Satu minggu kemudian, Aku dan Ardi sudah lama tak bertemu dan
berbincang karena kita dikejar-kejar oleh deadline tugas kuliah. Tak
terasa setiap malam aku memikirkan senyuman Ardi kala itu,
“Apa yang ada dibenaknya sehingga membuat ia tersenyum
kepadaku?” gumamku
Tak lama aku mendengar ada suara pesan masuk di handphone ku.
Ternyata itu adalah pesan singkat dari Ardi. Disana ia mengatakan
bahwa ia ingin bertemu denganku sore ini di daerah simpang lima.
Batinku berkata ini adalah kesempatan untuk berbicara dengan Ardi.
Sore hari pun tiba. Aku melihat laki-laki berjaket biru tua sedang duduk
disebrang jalan itu. Aku pun bergegas menghampirinya.
“Halo, Ardi. Sudah lama menunggu?” tanyaku mengagetkan Ardi.
“Ya ampun kamu buat kaget saja, tidak lama sini duduklah” jawab Ardi.
Beberapa detik kita saling diam terlihat sedikit canggung. Tiba-tiba
Ardi memulai percakapan dengan ku samping menatap ku dengan
serius.
“Ryn, bolehkah aku menjadi senjamu yang belum kamu temukan?”
Aku diam terbelalak mendengar yang Ardi katakan. Batinku dan
pikiranku mendadak tak saling terkoneksi dengan apa yang baru saja
ku dengar.
“A-a-apa maksudmu di? Bukankah kita hanya berteman biasa.
Mengapa tiba-tiba seperti ini ? Kita saja sudah jarang berkomunikasi”
ujarku
“ Kamu benar tapi aku merasa ada yang berbeda di kamu, aku merasa
berbeda jika memikirkan mu” jawab Ardi.
“Ardi, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan. Ardi dari semester
satu kita bertemu aku juga merasa ada yang berbeda di antara kita,
tapi aku memilih diam karena aku tau kamu hanya menganggapku
teman”
Seketika Ardi kembali tersenyum seperti saat ia tersenyum seindah
senja sore itu denganku.
“Ryn, aku ingin kita lebih dekat dari kata teman saja. Izinkan aku untuk
mengenalmu dan menjadi senjamu yang tak pernah meninggalkan
dirimu” ucap Ardi
“Ardi aku sama sekali tidak menyangka dengan apa yang terjadi,
awalnya aku yang ingin menyampaikan sesuatu kepadamu karena aku
tidak sanggup menyimpannya lagi.
“Maka dari itu, merilah kita berjalan bersama dan saling melengkapi”
Dari percakapan kita, akhirnya sore itu adalah waktu dimana kita akan
memulai segalanya dengan bersama-sama. Aku dan kamu begitu pula
dengan langit sore hari itu menjadi lembaran baruku bersamamu.
Empat bulan berjalan, hari demi hari ku lewati bersamanya. Tak ada
satu hari pun aku merasa kehilangan kehadirannya. Namun, hari ini
aku merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Sempat kita berdiskusi
apa yang sedang terjadi tapi ternyata tak ada titik terang untuk
masalah ini. Semakin hari Ardi sibuk dengan urusannya, pesanku pun
jarang ia balas, bertemu pun kami merasa begitu canggung.
“Bisakah kita kembali seperti kemarin?” tanya ku pada Ardi ketika kita
bertemu lagi di sebuah restoran.
“Sepertinya kita akhiri saja semuanya, aku tak ingin begini terus Ryn,”
jawab Ardi dengan matanya yang berkaca-kaca.
Tak bisa kupungkiri air mata ku terjatuh dan aku dibuat tak bisa
berkata apa-apa.
“Tenanglah, aku tetap disini jangan khawatir. Mari berjalan layaknya
teman seperti dahulu” ucap Ardi menenangkan ku.
“Baiklah, aku tak ingin ini semua berlanjut. Mari kita akhiri semuanya”
jawabku sembari mengusap air mata.
“ Ardi aku harus pulang sekarang. Jangan temui aku untuk beberapa
hari kedepan, jangan muncul dihadapanku kembali sampai beberapa
waktu.” Pintaku kepadanya.
Hampir dua tahun berlalu, akhirnya aku telah berdamai dengan diriku
dan masa lalu ku. Aku tak pernah mendengar kabar tentang senjaku
yang telah pergi, aku tak pernah bertemu dengan sosoknya yang
begitu indah, dan aku sekarang telah menemukan diriku yang lebih
baik. Perjalanan panjang ini tak mudah bagiku. Banyak ku tulis
tentangnya dalam puisi milikku, ada banyak kumpulan diksi indah yang
mengingatkanku kepada senjaku kala itu. Namun, aku harus tetap
berjalan kedepan. Dia memang tak pernah hilang dalam ingatanku tapi
aku yakin dia telah bahagia disana.
“Hai, kenapa masih duduk disini? Mau pulang kan?” ucap laki-laki
mengagetkan diriku saat aku duduk didepan gedung fakultas.
“Loh, Mas Indra, Bikin kaget aja” ucapku kepadanya. Iya dia adalah
Mas Indra, dia kakak tingkatku di kampus. Tetapi dia sudah lulus satu
tahun yang lalu. Dan dia sedang menungguku untuk waktu wisuda
nanti dan kita akan segera melanjutkan hubungan ke jenjang yang
lebih serius.
Setengah tahun yang lalu, kami tak sengaja bertemu di perpustakaan
kota. Waktu itu aku tak sengaja menjatuhkan buku lalu ia menolongku.
Dan hari itu kami sama-sama tahu bahwa aku adalah adek tingkatnya
dan dia adalah kakak tingkatku yang sudah lulus. Dari situ kami
berkomunikasi lebih lanjut. Setengah tahun berjalan, dia selalu
menemaniku hampir setiap hari selalu membantuku untuk
menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan menyiapkan untuk kelulusanku.
“ Ya sudah ayo pulang jangan lama-lama disini nanti seperti orang
hilang aja” candanya membuatku tertawa kecil.
“ Iya aku sudah menunggumu lama disini hmm.”
Hari demi hari kita lewati bersama, akhirnya aku tersadar bahwa tak
selamanya indah selalu bisa dinikmati. Ada kalanya kita harus
menikmati kepedihan dalam hidup tetapi pada akhirnya jika telah tiba
saatnya kita akan kembali menikmati indahnya hidup bersama orang
yang tepat. Namun, aku tak pernah melupakan bahwa masih ada dia
di masa lalu juga pernah membuatku bahagia. Aku selalu belajar atas
apa yang telah terjadi. Kini aku menikmati apa yang telah aku
usahakan. Untukmu manusia baik dari masa laluku, tetaplah hidup
dengan baik dan bahagia walaupun aku sudah tak pernah tahu
kabarmu disana.
Dan disini aku telah bahagia bersama seseorang hebat yang telah
membuat aku percaya akan semua yang dapat ku lewati. Akhir cerita
ini ku tutup dengan hari kebahagiaan kami berdua.