Jadi,
Tentang kita.
2 Tahun lalu
“Ra… Aku mau bicara” Ucapmu dengan raut wajah yang serius
“Iya apa Rizky sayang” Ucapku, sambil memalingkan muka ke arahmu dengan malas
“Aku mau lanjut kuliah di Kyoto, Jepang. Ra..” Ucapnya, dengan nada yang lebih rendah
“Jepang? Kamu ngapain ke Jepang? Di Bandung banyak yang lebih bagus ky. Kamu jangan
bercanda. Gak lucu.”
“Maaf ra. Aku ke sana hanya untuk melanjutkan pendidikanku. Zara, Percayalah sejauh apapun
aku pergi kamulah tempatku kembali”
“I see. Aku ngerti Rizky. Aku akan selalu support apapun keputusanmu. Sejauh apapun kamu
pergi kembalilah padaku. I trust you”
Senja pun datang bersama sore yang hangat. Namun, entah mengapa tak seindah biasanya.
Seolah mewakili perasaanku yang gundah karenamu.
“Ra… Jaga diri baik-baik ya. Aku akan selalu merindukanmu” Ucapku menggenggam erat
jemariku
“Ada satu hal yang harus kamu ingat. Kalau suatu waktu kamu rindu aku. Kamu cukup lihat
Senja yang selalu datang bersama sore yang hangat. Kamu tau kenapa? Karena meskipun kita
tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita melihat hal yang sama. Senja.” Ucapmu
menahan air mata
Dia pun pergi. Mengejar cita-cita dan harapannya. Meninggalkan separuh hatinya yang masih
tersimpan rapi di hatiku.
Aku menatap langit-langit kamarku. Masih ada bayangmu di sana, tersenyum. Aku tak tau
sedang apa kau sekarang.
“Zaraaaaaa…” Teriak seseorang yang berada di depan kamarku, suaranya terdengar sangat
familiar di telingaku
“Zaraaaaa… Buka pintunya dong. Ah elah lama banget” Teriaknya lagi, lebih kencang dari
sebelumnya
“Apaan sih dinda, Berisik banget lo” Ucapku sambil membuka pintu kamarku
“Ara, Lo harus tau.” Ucapnya, masih dengan nada cerewet yang sangat mengganggu telingaku.
Begitulah kebiasaan Dinda yang selalu masuk rumahku tanpa etika.
“Biasa aja”
“Eh gila aja. Lo kan hampir setahun gak dikabarin sama dia”
Saat aku berkata ‘aku tak merindukanmu’ itu adalah kebohongan terbesar. Mana mungkin aku
tak merindukanmu, Karena setiap melihat senja aku selalu ingat kepadamu. 2 Tahun semenjak
kepergianmu aku merasa rapuh. 1 Bulan, 2 Bulan, 3 Bulan, 1 Tahun kau masih menghubungiku.
Tapi, selama beberapa bulan terakhir kau menghilang begitu saja. Aku tak mengerti apa yang
terjadi pada dirimu. Tapi kau tau, Aku akan selalu percaya padamu.
“Ada satu hal yang harus kamu ingat. Kalau suatu waktu kamu rindu aku. Kamu cukup lihat
Senja yang selalu datang bersama sore yang hangat. Kamu tau kenapa? Karena meskipun kita
tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita melihat hal yang sama. Senja.”
Kau ingat?
Aku merindukanmu.
“Din.. gue udah selesai mandi. Mau ngomong apaansih lu?” Ucapku yang secara tiba-tiba
muncul di hadapan Dinda
“Ra. Rizky mau pulang ke Indonesia dan Dia bakal langsung ke Bandung. Ketemu lo” Ujarnya
semangat
“Nih. Tadi dia nelepon gue. Pake nomor temen gue yang pernah gue ceritain seUniversitas sama
Rizky”
“Jangan lama-lama ya gue baru isi pulsa. Itupun ngutang” Ucapnya memberikan HandPhonenya
dengan muka memelas
“Halo.. Ini temennya Dinda ya? Lagi sama Rizky gak? Boleh ngobrol sama Rizky”
Hening…
“Halo?” Darahku berdesir Menyusuri seluruh tubuhku. Jantungku berdegup kencang. Suara
seseorang yang kurindukan, Suara yang sudah lama tak kudengar.
“Zara?” Ucapnya. Suaranya sangat kukenal, meski sudah 2 Tahun lebih aku tak bertemu
dengannya dan mendengar suaranya tapi suara itu tak akan pernah kulupa.
“Rizky… Aku kangen. Kamu apa kabar? Katanya mau pulang? Kamu kenapa ngilang tanpa
kabar? Kamu baik-baik aja kan?”
“Zara, Aku baik-baik aja. Kamu gimana?. Iya, Rencananya aku bakal berangkat besok.
Handphoneku hilang ra, semua kontak hilang termasuk kamu dan aku baru ingat Dinda punya
teman seUniversitas denganku. Maaf ra”
“Itu bukan masalah, Rizky. Safe Flight ya. Aku tunggu kamu di sini. Aku rindu kamu rizky”
“Nih HandPhone lo. Makasih ya” Ucapku sambil menyerahkan ponsel milik Dinda
Drrtttt…
Ponselku berbunyi
“Halo?” Ucapku
“Oh iya ya. Maksudnya kenapa gabilang pas udah sampai di Bandara kan aku bisa ikut jemput”
“Gak usah, ra. Ya udah aku istirahat dulu ya. Besok aku ke rumahmu. See ya”
“Okey”
Bagaimana rasanya akan bertemu seseorang yang sudah lama kau nantikan? Bahagia bukan? Ya,
Itulah yang kurasakan. Sederhana namun berarti.
Ting.. Tong..
“Zaraaaaaaa… Buka dong” Ucap seseorang di luar sana dengan suara cerewetnya yang sangat
khas
“Apaansih Din. Pagi-Pagi ganggu mulu. Tumben gak langsung masuk ke dalam rumah biasanya
kalau ke rumah gue lo gak punya etika” Ucapku sambil menyeretnya masuk ke dalam rumah
“Zara, lo mau ngedate sama Rizky kan? Gue ikut dong. Gue gak ada kerjaan banget. Ya ra
plis…” Ucapnya dengan nada memohon dan muka memelas
“Ganggu mulu hidup lo heran gue, Ya udah tapi jangan rempong ya” Ucapku Karena tak
sanggup melihat muka Dinda yang memelas
“Okey. I love u ra” Ucapnya sambil mencium pipiku
“Najis”
1 Jam..
2 jam…
“Telepon ra Telepon”
“ya udah deh nih. Jangan lama-lama ya janji lo ganti pulsa gue waktu kemarin aja belum
ditepatin. Gue masih ngutang ra..” Ucapnya
“Rizky?”
“Oh Zara. Iya Bunda inget” Ucap seorang perempuan yang ternyata adalah Ibunda dari Rizky
“Harapan Indah”
Sesampainya di sana..
“Bunda gak tau ra, dia belum sadar. Kamu mau masuk?”
“Boleh bun?”
“Silahkan”
“Rizky. Sore ini aku pengen liat senja sama kamu. Kamu bangun ya” Ucapku lirih
Dokter keluar
Semuanya terlihat panik dengan raut wajah Dokter menunjukkan bahwa telah terjadi sesuatu
yang buruk
“Maaf bu, Anak ibu. Rizky tak bisa kami selamatkan” Ucap dokter dengan nada pasrah
Bagaikan petir yang menyambar ruangan itu
Tiba-tiba semuanya
Hening..
Diam…
Senyap…
Dia pergi..
Rizky…
“Ra. Ini ada Bucket bunga yang tadi rizky bawa buat kamu” Ucap Bunda sambil menyerahkan
sesuatu
“Makasih bun”
Dear Elsa …
Maafkan aku,
Sampai kapanpun
Mungkin, tak selamanya aku akan di sampingmu
Tapi, aku akan selalu menjadi seperti awan putih di bawah sinar matahari
Senja di bahuku
Malam di depanmu
Rizky
Jika suatu waktu aku rindu kamu. Aku cukup melihat Senja. Kau tau kenapa? Karena meskipun
kita tidak berada di tempat yang sama setidaknya kita bisa melihat hal yang sama. Senja.
Sesederhana itu.
Aku masih ditempat yang sama, seperti bumi yang berputar pada porosnya . masih menunggumu tiba
yang entah darimana