Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1

Menemukan Dompet

Dalam waktu belakangan ini, aku sangat bingung dalam mencari pekerjaan. Berkas lamaran kerja yang
telah aku masukkan ke beberapa perusahaan, masih belum membuahkan hasil yang kuinginkan. Hari-
hariku menjadi terasa hambar, tiap hari kegiatan yang kulakukan hanyalah luntang lantung tidak jelas.
Setiap hari aku merasa kebingungan, ingin mencoba membuka usaha, tetapi modal belum ada.

Di suatu pagi yang cerah, aku berjanjian dengan teman lamaku untuk menceritakan mengenai
permasalahan yang kualami ini.Saat aku sedang berada dalam perjalanan untuk ke rumah temanku,
samar-samar aku melihat dompet berwarna cokelat yang tergeletak di samping jalan, tepatnya di
trotoar. Karena tingginya rasa penasaran, aku pun mencoba untuk memastikannya dan ternyata
memang benar bahwa itu adalah sebuah dompet berwarna cokelat. Lalu, aku pun membuka isi dari
dompet tersebut. Alangkah terkejutnya diriku ketika mendapati bahwa dompet tersebut berisikan KTP,
SIM, surat-surat penting, kartu kredit, kartu ATM, dan uang yang berjumlah lumayan banyak. “Wah,
alhamdulillah. Rejeki nih.” Ujarku dalam hati.

Walau demikian, aku berubah pikiran dan memiliki inisiatif untuk mengembalikan dompet tersebut ke
alamat pemilik yang ada di KTP tersebut. Setelah itu, aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah
temanku, lalu menceritakan seluruh permasalahan dalam hidupku.

Setelah semua urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat untuk menuju ke alamat yang
tertera di dalam KTP tersebut untuk mengembalikan dompet cokelat ini. Aku pun mencari-cari alamat
dan nama dari pemilik dompet yang sesuai dengan KTP.

Setelah sampai dengan alamat yang tertera di dalam KTP, aku pun memberanikan diri untuk mengetuk
dan bertanya ke orang yang berada di dalam. “Permisi pak. Mohon maaf, ingin bertanya. Apa benar ini
rumahnya Pak Aan?” Tanyaku pada orang yang berada di halaman rumah itu.

“Iya benar, mas. Anda siapa? Dan sekiranya ada keperluan apa?” Jawab bapak paruh baya yang
sepertiny adalah tukang kebun sembari menimpali pertanyaan untukku.

“Oh perkenalkan, saya Galih, saya ingin bertemu dengan Bapak Handy, saya memiliki urusan yang sangat
penting dengan beliau.” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali, ternyata Pak Aan berada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam ruang tamu.
Lalu aku pun duduk sembari sedikit mengagumi keindahan rumahnya. Setelah bertemu dengan Pak Aan,
aku mengatakan maksud serta tujuanku sambil menyerahkan dompet cokelat yang aku temukan di
jalan, lengkap dengan semua isinya. Karena penasaran denganku, beliau bertanya “Kamu tinggal di
mana, dik? Dan kerja di mana?”

“Saya tinggal di desa Maju Sari, Pak. Kebetulan, untuk sekarang saya juga masih menganggur. Masih
menunggu beberapa panggilan kerja, tetapi sudah beberapa bulan belum ada kabar, pak.” Jawabku
dengan jujur.
“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya Pak Aan.

“S1 jurusan Manajemen Bisnis, pak” Jawabku.

“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya, dik. Kebetulan perusahaan sedang
memerlukan staff administrasi. Ini kartu nama saya, bila adik tertarik, besok tinggal datang saja ke
kantor dan bilang kalo saya yang menyuruh” Jawab Pak Aan.

“Wah ini beneran, pak?” Tanyaku yang seakan masih kurang percaya.

“Iya, dik. Saya sangat memerlukan karyawan yang jujur dan penuh dedikasi seperti kamu, jika kamu
memang bukan orang yang baik, pasti uang saya yang ada di dalam dompet ini sudah kamu ambil dan
tinggal buang dompetnya. Akan tetapi, kamu lebih memilih untuk mengembalikannya.” Pungkas Pak
Aan.

“Jika begitu terima kasih banyak, Pa. Besok, saya akan langsung datang ke perusahaan bapak dan
menyiapkan semua surat dan dokumen lamarannya.” Jawabku dengan penuh rasa semangat.

Lalu, aku pun berpamitan untuk pulang dan menyiapkan semua kebutuhan untuk besok. Aku sendiri
masih tidak percaya dan masih belum yakin dan merasa bahwa ini adalah suatu keajaiban.

UNSUR UNSUR PEMBANGUN TEKS CERPEN

Tema: Kehidupan bersosial

Tokoh: Galih dan Pak Aan

Alur: Maju

Latar: Trotoar, Rumah Pak Aan, Sedih, dan Bahagia

Gaya bahasa: Lugas

Sudut pandang: Orang Pertama

Amanat: Kejujuran adalah suatu sifat yang sangat mulia dan orang yang jujur akan
mendapatkan balasannya tersendiri
KELOMPOK 2

Baik Luar Dalam


Di suatu siang yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Lisa dan Yeni yang sedang mengerjakan
tugas sekolah di rumahnya Lisa. Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah dengan serius dan
suasananya pun menjadi sangat hening. Lalu, datanglah teman Lisa yang bernama Rosi di depan
rumahnya. Akan tetapi, Lisa sendiri seakan tak memperhatikan kehadiran Rosi tersebut.

“Lisa, itu di depan pintu ada Rosi yang sudah menunggu kamu, buruan temui dia, kasian sudah sejak tadi
Rosi menunggu kita.” Ujar Yeni yang sedang mengerjakan tugas di rumah Lisa.

“Bi, tolong bilang ke Rosi yang ada di depan rumah jika aku sedang pergi atau bilang lagi tidur gitu ya.”
Pinta Lisa kepada orang yang dipanggilnya Bibi, orang yang bekerja sebagai ART di rumahnya.

“Baik non, akan Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.

“Eh Lisa, kenapa kamu bersikap seperti itu kepada Rosi? Padahal kan Rosi pastinya sudah datang jauh-
jauh untuk datang ke sini, kenapa malah kamu usir, gak enak kan. Kasian dia, dia juga anak yang baik kok
Lis.” Ujar Yeni yang mencoba menasehati Lisa.

“Kamu itu gak paham sama Rosi apa Yen, dari luarnya memang dia tampak seperti orang yang baik,
ramah dan juga manis. Akan tetapi, masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang dengan
semudah itu saja, Rosi itu sekadar tampak manis di luar, tetapi di dalamnya sangat pahit tahu.” Jawab
Lisa dengan tatapan yang sinis.

“Loh, pahit gimana maksudnya Lis?” Balas Yeni yang masih merasa bingung dengan jawaban Lisa.

“Tahu gak sih kamu Yen, Rosi itu sering banget lho membicarakan keburukan orang lain. Bahkan, dia
juga sering banget membicarakan keburukan temannya sendiri di belakangnya. Pokoknya bakal banyak
banget deh kalo harus dijelasin.” Jawab Lisa dengan nada yang sinis.

“Rosi itu sangat berbeda dengan kamu, Yen. Meskipun kamu itu judes dan sering ceplas-ceplos kalau
sedang ngobrol sama aku, tetapi setidaknya kamu memiliki hati yang tulus, Yen. Menurutku, kamu
bukan tiper sahabat yang baik di luarnya saja, tetapi di dalamnya busuk. Dalam hubungan pertemanan,
aku tak memerlukan penampilan luar dari seseorang, Yen” Jelas Lisa panjang lebar kepada Yeni.

Unsur Intrinsik Cerpen Baik Luar Dalam

Tema: Persahabatan. Alur/plot: Maju.

Setting: Rumah Lisa, depan rumah, siang hari yang cerah, sinis.

Tokoh: Lisa, Yeni, Rosi, dan Bibi pembantu rumah.

Watak: Lisa (protagonis), Rosi (antagonis), Yeni (netral).

Sudut pandang: Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.

Amanat: Dalam menjalin pertemanan, kita harus selalu baik di depan dan tidak menjelek-jelekkan
orang lain.
KELOMPOK 3

Hafalan Alex

“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

Suara lantang Alex ditertawakan dan diteriaki oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah ketika
menyebutkan sila kedua yang tercantum dalam Pancasila. Bu Yati selaku guru kelas 4 SD pun
menggelengkan kepala, tetapi sambil tersenyum. Materi mengenai Pancasila telah dijelaskan sejak dua
minggu yang lalu. Akan tetapi, Alex masih belum juga hafal. Padahal, semua teman yang lain semuanya
sudah berhasil menghafalkan Pancasila.

“Tidak apa-apa, Alex. Kamu hafalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu Yati
berbicara dengan lembut.

Alex tidak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, tepatnya di samping meja Bu Yati. “Akan tetapi,
Bu, berarti aku bukan warga negara yang baik dong? Aku kan nggak hafal Pancasila?”

Bu Yati pun tersenyum kembali, lalu ia berbicara serta memberikan penjelasan.

“Orang yang hafal Pancasila belum tentu dapat mengamalkannya dengan baik dan benar. Warga negara
yang baik, tak sekadar mampu menghafal, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam
Pancasila dengan baik dan benar. Contohnya, bisa aja Mamar sudah berhasil menghafal Pancasila, tetapi
dia masih malas beribadah dan senang berbohong. Nah, hal seperti itu yang tidak mencerminkan nilai
Pancasila dari sila yang pertama.”

Alex mengangguk sebagai tanda paham, lalu teman-teman sekelasnya pun turut mengangguk. Lantas,
semua murid pun kembali ke tempat duduk untuk mengikuti pelajaran hingga waktu belajar selesai.

Saat jam sekolah telah usai, Alex mengajak Mamat untuk segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru
pulang, tetapi pergi ke mushola sekolah untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur. Bu Yati yang melihat
mereka dari kejauhan pun tersenyum dengan penuh rasa bangga

Unsur Intrinsik Hafalan Alex

Tema: Pendidikan karakter anak

Tokoh: Alex, Bu Yati, Mamat

Penokohan: Alex (polos, pelupa, ingin tahu banyak hal), Bu Yati (Baik hati, sabar, dan ramah), dan
Mamat (agak bandel, tetapi penurut)

Latar: di dalam kelas, pagi hari

Alur cerita: maju

Sudut pandang: orang ketiga karena ditandai dengan menggunakan kata ganti seperti ‘ia’ dan ‘dia’

Amanat: Pendidikan Pancasila harus ditanamkan sejak dini dan setiap warga negara harus
mengamalkan nilai-nilai Pancasila merupakan cara menjadi warga negara yang baik.

Anda mungkin juga menyukai