Anda di halaman 1dari 3

Dulu sekali, ketika aku masih kecil dan tampak seperti seorang anak kecil yang lugu.

Waktu itu hari


hariku diisi dengan kegembiraan, tanpa beban kehidupan dan kisah romansa yang sesungguhnya
sangat memilukan. Waktu itu aku tak sama seperti sekarang, aku hanya tau main dan belajar yang
sangat menyenangkan karena dibarengi dengan teman teman yang membuat hari hari ku sangat
gembira. Kadang sewaktu waktu aku sering lupa waktu, bermain sampai sore dan pulang dimarahi
oleh ibuku. Namun itu sudah biasa, aku hanya mengangguk dan besoknya melakukan lagi hal yang
sama. Begitupun dengan aku dan teman teman, kita seringkali bertengkar karena hal sepele namun
satu jam kemudian kita baikan dan main bersama kembali. Sangat menyenangkan bukan, tidak ada
beban masalah yang dipikirkan begitu mendalam seperti sekarang. Karena memang semuanya
perlahan akan berubah, dari cara berfikir, kedewasaan, begitu pula perkembangan zaman.

Sekarang aku aku seperti dulu lagi, terbebani banyak masalah kehidupan yang sangat memusingkan
kepala, hidupku ini bagaikan hanya untuk memikirkan dan menyelesaikan masalah yang tak kunjung
reda. Hari hariku sekarang diawali dengan pikiran, mulai dari tugas perkuliahan, masalah
pertemanan serta percintaan. Memang pada dasarnya tidak ada seorangpun yang hidupnya tanpa
beban, aku yakin semua orang yang masih bernafas mempunyai beban pikiran yang menerpa.
Namun mengapa begini Tuhan, aku seperti orang yang paling sengsara di dunia ini. Kehidupan ini
sangat berat bagiku sekarang, teman teman ku menjauhi ku karena sedikit pertikaian antara kita,
kenapa tidak seperti dulu, tak lama kita langsung baikan kembali. Aku sedikit benci atas perubahan
ini, namun aku juga harus berubah mengikuti masa dan aku harus dewasa dengan keadaan. Memang
keadaan yang menylitkan membuat kita down dan bercucuran air mata serta bertanya tanya kenapa
Tuhan mengirimkan cobaan sebesar ini. Tapi aku harus kuat, menghadapi semua masalah yang
menerpa menyiksa diri, hidup memang banyak masalah tergantung kita menyikapinya, dan aku
harus tabah dan sabar menerima semua cobaan ini. Kalau bisa aku ingin kembali ke masa lalu,
namun itu tidak mungkin, aku tak mampu memutar waktu.

Namaku Zamet, lahir di Yogyakarta, 01 februari 1993. Aku anak pertama dari dua bersaudara, aikku
laki laki, tetapi kita kurang akrab dan udah lama tinggal berjauhan. Ya aku sudah 5 tahun tinggal di
Jakarta untuk kuliah, sedangkan keluargaku mereka tinggal di Yogyakarta. Aku di Jakarta tinggal
bersama paman dan bibi ku, namun karena sedikit masalah aku pindah dan memilih untuk membeli
rumah sendiri. Sudah 3 tahun aku tinggal sendiri dan teman temanku kadang main kerumahku.
Orangtuaku sibuk dengan pekerjaannya masing masing, dan aku bertemu mereka setahun sekali pas
hari lebaran, itupun aku harus menemuinya ke Yogyakarta. Orang tuaku belum pernah menjengukku
ke jakarta, hanya mengantar saat pertama kali aku pindah ke Jakarta, begitupun dengan adikku. Aku
sangat membenci adikku, karena dari dulu dia selalu merenggut kebahagiaanku.

Hiruk pikuk kehidupan pasti akan menerpa menyiksa diri, kisah percintaan juga tak seindah yang aku
bayangkan, yang sebenarnya sangat membingungkan. Aku dulu tak mengenal apa itu cinta,
begitupun cinta dari orang tua. Tapi sekarang, seiring berjalannya waktu aku beranjak dewasa dan
mulai mengenal apa itu cinta, aku mulai merasakan gejolak asmara dalam diri dan terus membara.
Pertama kali aku mengenal cinta yaitu dengan mengenal seorang perempuan yang bernama Eliza,
dia seorang perempuan desa yang sederhana namun anggun dengan kesederhanaanya. Aku
mengenal Eliza di acara perayaan ulang tahun Zavier temanku. Pada saat itu aku sedang berbincang
bersama salah satu temanku Josep dan Eliza melewat didepanku dan Josep. “wih siapa tuh, cantik
bener ya Jos” kataku berbisik kepada Josep, “Itu sodara gua, kenapa? Lu suka?” ungkapnya balik.
Aku tak percaya kalo itu sodara Josep, Karena jenis kulit mereka yang berbeda “ seriusan lu?, kok
beda jauh anjir”,”serius lah, masa bohong hahaha” Josep menjawab sambil tertawa, akupun
menjawab “ yowes lah terserah kamu aja haha”. Setelah berbincang dan makan makan, acara pun
selesai dan aku segera pulang menggunakan mobil kesayanganku. Tidak lama aku mengendarai
mobil, aku melihat seorang cewek sedang mengoprek motornya yang tidak tahu kenapa. Tanpa fikir
panjang akupun turun dari mobil dan bergegas menghampirinya “Assalamualaikum mba, ada yang
bisa dibantu?” dia menatapku dan akupun terkaget kaget karena cewek itu adalah perempuan yang
aku lihat di pesta tadi. “Mmm ini kak ban motornya bocor, mana udah malem gak ada tukang tambal
ban yang buka” ujarnya, “oh begitu, gimana kalo kamu saya antarin pulang, biar nanti motornya
asisten aku yang urus, gimana?”, “Hm emang kakak orang mana? Namanya siapa? Alamat
lengkapnya dimana?” tanyanya sangat teliti. “namaku Zamet, temen sodara kamu Josep, nama kamu
siapa? aku tadi melihatmu di pesta ulang tahun Zavier” jawabku cukup panjang lebar. “Oalah kakak
temen sodara aku Josep? Maaf aku tidak kenal, kenalin nama aku Eliza”. Pada saat itu aku mengenal
Eliza dan itu nama yang cantik, persis seperti orangnya. Akupun segera mengantar Eliza pulang
karena melihat jam sudah menunjukan jam 1 malam. Setelah mengantarkan Eliza pulang aku juga
bergegas pulang.

Setelah hari itu aku melihat Eliza lagi di kampus, ternyata Eliza juga kuliah di kampus yang sama
denganku. Aku heran, kenapa dia bisa kuliah di kampus yang sangat bagus, sedangkan kelas ekonomi
dia yang sangat rendah. Saat di kelas aku menanyakannnya kepada Josep tentang Eliza yang bisa
kuliah di kampus ternama in. Ternyata kata Josep, Elisa adalah anak yang pintar dan gigih, dia
mendapatkan beasiswa dan bisa berkuliah di Universitas Ternama. Aku mulai penasaran dengan
kepribadiaan Eliza dan mulai menanyakannya kepada Josep serta sering memperhatikan Eliza.

Eliza adalah anak tunggal dari keluarga yang sederhana, ayahnya sudah meninggal saat Eliza masih
kecil dan ibunya menjanda sampai sekarang. Dia terlatih menjadi anak yang pintar dan mandiri
karena dari kecil Eliza hanya ditanggung oleh ibunya, dan sekarang dia juga harus membiayai ibuya
yang sakit sakitan. Jadi selain kuliah, Eliza juga harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di waktu
senggangnya. Namun Eliza adalah seseorang yang sangat tegar dan ceria, dia juga pintar jika di
bandingkan dengan teman sekelasnya.

Melihat kepribadiaan Eliza, aku sangat tertarik dan jatuh cinta padanya, namun aku malu untuk
mengakuinya. Aku hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan dan sesekali mencari perhatian
kepadanya. Pada suatu waktu hujan rintik rintik, aku melihat Eliza sendirian sedang menunggu hujan
reda di depan gedung perkuliahan. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku
menghampirinya dan ingin mengajaknya pulang bersamaku. “ Hi Eliza, kamu sedang apa disini?”,
Eliza pun menjawab “sedang menunggu hujan reda kak” jawabnya, “jangan panggil kakak dong,
panggil aja Zamet, kan kita seumuran hehe” Eliza pun mengangguk dan bertanya “ kamu belum
pulang? Ini kan udah sore?”, “iya, tadinya aku mau pulang, eh lihat kamu lagi neduh sendirian, mau
pulang bareng?”. Eliza pun menyetujuinya sambil malu malu, kebetulan dia hari itu tidak membawa
motor. Di dalam mobil kita hanya terdiam bisu dan bingung mau berbicara apa, maklum aku baru
mengenal cinta dan belum punya skill buaya hahaha. Tak lama kemudian kita sampai di rumah Eliza,
terlihat ibunya sedang menunggu didepan rumah sambil menggunakan syal. Akupun di ajak sama
Eliza untuk mampir dulu dan akupun memperkenalkan diri kepada ibunya. Ibunya sedikit bertanya
tentang keluargaku dan aku sedikit malas untuk menjawabnya, namun aku balas dengan santai.
Setelah cukup lama berbincang, aku pun segera pamit untuk pulang, karena hari sudah mulai malam.
Saat di rumah aku selalu kepikiran tentang Eliza, dan melihat ibunya tadi sepertinya ibunya juga suka
sama aku, dia menerima aku dengan ramah.

Setelah cukup lama memendam rasa, hari itu aku memberanikan diri untuk mengungkapkan seluruh
isi hatiku kepada Eliza. Aku menyuruh Josep untuk mengajak Eliza makan malam di Cafe Burned. Tiba
saatnya, aku melihat Eliza datang sendirian dan dia merasa canggung melihatku berada disana
sendirian. Sengaja aku menyewa satu Cafe ini spesial untuknya, karena malam ini adalah malam
yang spesial. Dia bertanya kepadaku, “ Dimana kak Josep? Ini ada apa, kok sepi begini?”,”hm Josep
tidak ada disini, aku sengaja mengatur acara ini agar kita bisa makan malam berdua”ucapku sambil
malu malu. Akupun mulai mengungkapkan perasaanku kepada Eliza, aku mengungkapkan semuanya
berharap Eliza bisa menerimanya. Namun siapa sangka aku ditolak secara halus, dengan alasan dia
ingin fokus kuliah. Aku menerimanya sambil dalam hati aku sebenarnya merasa malu dan hal ini
membuat aku semakin canggung untuk berdekatan bersama Eliza. Selesai makan, kami aku segera
mengantar dia pulang dan diperjalanan kami terdiam bisu satu sama lain.

Memang berharap kepada manusia itu sangat menyakitkan jika hasilnya tidak seuai dengan
ekspetasi, aku rapuh dan sakit selama satu minggu penuh. Namun aku harus bangkit dan
memperbaiki keadaan, aku harus optimis dalam menjalani hidup.

Anda mungkin juga menyukai