Anda di halaman 1dari 4

4 CONTOH CERPEN

Contoh 1

Di suatu siang yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Lisa dan Yeni yang sedang mengerjakan tugas
sekolah di rumahnya Lisa.

Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah dengan serius dan suasananya pun menjadi sangat hening.

Lalu, datanglah teman Lisa yang bernama Rosi di depan rumahnya. Akan tetapi, Lisa sendiri seakan tak
memperhatikan kehadiran Rosi tersebut.

“Lisa, itu di depan pintu ada Rosi yang sudah menunggu kamu, buruan temui dia, kasian sudah sejak tadi Rosi
menunggu kita.” Ujar Yeni yang sedang mengerjakan tugas di rumah Lisa.

“Bi, tolong bilang ke Rosi yang ada di depan rumah jika aku sedang pergi atau bilang lagi tidur gitu ya.” Pinta
Lisa kepada orang yang dipanggilnya Bibi, orang yang bekerja sebagai ART di rumahnya.

“Baik non, akan Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.

“Eh Lisa, kenapa kamu bersikap seperti itu kepada Rosi? Padahal kan Rosi pastinya sudah datang jauh-jauh
untuk datang ke sini, kenapa malah kamu usir, gak enak kan. Kasian dia, dia juga anak yang baik kok Lis.” Ujar
Yeni yang mencoba menasehati Lisa.

“Kamu itu gak paham sama Rosi apa Yen, dari luarnya memang dia tampak seperti orang yang baik, ramah dan
juga manis. Akan tetapi, masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang dengan semudah itu saja, Rosi
itu sekadar tampak manis di luar, tetapi di dalamnya sangat pahit tahu.” Jawab Lisa dengan tatapan yang sinis.

“Loh, pahit gimana maksudnya Lis?” Balas Yeni yang masih merasa bingung dengan jawaban Lisa.

“Tahu gak sih kamu Yen, Rosi itu sering banget lho membicarakan keburukan orang lain. Bahkan, dia juga
sering banget membicarakan keburukan temannya sendiri di belakangnya. Pokoknya bakal banyak banget deh
kalo harus dijelasin.” Jawab Lisa dengan nada yang sinis.

“Rosi itu sangat berbeda dengan kamu, Yen. Meskipun kamu itu judes dan sering ceplas-ceplos kalau sedang
ngobrol sama aku, tetapi setidaknya kamu memiliki hati yang tulus, Yen. Menurutku, kamu bukan tiper sahabat
yang baik di luarnya saja, tetapi di dalamnya busuk. Dalam hubungan pertemanan, aku tak memerlukan
penampilan luar dari seseorang, Yen” Jelas Lisa panjang lebar kepada Yeni.

Contoh 2

“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

Suara lantang Tono diteriaki dan ditertawakan oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah menyebutkan sila
kedua yang tercantum di Pancasila.

Bu Retno selaku guru kelas 3 SD pun geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

Materi tentang Pancasila sudah dijelaskan dari dua minggu yang lalu. Tetapi, Tono belum juga hafal. Padahal,
teman-teman yang lain hampir semuanya sudah bisa menghafal Pancasila.
“Tidak apa-apa Tono , kamu hapalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu Retno berbicara
lembut.

Tono tak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, di samping meja Bu Retno. “Tapi, Bu, berarti aku bukan
warga negara yang baik dong, soalnya nggak hafal Pancasila?”

Bu Retno pun tersenyum kembali, lantai ia berbicara dan memberikan penjelasan.

“Yang hafal Pancasila belum tentu bisa mengamalkannya. Dan warga negara yang baik nggak cuma menghafal,
tetapi juga mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Contohnya, bisa aja Ridwan sudah hafal Pancasila, tapi, dia masih
males ibadah dan berbohong Nah, hal kayak gitu yang tidak melaksanakan nilai Pancasila untuk sila yang
pertama.”

Tono mengangguk mengerti, lalu teman-teman sekelasnya pun ikut mengangguk juga. Lantas dia pun embali ke
tempat duduk dan mengikuti pelajaran sampai waktu belajar selesai.

Ketika jam sekolah usai, Tono mengajak Ridwan segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru pulang, tapi ke
mushola sekolah untuk menunaikan sholat dzuhur. Bu Retno yang melihat mereka dari kejauhan pun tersenyum
bangga.

Contoh 3

Haji Goni marah-marah lagi. Kali ini, seorang pemuda tertikam kalimatnya yang tajam. Matanya jalang. Urat-
uratnya muncul di sela-sela pelipisnya yang basah karena keringat.

“Lu kalo kencing jangan sembarangan! Ini bukan WC umum!”

“Maaf, Aji. Tadi saya kebelet,” Dani menunduk. Jari-jarinya basah.

“Elu tahu, ini kamar mandi fasilitas buat orang yang tinggal di kontrakan gue. Bukan buat elu!”

Haji Goni di usianya yang menginjak hampir kepala tujuh semakin menjadi-jadi saja.

Lima tahun menduda dengan anak-anak yang juga sudah masing-masing mandiri membuatnya jadi kesepian
dan pemarah. Itulah asumsi warga setempat.

Sementara Dani merupakan pemuda berumur dua puluh lima tahun asal Purwodadi yang sedang merantau ke
Jakarta.

Ia baru tinggal di RT 6 ini tidak lebih dari dua bulan lamanya. Adalah wajar bagi Ia tak mengenali watak dari
Haji Goni.

Masuk akal bila Ia tanpa ada rasa takut langsung nyelonong memakai toilet di kontrakan milik Haji Goni.
Kenalah dia.

Setiap harinya selalu ada saja yang bisa membuat Haji Goni emosi. Kalau kumat tak pandang bulu.

Orang dewasa sampai anak-anak yang main di dekat rumah atau pun kontrakannya pasti kena. Penduduk RT 6
pun jadi was-was tiap kali melewati area milik Haji Goni.
Padahal dulu saat masih muda ia terkenal sebagai orang yang begitu dikagumi dan disegani di kampung ini.
Bukan karena harta dan gelar hajinya namun karena memang sifat dan sikapnya yang patut menjadi acuan semua
orang.

Kala itu Haji Goni rajin memimpin kerja bakti di lingkungannya. Orang-orang pun secara sukarela mau
mengikuti arahannya.

Selain memimpin, tak lupa sekedar makanan kecil untuk ngopi mereka yang bekerja pasti disajikan oleh orang
dari rumahnya.

Ia mau mengerjakan semua itu meskipun Ia tidak menjabat apa-apa di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak
harus memiliki jabatan untuk bisa memimpin, katanya.

Bukan tidak pernah pula warga menunjuknya untuk jadi ketua RT saja. Tapi Haji Goni selalu menolak.
Alasannya satu, khawatir tidak amanah.

Contoh 4

Selama berbulan-bulan ini aq bingung mencari kerja. Berkas lamaran kerja yang sudah aku masukkan ke
beberapa perusahaan masih belum ada jawaban.

Hari-hariku terasa hambar, tiap hari hanya luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku kebingungan, mau
mencoba usaha, tetapi modal belum ada.

Pada suatu hari yang cerah, aku janjian dengan teman lamaku untuk menceritakan permasalahanku ini.

Ketika aku sedang dalam perjalanan ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet berwarna hitam di
samping jalan, tepatnya di trotoar.

Karena penasaran, aku pun memastikannya dan ternyata memang benar sebuah dompet berwarna hitam.
Kemudian aku pun membuka isi dari dompet itu.

Alangkah terkejutnya diriku mendapati dompet tersebut berisikan SIM, KTP, surat-surat penting, kartu ATM,
kartu kredit serta sejumlah uang yang lumayan banyak. “Wah rejeki nomplok nih.” Ujarku dalam hati.

Akan tetapi aku berubah pikiran dan berinisiatif untuk mengantarkan dompet itu ke pemilik dalam KTP tersebut.
Setelah itu aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku dan menceritakan semua problem masalahku.

Setelah urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat menuju alamat dalam KTP tersebut untuk
mengembalikan dompet.

Aku pun mencari-cari alamat serta nama dari pemilik dompet sesuai dengan KTP.

Setelah sampai dengan alamat yang dimaksud dalam KTP aku pun memberanikan diri untuk masku dan bertanya
ke dalam. “Permisi pak, mau nanya. Apa benar ini rumahnya pak Handy?” Tanyaku pada orang di halaman
rumah itu.

“Iya benar mas, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Jawab tukang kebun dan ditimpali pertanyaan buatku
“Oh perkenalkan, saya Angga, saya ingin bertemu dengan bapak Handy, ada urusan yang sangat penting dengan
beliau” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali ternyata pak Handy ada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam rumah. Lalu aku pun
duduk sambil sedikit kagum dengan keindahan rumahnya.

Kemudian aku mengatakan maksud dan tujuanku sambil menyerahkan dompet yang aku temukan di jalan,
lengkap dengan isinya.

Karena penasaran denganku beliau pun bertanya: “Kamu tinggal dimana nak? Lalu kerja dimana?”

“Saya tinggal di komplek Sido Makmur pak dan kebetulan saya masih menganggur. Masih menunggu panggilan
kerja tetapi sudah beberapa bulan gak ada kabar pak. Jawabku dengan jujur.

“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya pak Handy kepadaku

“S1 jurusan Manajemen Bisnis Syariah pak” Jawabku.

“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya nak, kebetulan perusahaan sedang membutuhkan
staff administrasi. Ini kartu nama saya, jika tertarik besok datang saja ke kantor dan bilang kalo saya yang
nyuruh” Jawab Pak Handy

“Wah beneran ini pak?” Tanyaku yang seakan masih tidak percaya.

“Iya nak, saya sangat membutuhkan karyawan yang jujur dan juga penuh dedikasi seperti kamu, kalau kamu
mau pasti uang dalam dompet saya sudah kamu ambil lalu tinggal buang dompetnya. Tetapi kamu lebih memilih
mengembalikannya kepadaku”. Pungkas pak handy.

“Kalau begitu terima kasih banyak pak, kalau begitu besok saya akan datang ke perusahaan bapak dan
menyiapkan surat-surat lamarannya.” Jawabku dengan haru.

Aku pun pamit pulang untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak percaya dan
yakin kalau ini merupakan suatu keajaiban.

Anda mungkin juga menyukai