiba-tiba keris Ardi yang tadi terjatuh seketika
melayang kearah Ardi dan kembali digenggaman Ardi. Setelah
digenggam oleh Ardi, keris itu tiba-tiba menyala mengeluarkan
sinar merah ke kuning-kuningan yang membuat pengelihatan
perempuan itu terhalangi, sesaat setelah perempuan itu lengah, Ardi
menusukkan kerisnya yang menyala ke jantung perempuan itu.

Perempuan berkebaya itu berteriak kesakitan yang membuat seisi


ruangan bergetar sejadi-jadinya. Lalu wanita itu menghilang secara
tiba-tiba dan meninggalkan Ardi sendirian di ruangan tersebut. Ardi
melihat di pintu kamar yang sebelumnya hanya terbuat oleh kayu itu
berubah menjadi pintu emas raksasa yang tingginya mencapai 7
meter, Ardi mencoba mendekati pintu emas raksasa itu dan
membukanya. Ardi melihat perempuan berkebaya merah itu berdiri
di depan lilin mengarah ke Ardi sambil tersenyum. "Sudah
waktunya kau menggantikan tugasku, kau berhak menjadi titisanku,
kuberikan segala kekuatan dan ilmu gaib yang kumiliki akan
kuwariskan kepadamu" ucap perempuan itu dengan suaranya yang
menggema.

Tiba tiba saja Ardi merasakan kepalanya yang sakit dan pusing,
Ardi seketika pingsan dan tak sadarkan diri. Dengan lirih Ardi
mendengar suara Jaka yang memanggil nama Ardi berkali-kali. Ardi
terbangun dan mendapati dirinya berada disuatu alam dimana hanya
ada dia seorang.
Ardi melihat ada cahaya yang menyala di depan matanya dan Ardi
dapat mendengar suara Jaka dari arah cahaya tersebut. Ardi yang
sudah tersadar mencoba mendekati cahaya tersebut. Namun Ardi
lagi lagi mendengar suara gamelan kejawen yang membuat Ardi
seketika menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara itu.

Ternyata perempuan berkebaya merah itu masih mengikuti Ardi.


"APA MAUMU?! APA KAU BELUM PUAS MENYIKSAKU??"
teriak Ardi kepada perempuan tersebut. Perempuan itu hanya
tersenyum dan berjalan perlahan ke arah Ardi dan berkata "Aku
akan mendampingimu, dan membantumu. Karena hidupmu kini
akan lebih menyulitkan dari sebelumnya, banyak dukun-dukun
berilmu yang mencoba merebut kekuatanku, namun karena kini
kuturunkan kekuatanku ke dirimu maka aku akan menjagamu dan
menjadi pendamping pribadimu dalam melawan ilmu-ilmu hitam
yang jahat yang ingin mengambil kekuatanmu"

Lalu perempuan itu meletakkan tanggannya di pundak Ardi.


Seketika Ardi tersadar bahwa dirinya telah kembali kedunia nyata,
namun Ardi tidak berada di sekolah melainkan di rumah. Ardi
melihat ada Jaka dan Ayahnya yang terlihat panik dan lega ketika
melihat Ardi tersadar. Ardi yang masih kebingungan itu langsung
dipeluk dan dijelaskan tentang kejadian yang terjadi di dunia nyata
sesaat Ardi berada di alam lain. Ternyata saat Ardi di sekolah, Ardi
tiba-tiba pingsan dan tak sadarkan diri, akhirnya Ardi menelfon
orang tua Ardi meminta untuk menjemput Ardi yang tak segera
sadarkan diri.

Ayah Ardi yang dari tadi diam tiba-tiba mengatakan sesuatu yang
membuat Ardi terkejut. "Ardi Ayah tau Ayah salah karena tidak
segera memberitahumu tentang ini, Ayah hanya menunggu waktu
yang tepat untuk memberitahumu. Sebenarnya yang kamu alami
Ardi, itu adalah proses penitisan yang dimana kamu harus
mengalahkan nenek moyang kita untuk membuktikan bahwa kamu
layak menjadi penitis kekuatan ilmu putih yang dimiliki nenek
moyang kita, Perempuan berkebaya merah yang kamu lihat
sebenarnya adalah nenek moyang kita. Perempuan itu telah
menghampiri Ayah malam sebelum kejadian ini, Ayah sudah tau ini
akan terjadi. Untungnya kamu berhasil mewarisi dan menjadi penitis
kekuatan nenek moyangmu, namun kamu harus lebih berhati-hati
karena banyak orang-orang dengan ilmu hitam yang ingin
mengambil kekuatan yang kamu miliki sekarang" ucap Ayah Ardi.

Ardi yang baru saja tersadar dibuat terkejut oleh penjelasan


Ayahnya itu. Ardi yang masih tidak bisa menerima kenyataan itu
hanya bisa pasrah menjalankan tugasnya, yaitu menjadi penerus
kekuatan nenek moyangnya. Beberapa bulan berlalu, kini Ardi
sudah mulai kuliah. Ardi mulai terbiasa menghadapi gangguan-
gangguan dari makhluk halus ataupun dukun-dukun dengan ilmu
hitan yang menginginkan kekuatannya. Suatu hari ketika Ardi
hendak memasuki gedung fakultasnya dia melihat ada sesosok
wanita berwujud setengah manusia setengah ular. Wanita setengah
ular itu melihat Ardi dari kejahuan dan tersenyum melihat Ardi,
wanita itu seperti telah menunggu-nunggu kedatangan Ardi untuk
merebut kekuatannya.

Ardi yang melihat Wanita setengah ular tersebut tau siapa wanita
setengah ular itu. Ardi hanya tersenyum dan berkata "Sudah
waktunya aku berhadapan denganmu" ucap Ardi yang ternyata tau
musuhnya selanjutnya yang harus dihadapinya adalah Nyi Blorong.

Anda mungkin juga menyukai