Anda di halaman 1dari 9

IS ALL ABOUT DESTINY

Bagiku takdir merupakan hal yang sangat tidak bisa di prediksi. Seperti bagaimana kita bertemu
dengan jodoh kita di masa depan. Cerita ini berawal setelah lulus di perkuliahan. Perkenalkan namaku
Desi Nantari, biasa dipanggil Desi. Aku adalah orang yang sangat patuh terhadap aturan, luar maupun
dalam (keluarga). Di perkuliahan aku mengambil jurusan pendidikan matematika. Nah karna nilai ku
cukup mumpuni, setelah lulus langsung terdafatar disuatu sekolah menjadi guru tetap. Akan tetapi,
lokasi sekolah itu sangat jauh dari tempat ku yang sekarang. Karna bingung aku pun cerita ke orang tua.
“Yah,bu bagaimana ini? Aku telah terdaftar di sebuah sekolah menjadi guru tetap. Tapi lokasi nya sangat
jauh, dan pasti akan pindah ke daerah sana.” Tutur aku yang gelisah

“Yaudah, karna sudah terdaftar, mau bagaimana lagi. Ayah sama ibu mendukung kok asal kamu nya mau
dan suka dengan pekerjaan mu.”DIbalas oleh sang ayah dengan senyuman ikhlas
“Iya yah. Aku mau yah. Dari dulu cita cita memang ingin menjadi guru yah” Jawab aku dengan semangat
“Baik.. besok kita kesana ya des”

Jadi keesokan hari nya aku,ayah, dan ibu pergi mengunjungi lokasi tempat aku akan mengajar.
Ternyata tempat nya di perdesaan pelosok. Yang mana jaringan susah, kalau mau mandi pun harus ke
sungai dan sebagai nya. Setelah melihat itu, sang ayah dan ibu pun agak ragu dengan lokasi yang akan
ditinggali oleh anak nya.

“Desi, apakah kamu yakin mau hidup dan bekerja disini? Ayah dan ibu juga tidak bisa menemani kamu
disini” Tutur ibu dengan rasa cemas

“Aku suka bu, yah. Karna disini aku merasa tenang, alam nya sejuk, dan banyak anak-anak” Jawab aku
dengan semangat.

“Baik lah. Kita cari tempat kamu tinggal dulu ya di sekitar sekolah ini” Balas ayah
“Baik yah”

Kami pun mencari rumah untuk ditinggali. Ternyata disana kebanyakan rumah nya harus
dikontrak dan tinggal sendiri. Sang ayah pun tidak setuju dengan hal itu. Aku pun juga pengen nya
rumah yang ada penghuni nya. Tidak sekedar rumah kosong yang akan ku tempati. Setelah beberapa
lama mencari, akhir nya kami menemukan rumah yang bisa ditinggali walaupun jarak nya cukup jauh
dari sekolah an. Tapi tidak apa, sang ayah dan ibu pun menyetujuinya. Sebelum berpisah, ayah dan ibu
pun berpesan

“Des, ingat disini adalah lingkungan baru kamu. Jaga prilaku, jangan macam-macam, perlihatkan kamu
emang anak yang layak dibilang guru ya des” Tutur ibu kepada ku dengan sedih
“Iya des, kalau ada apa-apa, hubungi kami dengan cara apa pun. Ayah dan ibu akan kesini sekali
seminggu untuk melihat mu ya des” Tutur ayah sambil memeluk ku

“Iya yah” Jawab ku sambil menangis tersedu sedu

Setelah ayah dan ibu pergi, aku tinggal dengan keluarga disana. Walaupun yang ada Cuma ibu
dan anak nya, tapi mereka menyambutku dengan hangat. Si ibu bernama Ani, dan anak nya bernama
Santi. Karna aku orang baru, bagaimana pun aku akan membantu semua yang bisa ku bantu. SI ibu pun
sempat mengbrol sama ku

“Des, kamu kenapa pindah ke daerah ini? Kan kamu dari kota dan disini perkampungan loh” Tanya bu
Ani agak bingung

“Jadi gini bu, setelah lulus baru-baru ini, aku telah di tempat kan di sekolah sini bu. Aku dipekerjakan
sebagai guru tetap bu. Lagian disini bagus bu. Lingkungan nya asri, alam nya sejuk, orang-orang nya pun
ramah” Jawab ku dengan semangat

“Oh begitu. Bagus lah kalau begitu des. Semoga lancar kamu kerja nya ya” Balas bu Ani dengan senyum
lebar

Setelah percakapan itu aku pun mempersiapkan diri untuk hari besok. Hari pertama bekerja di
sekolah menengah atas sebagai guru tetap. Walaupun agak deg-degan, tapi aku jadi sangat semnagat.
Karna disini aku tidak punya kendaraan, ke sekolah aku menggunakan angkot. Akan tetapi angkot di
daerah yang tinggali ada nya sangat pagi. Sekitar jam 6 an angkota nya lewat. Karna ku orang baru disini,
jadi nya kelewat angkot nya. Akhir nya aku berlari di hari pertama ku menuju sekolah. Syukurnya aku
tidak terlambat karna beberapa guru lain juga telat.

Disana aku melihat banyak nya wajah baru yang tidak ku kenal. Karna orang baru, aku pun
menyapa semua orang yang ada disana. Akan tetapi ada hal aneh. Diantara semua orang yang ku sapa
atau mengenalkan diri ku, ada satu orang cowok yang diam dan tak acuh dengan ku.Karna bingung aku
pun menanyakan tentang diri nya kepada guru yang sudah lama mengajar disana. Ibu itu bernama Rina,
guru yang mengajar pelajaran Biologi

“Bu, maaf itu orang yang sedang membaca koran juga guru disini bu?” Tanya ku dengan penasaran

“Oh dia? Iya des. Dia pak Nanda, guru olahraga disekolah kita. Kenapa tidak kamu saja yang langsung
bertanya? Jawab ibu agak bingung

“Oh pak Nanda ya bu. Tadi saya sudah memperkenalkan diri bu di depan semua nya. Tapi pak Nanda
cuma diam saja bu. Saya jadi takut menganggu kegiatan nya”

“Pak Nanda biasanya orang yang mudah di ajak komunikasi loh. Apalagi orang baru disekolah ini.
Mungkin kamu udah pernah kenal sebelum nya? Atau kamu bagian masa lalu nya? Tanya ibu Rina
dengan penasaran

“Tidak bu. Saya belum pernah mengenal nya.” Jawab ku agak kaget mendengar perkataan ibu Rina
“Hahaha. Iya ibu hanya bercanda, tapi mana tau beneran kan” Jawab ibu Rina dengan nada tertawa

Setelah perbincangan ku dengan ibu Rina, dia(pak Nanda) hanya melihat sekilas dan
melanjutkan aktivitasnya yaitu membaca koran. Tapi ya sudah, mungkin memang lagi sibuk atau
bagaimana aku pun tidak tahu. Tapi karna dari kata-kata ibu Rina, biasa nya pak Nanda mudah
berkomunikasi dengan orang baru, aku pun jadi penasaran akan hal itu. Terlepas dari pada itu, semua
guru baru di panggil keruang kepala sekolah untuk memperkenalkan diri dan dari kepala sekolah nya
pun menyambut kami sebagai guru baru serta menjelaskan tugas kami masing-masing. Karna aku dari
jurusan matematika, aku langsung di tunjuk sebagai guru matematika yang mengajar anak kelas 10.

Hari itu telah ku lewati dengan gembira. Mendapat banyak pengalaman bagaimana kehidupan
nyata sebagai seorang guru. Tak hanya itu, aku pun langsung praktek mengajar anak kelas 10. Walaupun
itu belum masuk ke pelajaran inti,aku sudah berkenalan ke seluruh murid di kelas itu. Beberapa murid
nampak antusias, karna dalam beberapa tahun terakhir belum ada guru tetap yang masih tergolong
muda. Keuntungan nya jadi bisa lebih memahami karakter siswa-siswa yang ada di sekolah.

Setelah beberapa minggu aku telah menjalani aktivitas sebagai seorang guru. Tapi ada satu hal
yang masih membuat ku bertanya-tanya. Yaitu tentang Pak Nanda.Misal saat aku ingin bertanya
sesuatu dia hanya menjawab tidak tahu dan langsung pergi. Kenapa? Apakah aku ada bersikap salah
kepada nya? Karna dia hanya bersikap dingin hanya kepada ku. Jadi hari itu aku memberanikan diri
untuk bertanya mengenai hal tersebut.

“Permisi pak, saya kan sudah beberapa minggu menjadi guru disini. Tapi saya belum terlalu mengenal
tentang pak Nanda. Apakah boleh saya mengobrol sebentar pak?” Tanya ku agak gugup

“…” Tiba-tiba pak Nanda langsung pergi.

Nah karna hal itu semakin jelas. Dia memang sengaja menjauhi ku. Karna dia memang menjauh,
aku pun juga merasa tidak pernah berbuat salah kepadanya, jadi hal tersebut tidak terlalu ku fikirkan. Di
hari yang sama, ayah ku pergi mengunjungi tempat tinggal ku. Akan tetapi aku masih mengajar sampai
sore. Jadi aku menelfon nya untuk menunggu jika sudah datang. Hal yang tak tertuga pun terjadi.
Sesampai di rumah, aku melihat dari kejauhan ayah ku lagi asik mengobrol dengan pak Nanda. Aku pun
bingung, karna tadi disekolah aku masih melihat pak Nanda sebelum terakhir mengajar.

“Eh pak, kok ada disini?” Tanya ku penuh kebingungan

“Iya bu, kebetulan saya tinggal di belakang rumah ibu, lalu tadi melihat bapaknya ibu” Jawab pak Nanda

“Nah kalian kan kerja di tempat yang sama, tadi dari yang sudah ayah tanya, dia juga belum menikah,
kalian jadi aja bagaimana” Tanggap sang ayah dengan semangat

“HAH?? Ayah bercanda nya jangan kearah sana ya yah” Jawab ku dengan sedikit amarah

“iya, ayah Cuma bercanda kok” Jawab ayah


Setelah itu, pak Nanda pamit untuk pulang. Dan memang, rumah nya tepat di belakang rumah
yang sedang ku tempati. Aneh nya, walaupun sudah mengenal ayah ku, sikap nya masih sama seperti
sebelum nya saat di sekolah. Ayah memang rutin mengunjungi tempat ku sekali seminggu.

Diminggu depan ayah juga mengunjungi tempat tinggal ku. Setelah sampai ia ingin beli rokok
dulu sebentar di luar. Karna kedai nya dekat, jadi ku piker akan sebentar. Akan tetapi sudah satu jam,
ayah pun belum balik dari beli rokok. Jadi ku kunjungi juga kedai tempat ayah beli rokok. Terlihat di
mata ku ayah dengan pak Nanda sedang asik bercerita sambil merokok bersama. Karna takut
menganggu mereka aku pun langsung balik ke rumah. Setelah kisaran dua jam, ayah ku balik dari kedai
itu.

“Yah kok lama sekali beli rokok nya” Tanya ku pura-pura bingung

“ Iya des, tadi ayah bertemu kembali dengan kenalan kamu, si Nanda.” Jawab ayah dengan ketawa tipis

“Oh pak Nanda yah? Dia itu orang nya bagaimana yah?

“Dari pandangan ayah, dia orang yang banyak tahu. Bahkan meja dan beberapa perkakas lain nya
buatan sendiri loh” jawab ayah dengan kagum

“Waw luar biasa yah” Jawab ku juga kagum

Setelah beberapa minggu, memang setiap ayah pergi mengunjungi ku, ketika itu juga pak Nanda
menemui ayahku. Karna sudah sangat akrab, ayah ku memutuskan untuk menjodohi kami. Karna
kekhawatiran terhadap putri nya yang tinggal sendirian, dan ayah juga sudah susah untuk tiap minggu
pergi mengunjungi nya.Sebagai putri yang menurut, aku pun menyetujui perjodohan tersebut.
Walaupun tinggal dan menjadi guru disini baru sekitar dua bulan,aku dinikahkan dengan pria yang
belum terlalu ku kenal. Karna di mata ayah, Nanda adalah sosok suami yang bisa menjaga istrinya
dengan sangat baik. Semua guru disekolah dan orang-orang yang ada disekitar sana pun mendukung
pernikahan kami. Karna memang Nanda sangat dikenal baik oleh warga sana.

Setelah menikah aku pun pindah dari rumah sebelumnya, dan mencari kontrakan baru. Aku pun
berterima kasih dan berpamitan dengan ibu Ani dan Santi yang sudah menyediakan tempat tinggal yang
layak dan memberikan perlakuan khusus seperti makanan, minuman, dan meja belajar

“Bu Ani, Santi terima kasih banyak selama dua bulan ini sudah menerima saya untuk tinggal disini” Ucap
ku tersedu-sedu karna ingin pindah

“Sama-sama des. Semoga kamu hidup sakinah mawaddah warahmah dengan suami mu ya” Balas bu Ani
yang mata nya berkaca-kaca

“Jangan lupa kapan-kapan main kesini ya” Ucap Santi sambil memeluk ku

“Pastiii” Jawab ku sambil memeluk erat Santi dan bu Ani


Bagus nya, kontrakan kami berada dekat dengan sekolah. Karna dekat, yang biasa nya naik
angkotan umum, sekarang aku bisa hanya dengan berjalan kaki. Rumah yang ditinggali kami hias
sebagus mungkin agar nyaman untuk di tempati. Seperti membeli kebutuhan dapur baru, kebutuhan
kamar mandi, dan sebagainya. Beberapa juga ada yang langsung di buat oleh Nanda. Seperti meja untuk
computer.

Awal nya ku pikir bahwa menikah dengan Nanda akan membawa ku ke kebahagiaan. Namun
setelah menjadi istrinya, perlahan-lahan watak asli nya terlihat. Yang awal nya tenang, lama lama suka
marah. Bahkan sampai keluar kata-kata yang seharus nya tidak terucap dari mulut seorang suami. Tapi
bagaimana pun aku tetap sabar dalam menghadapi tantangan ini.

Terlepas dari bagaiamana sifat Nanda berubah, kami dikaruniai anak di satu tahun pernikahan
kami. Karna aku berprofesi sebagai guru, walaupun hamil tetap mengajar seperti biasa nya. Namun di
bulan-bulan mau melahirkan, Nanda ada keperluan dinas ke luar kota

“Mas, kalau nanti anak kita lahir kamu harus ada ya” Ucap ku terhadap Nanda

“Ayah saja yang menemani kamu ya. Mas ada dinas luar kota dan itu sifat nya wajib” Jawab Nanda
dengan nada santai

“Baiklah hati-hati ya mas” Balas ku dengan rasa kecewa

Karna Nanda pergi dinas, ibu dan ayah lah yang menemani prose kelahiran anak ku yang
pertama. Proses lahir nya alhamdulillah berjalan dengan lancar. Saat pertama kali melihat wajah anaku,
air mata otomatis keluar dan sangat bersyukur atas kelahiran nya. Ibu dan Ayah pun turut bahagia atas
kelahiran anak pertama ku. Ayah langsung mencoba untuk menghubungi Nanda bahwa anak nya sudah
lahir. Akan tetapi Nanda tidak menjawab panggilan ayah

“Wahh ganteng sekalii.. sebentar ayah akan menelfon Nanda” Ucap ayah dengan gembira

“…” Telfon ayah tidak diangkat oleh Nanda

Karna tidak ada kabar dari Nanda, pemberian nama anak pun di tunda sampai Nanda pulang.
Satu minggu kemudian, Nanda pun pulang dari dinas luar kota. Dengan ekspektasi tinggi aku berharap
Nanda sangat bahagia melihat anak pertama nya. Namun, muka Nanda datar dan langsung tidur tanpa
mengucap satu patah kata. Selang beberapa jam, aku bertanya kepada Nanda.

“Mas, nama anak pertama kita apa ya mas?” Tanya ku

“Terserah” Jawab nya

Karna respon dari Nanda seperti itu, aku pun merasa sedih dan kecewa. Apa boleh buat, anak
pertama ku namakan “Rahman” yang berarti pengasih. Nanda pun menyetujui nya. Semenjak balik dari
dinas luar kota, sifat Nanda jadi semakin parah. Bahkan sering tidak pulang kerumah. Saat ku tanya dia
nya darimana...
“Mas darimana? kok subuh baru pulang” Tanya ku khawatir

“…” Tidak ada jawaban lagi

Karna hal itu, aku pun menelusuri apa yang terjadi terhadap Nanda. Ku jumpai teman-teman nya
yang di sekolah, jawaban mereka juga bingung. Akhir-akhir ini dia menjadi mudah emosi dan pendiam.
Aku awal nya ingin mengikuti Nanda, tetapi aku juga harus merawat Rahman karna masih bayi. Karna
aku masih terikat untuk menjaga Rahman, aku tetap berpikiran positif bahwa Nanda akan berubah
kembali seperti biasa nya.

Enam tahun kemudian, Rahman telah beranjak ke jenjang sekolah dasar dan aku mengandung
anak kedua. Sifat Nanda pun masih belum berubah, malah semakin parah. Yang awal nya emosi lisan,
sekarang sudah main fisik. Seperti baru-baru ini, Rahman ada pertikaian di sekolah nya dan
menyebabkan luka di tangan teman nya. Rahman pun juga mengalami luka di bagian dahi nya. Karna hal
itu orang tua masing-masing anak di panggil menghadap guru di sekolah. Karna aku lagi mengandung,
aku minta tolong kepada Nanda untuk datang kesekolah nya Rahman

“Bapak nya Rahman?”

“Iya bu, ini anak saya kenapa?” Tanya Nanda

“Begini pak, anak bapak terlibat perkelahian dengan teman nya. Masalah nya hanya merebutkan sebuah
mainan kok pak. Tujuan saya memanggil bapak agar bapak tidak memarahi anak lain nya pak” Jawab
guru di sekolah Rahman

“Oh begitu buk. Terima kasih buk” Ucap Nanda

Nanda melihat Rahman dan temannya masih tersedu-sedu akibat perkelahian mereka. Akhir nya
mereka saling meminta maaf. Namun hal ini belum selesai sampai disitu saja. Setelah pulang, Rahman di
seret oleh Nanda kekamar dan memarahi nya habis-habisan. Sampai-sampai memukul Rahman dengan
rotan hingga patah.

“JANGAN BIKIN MALU ORANG TUA!!!” Sambil memukul Rahman

“Masss.. Sudah mas, sudah cukup hukuman nya mas” Ucap ku sambil menangis

“Maafkan saya yah, saya tidak akan melakukan hal yang bikin ayah malu” Balas Rahman sambil
menangis

Pemandangan saat itu adalah pemandangan yang sangat menakutkan yang pernah aku lihat
semenjak hidup di dunia ini. Badan anakku baru menginjak di bangku sekolah dasar memar semua.
Semenjak saat itu, Rahman sangat menakuti sosok ayah nya. Hingga tidak berani menatap ayah nya
sendiri. Hari itu menjadi trauma seumur hidup bagi Rahman. Namun aku sebagai ibu tetap disisi Rahman
memberi semangat dan rasa sayang.
Delapan bulan kemudian, anak ku yang kedua pun lahir ke dunia ini. Namun proses lahir nya
sangat diluar rencana. Aku, Nanda, dan Rahman lagi tenang menonton televisi sekitar jam sepuluh
malam. Lalu perut ku mendadak sangat sakit dan mulai pendarahan. Nanda dan Rahman panik melihat
ku begitu dan langsung menelfon pihak rumah sakit terdekat untuk proses pelahiran. Namun nahas nya,
dokter untuk melakukan proses bersalin baru saja pulang dan rumah sakit nya juga sudah tutup . Karna
melihat ku sangat kesakitan, Nanda mencoba menghubungi kenalan nya yang tahu rumah sakit yang
masih buka.

“Hello Farhan, ini darurat!! Istri ku mau melahirkan, tetapi rumah sakit dekat sini sudah tutup. Rumah
yang agak dekat dari rumah ku dimana ya?” Tanya Nanda dengan kepanikan

“Waduh Nan, kalau dekat sini udah pada tutup semua. Yang masih buka paling sekitar 10 km an”

“Wah jauh juga. Eh boleh pinjam mobil ga.. Kepepet nih han”

“Siap Nan. Langsung ke rumah saja.

Nanda pun membawa ku dan rahman dengan motor ke tempat teman nya. Setelah sampai kami
berangkat ke rumah sakit yang dibilang oleh Farhan tadi. Akan tetapi di dalam mobil, aku sudah
mengalami kontraksi dan pendarahan yang sudah lumayan parah. Nanda, Rahman dan Farhan di dalam
mobil bersama berdoa untuk keselamatan kami pada saat itu.

Tiba nya di rumah sakit, aku langsung di bawa ke ruang bersalin. Disaat proses melahirkan, hal
yang di luar dugaan terjadi kembali. Listrik di rumah sakit itu mati semua. Disaat bayi ku sudah mau
keluar, karna listrik mati bayi ku jadi naik kembali ke rahimku. Karna hal itu, tenaga ku juga mencapai
batas maksimum nya, dokter menyarankan untuk di bedah sesar. Karna Cuma itu satu-satu nya cara
dalam situasi tersebut. Nanda mendengar tersebut cuma bisa pasrah. Dan disaat itu pertama kali nya,
aku melihat tangisan Nanda yang benar-benar seperti tidak ingin kehilangan dua orang yang sangat ia
cintai. Dia tetap berbisik dengan tangisan itu di telinga ku

“Sayang, kamu bisa melewati semua cobaan ini” Ucap Nanda di telinga ku

Setelah mendengar itu aku merasa pertama kali nya sebegitu dicintai nya selama pernikahan
kita. Sebegitu tulus keluar nya kalimat itu dari mulut nya. Sesaat setelah mendengar hal itu, dokter pun
membius ku hingga pingsan.

Operasi sesar pun di lanjutkan dan alhmdulillah nya berhasil dengan baik. Walaupun dengan
kondisi listrik padam, dokter nya cekatan dalam melakukan operasi tersebut. Aku mengalami koma
selama sehari penuh. Seluruh keluarga ku sudah berada di rumah sakit itu. Bayi ku baik-baik saja
syukurnya. Tetapi semua orang melihat ku seperti sudah tidak ada lagi. Karna koma selama itu beberapa
anggota keluarga ku sudah pasrah akan hal yang terburuk. Ayah, ibu, Nanda, Rahman, dan beberapa
kerabat ku berdoa akan siuman nya diriku dari koma yang berlanjut ini.

Beberapa jam kemudia, akhir nya aku sadar kembali. Semua orang memeluk ku dengan hangat.
Dan aku melihat bayi yang baru kulahir. Sangat cantik sekali.
“Ini dia bayi mu des. Syukurlah kalian berdua selamat” Ucap Nanda sambil memeluk kami dengan
tersedu-sedu

“Terima kasih sayang” Balas kepada Nanda dengan kesenangan yang membuat air mata ku tak hendti
keluar.

Nanda yang awal nya bersikap acuh tak acuh dengan keluarga, menjadi sosok ayah yang sangat
mencintai keluarga nya. Bahkan anak ku yang kedua langsung dia yang memberi nama. Dengan nama
Thana. Yang berarti rasa syukur dari anugrah dan kesempatan yang di berikan dari Allah kepada
keluarga kita.

Sekarang Nanda tidak lagi emosian, bersikap kasar kepada anak nya, dan bahkan dia bersikap
romantis terhadap ku. Tiap malam minggu di ajak berdua makan malam, belanja mainan dengan anak-
anak, Sudah sering sholat dimesjid. Karna hal itu, aku merasa menjadi wanita terbahagia karna memiliki
suami sepertinya. Aku berharap hal itu berlangsung selama-lamanya.

Sekitar tiga bulan kemudian, di hari selasa. Nanda pergi berolahraga di sore hari. Terlihat bugar
dan hangat seperti biasa nya. Di tengah malam, Nanda mendadak kejang-kejang. Aku pun langsung
mencoba membangunkan dengan membaca kan ayat-ayat al-quran. Namun hanya dalam beberapa jam
saja, Nanda telah meninggal. Aku dan anak-anak sangat kaget dan mencoba minta pertolongan ke
tetangga-tetangga

“PAK BUK TOLONG SUAMI SAYA!! DIA SUDAH TIDAK BERNAFAS!!” Teriak panik meminta tolong dengan
tetangga di sekitaran rumah ku

Ketua RT langsung datang untuk melihat dan memang Nanda sudah meninggal. Dititik itu aku
merasa sangat di khianati oleh yang nama nya takdir. Baru beberapa lama aku merasa kan rasa nya
dicintai, disayangi , diperhatikan namun kau renggut langsung tepat di hadapan ku dan anak-anak ku.
Aku merasa sangat depresi. Namun anak ku yang pertama Rahman lah yang menyemangati ku untuk
tetap menghadapi cobaan yang di berikan Allah kepada keluarga kami.

Ayah dan ibu ku datang dan sangat berduka atas kepergian satu-satu nya menantu kesayangan
nya. Karna kedekatan nya dengan ayah ku. Aku pun juga berpikir kenapa bisa sangat mendadak
kepergian nya. Ternyata di waktu berduka Farhan datang menghampiri ku. Dan menceritkan semua yang
tidak ku ketahui mengenai Nanda

“Des, sebelum nya aku sangat berduka atas kepergian suami dan seorang sahabat bagi diriku. Aku juga
memiliki pesan dari Nanda jikalau dia meninggal. Sewaktu telah menikah, dia sempat dinas luar kota
kan? Saat itu sebenarnya di terhasut oleh teman-teman nya untuk menggunakan obat-obatan terlarang
yaitu narkoba. Karna itu sepulang dari situ emosi nya tidak terkontrol dan dia juga bercerita ingin
menghapus tentang apa yang telah dia lakukan. Namun dia masih setengah-setengah dengan hal
tersebut. Karna itu sikap nya terhadap keluarga sangat kasar. Akan tetapi setelah melihat mu saat proses
bersalin yang mana itu sangat menyakitkan, dititik itu dia berkomitmen terhadap diri nya untuk berubah
100% demi dirinya dan dirimu. Tapi karna sudah ajal nya, narkoba tadi tetap menjadi pemicu ia
mengalami serangan jantung. Jadi ku tolong maafkan semua kesalahan dia selama ia hidup dan terus lah
hidup dengan bahagia des. Dan satu lagi kenapa di awal-awal dia menghindar dari kamu. Karna dari awal
dia telah menganggap diri mu sebagai wanita yang akan menjadi pendamping hidup nya. Bukan secara
haram, namun halal. Karna itu orang pertama yang dia dekati adalah ayah mu des.” Ucap Farhan dengan
tangis penyesalan

“Terima kasih Farhan sudah menyampaikan pesan dari Nanda.” Setelah mendengar semuanya aku
hanya terdiam dan meratapi semua peristiwa yang telah ku lalui selama ini

Setelah mengetahui semua mengenai Nanda, aku semakin percaya bahwa dia adalah cinta sejati
ku. Walau bagaimana pun di akhir hayat nya telah memperlihatkan semua keindahan tentang apa yang
namanya cinta. Sekarang cinta ku yang besar ini ku salurkan semua kepada anak-anak ku dan fokus
membesarkan, mendidik mereka agar bisa menjadi pribadi yang baik dan budi pekerti.

Anda mungkin juga menyukai