Anda di halaman 1dari 5

Nama : Karyninda Puspita Sanjaya

Prodi : Manajemen Bisnis


Nim : V1623047

Senja Ku yang Pergi


Perkenalan kita dua tahun silam sungguh tidak istimewa. Aku dan
kamu adalah mahasiswa baru di sebuah universitas di salah satu kota
ini. Kita bertemu dalam suatu organisasi kampus. Karyn itulah namaku,
mahasiswi yang sedang sibuk menyiapkan perkenalan di depan para
senior dengan rasa gugup dan tentunya kamu juga begitu, Ardi itulah
nama tokoh yang akan menjadi pemeran utama dalam cerita ini.
Selang beberapa menit kemudian kita telah selesai melakukan
perkenalan yang menegangkan itu. Aku melihatnya tampak
kebingungan entah apa yang dicarinya.
“Sedang mencari apa kamu?” tanyaku bingung terhadap sikapnya
“Buku ku entah kemana aku menaruhnya” jawabnya sambil
menggaruk-garuk kepalanya
Sejenak ku diam melihat sekitar, astaga apa ini ? Aku melihat buku
miliknya berada di bawa kursi yang didudukinya.
“lihat ardi, itu bukumu ada dibawah kursi”. Ujarku
“Ya ampun, terimakasih ya kalau tidak ada buku ini habis lah aku,
semua catatan tugasku ada disini ryn” ucap ardi padaku
“ya sudah simpan baik-baik buku itu, aku pergi dulu ya”
Aku pun bergegas menuju kantin tanpa memikirkan apapun setelah
kejadian itu.
Beberapa bulan kemudian, seperti layaknya suatu organisasi di
kampus. Tidak lazim jika kita tidak mengeluh rasa lelah. Belakangan ini
memang aku sibuk sekali dengan kegiatan di kampus, banyak bertemu
orang dan tentunya banyak momen dimana aku selalu bersama
dengan si Ardi. Entah apa yang terjadi aku selalu memikirkan
kesehatannya. Aku sering melihatnya seperti sedang sakit.
Ketika aku duduk di depan ruang rapat tiba-tiba Ardi mendatangiku
sembari berkata
“Hari ini kita ke cafe mau ?” ajakan Ardi secara tiba-tiba
Aku terdiam tanpa berkata apapun, aneh biasanya Ardi tidak pernah
mengajakku pergi berdua. Tiba-tiba Aedi menyaut kembali “ ayolah
ada yang ingin ku ceritakan”
“Heumm baiklah kalau memang kamu mau cerita sesuatu, kita keluar
sore nanti ya” jawabku
Sore itu, di Cafe dekat kampus kita bertemu. Kita mencari tempat di
luar karena Ardi tahu kalau aku suka sekali melihat langit diwaktu sore
seperti ini.
“Ryn, Kenapa kamu suka melihat senja?” tanya Ardi tiba-tiba kepadaku
“Karena senja tidak pernah membiarkanku merasa sendiri untuk
waktu yang lama, dia pasti akan kembali keesokan hari” jawabku
sembari menikmati indahnya semburat jingga di langit sana.
“Aneh kamu Ryn, harusnya kamu mengibaratkan itu untuk seseorang”
“Ardi, karena aku belum menemukan seseorang untuk ku ibaratkan
sebagai senjaku”
Ardi pun terdiam sambil tersenyum. Kesalnya obrolan kita tak
berlanjut dan dia memilih untuk menikmati kopi miliknya.

Satu minggu kemudian, Aku dan Ardi sudah lama tak bertemu dan
berbincang karena kita dikejar-kejar oleh deadline tugas kuliah. Tak
terasa setiap malam aku memikirkan senyuman Ardi kala itu,
“Apa yang ada dibenaknya sehingga membuat ia tersenyum
kepadaku?” gumamku
Tak lama aku mendengar ada suara pesan masuk di handphone ku.
Ternyata itu adalah pesan singkat dari Ardi. Disana ia mengatakan
bahwa ia ingin bertemu denganku sore ini di daerah simpang lima.
Batinku berkata ini adalah kesempatan untuk berbicara dengan Ardi.
Sore hari pun tiba. Aku melihat laki-laki berjaket biru tua sedang duduk
disebrang jalan itu. Aku pun bergegas menghampirinya.
“Halo, Ardi. Sudah lama menunggu?” tanyaku mengagetkan Ardi.
“Ya ampun kamu buat kaget saja, tidak lama sini duduklah” jawab Ardi.
Beberapa detik kita saling diam terlihat sedikit canggung. Tiba-tiba
Ardi memulai percakapan dengan ku samping menatap ku dengan
serius.
“Ryn, bolehkah aku menjadi senjamu yang belum kamu temukan?”
Aku diam terbelalak mendengar yang Ardi katakan. Batinku dan
pikiranku mendadak tak saling terkoneksi dengan apa yang baru saja
ku dengar.
“A-a-apa maksudmu di? Bukankah kita hanya berteman biasa.
Mengapa tiba-tiba seperti ini ? Kita saja sudah jarang berkomunikasi”
ujarku
“ Kamu benar tapi aku merasa ada yang berbeda di kamu, aku merasa
berbeda jika memikirkan mu” jawab Ardi.
“Ardi, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan. Ardi dari semester
satu kita bertemu aku juga merasa ada yang berbeda di antara kita,
tapi aku memilih diam karena aku tau kamu hanya menganggapku
teman”
Seketika Ardi kembali tersenyum seperti saat ia tersenyum seindah
senja sore itu denganku.
“Ryn, aku ingin kita lebih dekat dari kata teman saja. Izinkan aku untuk
mengenalmu dan menjadi senjamu yang tak pernah meninggalkan
dirimu” ucap Ardi
“Ardi aku sama sekali tidak menyangka dengan apa yang terjadi,
awalnya aku yang ingin menyampaikan sesuatu kepadamu karena aku
tidak sanggup menyimpannya lagi.
“Maka dari itu, merilah kita berjalan bersama dan saling melengkapi”
Dari percakapan kita, akhirnya sore itu adalah waktu dimana kita akan
memulai segalanya dengan bersama-sama. Aku dan kamu begitu pula
dengan langit sore hari itu menjadi lembaran baruku bersamamu.
Empat bulan berjalan, hari demi hari ku lewati bersamanya. Tak ada
satu hari pun aku merasa kehilangan kehadirannya. Namun, hari ini
aku merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Sempat kita berdiskusi
apa yang sedang terjadi tapi ternyata tak ada titik terang untuk
masalah ini. Semakin hari Ardi sibuk dengan urusannya, pesanku pun
jarang ia balas, bertemu pun kami merasa begitu canggung.
“Bisakah kita kembali seperti kemarin?” tanya ku pada Ardi ketika kita
bertemu lagi di sebuah restoran.
“Sepertinya kita akhiri saja semuanya, aku tak ingin begini terus Ryn,”
jawab Ardi dengan matanya yang berkaca-kaca.
Tak bisa kupungkiri air mata ku terjatuh dan aku dibuat tak bisa
berkata apa-apa.
“Tenanglah, aku tetap disini jangan khawatir. Mari berjalan layaknya
teman seperti dahulu” ucap Ardi menenangkan ku.
“Baiklah, aku tak ingin ini semua berlanjut. Mari kita akhiri semuanya”
jawabku sembari mengusap air mata.
“ Ardi aku harus pulang sekarang. Jangan temui aku untuk beberapa
hari kedepan, jangan muncul dihadapanku kembali sampai beberapa
waktu.” Pintaku kepadanya.
Hampir dua tahun berlalu, akhirnya aku telah berdamai dengan diriku
dan masa lalu ku. Aku tak pernah mendengar kabar tentang senjaku
yang telah pergi, aku tak pernah bertemu dengan sosoknya yang
begitu indah, dan aku sekarang telah menemukan diriku yang lebih
baik. Perjalanan panjang ini tak mudah bagiku. Banyak ku tulis
tentangnya dalam puisi milikku, ada banyak kumpulan diksi indah yang
mengingatkanku kepada senjaku kala itu. Namun, aku harus tetap
berjalan kedepan. Dia memang tak pernah hilang dalam ingatanku tapi
aku yakin dia telah bahagia disana.
“Hai, kenapa masih duduk disini? Mau pulang kan?” ucap laki-laki
mengagetkan diriku saat aku duduk didepan gedung fakultas.
“Loh, Mas Indra, Bikin kaget aja” ucapku kepadanya. Iya dia adalah
Mas Indra, dia kakak tingkatku di kampus. Tetapi dia sudah lulus satu
tahun yang lalu. Dan dia sedang menungguku untuk waktu wisuda
nanti dan kita akan segera melanjutkan hubungan ke jenjang yang
lebih serius.
Setengah tahun yang lalu, kami tak sengaja bertemu di perpustakaan
kota. Waktu itu aku tak sengaja menjatuhkan buku lalu ia menolongku.
Dan hari itu kami sama-sama tahu bahwa aku adalah adek tingkatnya
dan dia adalah kakak tingkatku yang sudah lulus. Dari situ kami
berkomunikasi lebih lanjut. Setengah tahun berjalan, dia selalu
menemaniku hampir setiap hari selalu membantuku untuk
menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan menyiapkan untuk kelulusanku.
“ Ya sudah ayo pulang jangan lama-lama disini nanti seperti orang
hilang aja” candanya membuatku tertawa kecil.
“ Iya aku sudah menunggumu lama disini hmm.”
Hari demi hari kita lewati bersama, akhirnya aku tersadar bahwa tak
selamanya indah selalu bisa dinikmati. Ada kalanya kita harus
menikmati kepedihan dalam hidup tetapi pada akhirnya jika telah tiba
saatnya kita akan kembali menikmati indahnya hidup bersama orang
yang tepat. Namun, aku tak pernah melupakan bahwa masih ada dia
di masa lalu juga pernah membuatku bahagia. Aku selalu belajar atas
apa yang telah terjadi. Kini aku menikmati apa yang telah aku
usahakan. Untukmu manusia baik dari masa laluku, tetaplah hidup
dengan baik dan bahagia walaupun aku sudah tak pernah tahu
kabarmu disana.
Dan disini aku telah bahagia bersama seseorang hebat yang telah
membuat aku percaya akan semua yang dapat ku lewati. Akhir cerita
ini ku tutup dengan hari kebahagiaan kami berdua.

Anda mungkin juga menyukai