Anda di halaman 1dari 16

Malas Sekolah

Minggu adalah hari libur yang membuat orang malas beraktivitas. Ada yang memilih berlibur
tapi ada pula yang memilih tinggal di rumah melepas lelah setelah seminggu penuh dengan
aktivitas. Begitu pula dengan Banu, dia memilih untuk bersantai di rumahnya. Sampai-
sampai setelah hari Minggu Banu masih belum siap menghadapi aktivitas sekolah yang
membosankan baginya.
“Nu, kamu tidak berangkat sekolah? Ini sudah siang lho. Nanti telat.” Tanya ibunya.
“Banu masih capek, Bu. Bolos sehari saja gak papa. Lagian gak ada PR dan tes kok. Santai
saja, Bu.”
“ Ya jangan begitu. Kamu sekolah itu bayar. Menuntut ilmu tidak bisa disepelekan begitu
saja Nu.” Jawab ibunya menyanggah.
“Sudahlah bu, Banu masih ngantuk mau tidur lagi.”
Melihat gelagat anaknya, ibunnya menjadi geram dan menyeret anaknya ke suatu tempat.
Kemudian ibunnya mengajaknya ke panti asuhan yang dipenuhi berbagai anak dengan latar
belakang yang berbeda.
“Nah, tuh, lihat mereka. Tak punya orang tua yang membiayai sekolah padahal mereka juga
ingin sepertimu.” Jelas ibunnya memberi tahu anaknya melalui kaca dalam mobil.
Kemudian ibunya mengajaknya melihat anak-anak yang mengamen di jalanan. “Lihat anak
itu, dia mengemis mencari uang. Untuk makan saja susah apa lagi sekolah.” Jelas ibunya lagi.
Kemudian Banu sadar dan akhirnya mau berangkat sekolah walau agak terlambat. Dia diantar
ibunnya sampai ke sekolah. Di perjalanan dia melihat anak sekolah yang berjalan pincang,.
Dalam hati dia berkata “Alangkah beruntungnya aku, masih punya fisik yang sempurna tapi
malah malas sekolah. Sedangkan anak cacat saja bisa semangat seperti itu.”
Cowok Jutek
“Mira, tadi ada yang nanyain kamu lho, si Bagus anaknya bos minyak itu.” Sambung Ella
pada mira agak genit. Mira hanya terdiam sambil membaca naskah lagu yang akan dia
bawakan minggu depan dalam acara kampus.
“Ada apa denganmu? Kawan, sepertinya kau sedang galau.”
“Baca puisi ini. Kau paham apa maksudnya?” Sambil menyodorkan naskah lagu yang
diambil dari pusi.
“Ini karya Bagas ya? Anak yang jutek dan pendiam itu? Kamu masih memikirkannya?”
Mira hanya mengangguk.
Tanpa di kata cinta tetaplah cinta,
Irismu yang begitu indah
Membuat hatiku selalu takjub
Hati mampu mematahkan segala logika yang ada
Kehadiranmu adalah cahaya bagi kegelapan
Memberi warna disaat hati ini abu-abu
Memberi nafas di lorong anggara
Yakinlah cinta itu ada
Tanpa kicaupun burung terbang dengan bebasnya
Hiduplah merdeka
Dengan bahagiamu
Karena aku akan menghampirimu..
Sayangku
“Aku yakin ini adalah pesan bagas untukku. Aku yakin dia merasakan apa yang aku rasakan.
Tapi kenapa dia tak pernah bicara?” tanya Mira pada Ella yang membaca naskah itu.
“Entahlah, aku bingung kenapa kau jatuh cinta pada model laki kaya gitu.”
“Dia itu berbeda. Dia itu unik dan yang paling membuatku gila adalah sorot matanya yang
tajam itu seperti elang yang menyambar mangsanya. Membuatku mabuk seperti ini.” Jelas
Mira.
“Iya tapi mana ada cinta abu-abu? Harus ada salah satu yang bicara.” Sahut Ella.
Sehari, dua hari, sampai seminggu Mira tidak kuat menahan perasaanya pada Bagas, akhirnya
dia menemui Bagas dan membicarakan sesuatu di taman dekat kampusnya.
“Ada apa Mira?” Tanya bagas singkat.
“Em, em, aku ingin mengatakan sesuatu yang serius padamu” Sambung Mira terbata-bata
karena grogi.
“Maaf, Mir, hari ini aku ada ujian. Jadi besok saja. Oke?” Sambung Bagas meninggalkan
Mira sendirian di taman.
“Aku mencintaimu.” Teriak Mira.
Bagas hanya menghentikan langkahnya sebentar dan kemudian berjalan meninggalkan Mira.
Mira hanya menangis tersedu-sedu di taman karena apa yang diungkapkannya sia-sia.
Ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan.
Keesokan paginya, dia dipanggil ayah dan ibunya untuk pulang ke rumah dari kosnya.
“Tadi ada seorang pria yang melamarmu nak, dia terlihat anak baik, ayah bisa mengetahui
betapa keseriusannya dari kata-katannya.” Kata ayahnya.
Mira mendengarkan kata-kata ayahnya dengan pilu tak bersemangat.
“Maaf ayah, Mira belum ingin menikah, hari ini aku kurang enak badan dan ingin istirahat di
kamar dulu.” jelas Mira kemudian meninggalkan ruangan tersebut.
Namanya Bagas.” Sahut ibunya.
Mendengar nama itu hatinnya langsung bergejolak, wajahnya kembali ceria dan matannya
berbinar-binar.
“Benarkah itu, Bu?”
“Iya benar.”
Keutamaan Sedekah

“Bu, hari ini barang dagangan Bapak hanya sedikit yang laku. Hanya segini yang bisa Bapak
berikan pada Ibu.” Sambil memberikan uang kepada istrinnya untuk kebutuhan rumah
tangga.
“Iya Pak. Nda papa yang penting Bapak sudah berusaha dan selebihnya ini adalah rejeki dari
Tuhan.”
Keesokan harinya, si suami berangkat bekerja dengan membawa barang dagangannya ke
pasar. Di perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang kebingungan di jalan.
“Ada apa nek?” Tanya pak Bejo menghampiri nenek tua tersebut.
“Nak, bolehkah saya meminta uang? Saya ingin pulang tapi tak ada ongkos.” Pinta nenek
lirih kepada Pak Bejo.
“Uangku juga mepet, dagangan dari kemarin gak laku, untuk makan saja kadang masih
kurang, ah tapi gak papa. Kata pak ustad sedekah bisa melancarkan rejeki, bismillah saja.”
Gumamnya dalam hati.
“Baiklah, Nek, ini ada uang segini buat naik bis nenek sampai tujuan ya. Biar saya antar
sampai terminal.” Ucapnya sambil mengantar nenek tersebut menuju terminal.
“Terima kasih nak, semoga rejekimu selalu lancar.”
“Amin, Nek”.
Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Bejo kembali ke pasar untuk menjual dagangannya.
Sesampainya di pasar, ada seorang pembeli yang memborong dagangannya sampai habis.
“Alhamdulillah rejeki memang tak ke mana. Memang sedekah bisa melancarkan rejeki.”
Gumam Pak Bejo bersyukur.
Scrub Gula Pasir

Di siang hari, Keke sedang berbincang – bincang dengan Rosa dengan begitu asyiknya.
“Ros, menurutmu Dion itu suka tipe cewe yang seperti apa sih?”
“Em, apa ya? Setahuku dia gak muluk-muluk sih, suka sama cewe yang alami apa adannya.”
Jelas Rosa.
“Jadi gak suka sama cewe bergincu gitu dong?” Tanya Keke.
“Ya seperti itu mungkin.”
“Lalu apa dong yang membuat bibir merah tanpa lipstik?”
“Coba saja pake scrub gula pasir setiap malam, bibir akan merah merona secara alami.”
“Oya?”
”Baiklah akan kucoba nanti malam demi mendapat cinta sang pangeran. Hahaha.”
“Seminggu lagi ada acara festival tuh di kampus, coba saja scrub-an rutin setiap malam.”
Sambung Rosa.
“Benar juga ya. Nanti harus tampil maksimal di depan sang pangeran.” Tukas Keke
mengiyakan. Beberapa hari sudah lewat. Di hari sebelum acara, Keke tampil seperti yang
dikatakan Rosa. Ketika melihat Keke, Rosa terkaget-kaget.
“Ada apa dengan bibirmu? Kenapa merah sekali? Berapa kilo gula yang kau gunakan? Itu
sensual apa bonyok ya?” Tanya Rosa terheran.
“Ini akibat gigitan semut setiap malam tau, sampai sesensual dan semerah ini, benar-benar
pengorbanan.” Jawab Keke.
“Oh My Good”.
Wirausaha

Yola adalah mahasiswi lulusan pertanian yang memilih berwirausaha daripada bekerja
kantoran. Uniknya, yang dia jual adalah produk olahannya sendiri yang dia racik dari
penelitian yang dia lakukan di kampus. Produk yang ia jual adalah sambal dengan campuran
rumput laut yang ekonomis dan sehat.
Awalnya dia memasarkan di kalangan teman kuliahnya sampai dosen dan staf kampus. Hasil
risetnya masuk dalam kategori produk riset terbaik tahun 2017. Selain hargannya yang relatif
terjangkau sesuai dengan kantong mahasiswa, produknya juga menyehatkan.
“Yol, apa sih yang membuatmu lebih suka berwirausaha? Padahal kamu termasuk mahasiswa
berprestasi loh, bisa masuk perusahaan manapun dengan mudah bahkan tanpa tes. Apalagi
produk sambalmu itu kamu jual dengan harga terjangkau, bagaimana kamu bisa meraih
keuntungan?” Tanya salah satu temannya penasaran.
“Iya memang, aku bisa saja menjual produkku ini dengan harga tinggi jika aku mau. Pasti
juga laku. Apalagi bagi orang yang paham kesehatan. Aku juga bisa saja bekerja di
perusahaan bonafit dengan gaji tinggi, bisa saja, tapi mohon maaf teman, aku kuliah tinggi-
tinggi bukan untuk uang atau balik modal dari seluruh biaya yang aku keluarkan. Aku
bahagia jika pekerjaanku bisa bermanfaat untuk orang lain baik dari segi biaya dan kesehatan
mereka.” Jelas Yola.
Mendengar penjelasan Yola, temannya langsung terdiam.
Rajin Belajar

Hari Senin yang cerah. Setelah anak-anak upacara bendera, mereka menuju kelasnya masing
masing untuk mendapat mata pelajaran dari guru. Hari ini ada mata pelajaran matematika,
Bahasa indonesia, Bahasa Jawa, dan PPKN.
Mata pelajaran pertama adalah matematika. Ibu guru menyuruh untuk mengerjakan halaman
5 sampai 6. Suasana kelas nampak hening ketika para siswa sedang mengerjakan soal.
Kemudian setelah selesai, bu guru berpesan untuk mempelajari materi perkalian dan
pembagian dengan soal cerita karena sewaktu-waktu bisa diadakan tes dadakan.
Setelah selesai mendapat pelajaran di sekolah, para siswa pulang. Tika, Dwi, dan Rima
pulang bersama jalan kaki karena jarak rumah mereka yang tak jauh dari sekolahan.
“Habis makan siang nanti kita bermain yuk. Di rumahku ada boneka baru yang dibelikan
ibuku dari Bandung.” Pinta Rima pada kedua sahabatnya.
“Asyik.” Ucap Dwi dengan penuh kegembiraan.
“Gimana, Tik, kamu bisa ikut tidak?”
“Aku tidak ikut saja. Mau belajar di rumah karena tadi kan ibu guru berpesan untuk belajar
karena siap-siap jika ada tes dadakan.” Sanjang Tika dengan polosnya.
Sesampai di rumah masing-masing, Tika langsung ganti baju, makan siang, solat, kemudian
istirahat siang sehingga malamnya dia bisa belajar dengan tenang dan konsentrasi. Sesekali
dia bertanya kepada kakaknya jika kurang paham dengan materi di buku.
Sedangkan Dwi dan Rima bermain boneka sampai larut sehingga tidak sempat mempelajari
materi. Keesokan harinnya mereka berangkat bersama dan sesampai di kelas ternyata
memang ada tes dadakan. Dwi dan Rima merasa kesulitan dalam mengerjakan soal dan
akhirnya nilainya jelek sehingga harus mengulang tes susulan.
Lain halnya dengan Tika. Dia mendapat nilai terbaik di kelas karena dia sudah belajar dengan
rajin sesuai nasehat gurunya. Ibu guru meminta agar Dwi dan Rima belajar dengan temannya,
Tika.
“Wah, Tik, selamat ya, nilaimu 10. Besok kita ikut belajar denganmu ya.” ucap Rima pada
Tika.
Tak Konsisten

Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap. Dia masih mengeliat
menahan rasa kantuk. Kemudian perlahan membuka matanya.
“Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia langsung bergegas mandi
dan merapikan diri lalu tancap gas untuk pergi ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat
menghadiri meeting yang diajukan dari jam biasannya karena bosnya akan segera ke luar
kota.
“Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni pada bosnya yang sedang memimpin
meeting.
”Silahkan duduk, Jon, tapi maaf hari ini proyekmu digantikan Hamid.”
“Tapi kenapa, Pak? Saya hanya telat sebentar.”
“Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di sini para pekerja profesional. Project itu sudah
lama saya percayakan padamu tapi kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat
sebentar, ada temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf, sudah
bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan tegas.
Langsung seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting selesai joni pergi
menuju meja kerjanya.
“Ada apa hari ini, Jon? Kamu sampai telat tak seperti biasannya.”
“Ini salahku, Mer. Aku begadang nonton bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada
project penting dan seharusnya menguntungkan bagiku.”
“Oalah makanya utamakan profesi dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit menasehati.
Baik Luar Dalam

“Ra, ada Sinta tu di depan nyariin kamu, ditemuin gih. Dah nungguin dari tadi.” Sahut Tina
pada Rara yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumah Rara.
“Bi, bilang aja aku gak ada, lagi diluar atau di mana gitu.” Pinta Rara pada Bi Inah yang
bekerja di rumahnya.
“Iya, Non.”
“Kenapa kamu kaya gitu sama Sinta? Dia sudah datang jauh-jauh tapi malah kamu usir. Dia
anak baik lho, Ra.”
“Iya dari luarnya memang baik, manis, ramah. Tapi apa hanya itu saja kamu mengukur sifat
seseorang? Dari luar memang manis. Tapi dalamnya pahit.”
“Pahit gimana?”
“Dia sering ngomongin keburukan temannya sendiri di belakang. Banyak pokoknya Tin,
yang tidak bisa aku jelaskan.”
“Lihatlah kamu ini. Judes, ceplas-ceplos sama aku. Tapi setidaknya hatimu tulus, Tin, bukan
baik di luar tapi dalamnya busuk. Aku gak butuh tampilan luar orang dalam berteman.” Jelas
Rara.
Semut yang Pindah Rumah
“Maju.. maju..
dia mendekat, cepatlah..
kita harus selamat sampai di sana..”
Begitulah suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun tidur. Meraka
keluar dari kediaman pertama mereka, berbaris entah itu menuju kemana. Perjalanan
mereka yang begitu panjang, membuat mereka takut akan terjadi sesuatu.
Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan ketika bangun
tidur mereka berbaris di dinding, sedangkan wajahku mengahadap kesana. Sontak aku
langsung kaget, saat itu juga rasa ngantukku hilang, padahal awalnya aku malas sekali
untuk bangun. Rasa takut meghampiriku. Tapi, lama-lama rasa itu mulai hilang, aku
mulai memperhatikan mereka dengan seksama, apa yang mereka fikirkan? Mengapa
mereka tampak terlalu tergesa-gesa berjalan?

Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan mengganggu
mereka.. hmm.. mereka terlalu berprasangka buruk terhadapku, tapi lama-kelaman
pasukan mereka bertambah sampai- sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang tadinya
niat tidak akan mengganggu mereka mulai merubah fikiran, kaya’nya mereka yang akan
menakut-takutiku.

Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak mereka
berkeliaran tak tau arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara mereka keluar dari
jalur yang ada, kehilangan arah kerena semburan tadi. Hidup mereka memang sulit. Ada
saja yang mengganggu mereka di tengah perjalanan. Tidak lama kemudian mereka
malui terarah lagi, telah berbaris dan jalan ke tempat tujuan awal mereka, mereka
mencari jalan baru yang tidak terkontaminasi dengan minyak angin tadi.

Aku menyerah untuk memganggu mereka. Aku biarkan mereka menuju tempat yang
lebih nyaman, perlahan aku tau ternyata mereka berjalan menuju rumah baru yang
lebih aman dari rumah sebelumnya. Ratu mereka memerintahkan untuk pindah karena
tempat yang lama di rasa sudah tidak memberikan perlindungan bagi meraka lagi.
Perjalanan mereka yang jauh akhirnya bermuara pada tempat yang lebih baik dari
sebelumnya, disana mereka kembali menata kehidupan mereka.

Dari kisah semut tadi aku belajar perjalannan hidup yang mahal harganya. Dimana saat
kita telah mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita, maka jika di tengah
perjalanan dalam menggapai impian itu kita jatuh. Langsung bangkit, temukan jalan lain
yang lebih baik untuk menggapainya. Karena jika kita tetap diam, kita akan ketinggalan
yang impian itu semakin jauh dari kita, kehidupan akan terus berlanjut meskipun tanpa
kita.
Cinta yang Terpaksa Berahir

Langkah kaki perempuan itu menjauh membelakangi lelaki tersebut.

Dalam hujan malam hari itu, perempuan tersebut menerobos butiran air yang
jatuh menerpanya. Dia tidak peduli dengan lelaki yang ada dibelakangnya.

“adinddaaaa …” teriak lelaki itu.

Tapi perempuan tersebut tetap saja berjalan semakin menjauh tanpa


menengok sedikitpun.

“aadinnddaaaaa …” teriak lelaki itu sekali lagi.

Perempuan itu bertenti untuk beberapa detik, walau jarak yang sudah cukup
jauh, tapi wanita itu masih mendengar suara teriakan nyaringnya.

Dalam tepi taman samping trotoar tersebut, hanya ada dua orang di sana.
Lampu jalan remang kekuningan menghiasi sedihnya suasana malam itu.
Jalanan sepi akan kendaraan yang melintas, benar-benar sepi.

Sejanak, wanita itu meneteskan air mata membasahi pipi yang bercampur air
hujan. Berharap terhapus bersamaan air yang turun dari langit, agar tidak
menyisakan kesedihan yang mendalam.

Terahir memandang lelaki tadi berdiri dengan wajah yang tidak percaya apa
yang dikatakan perempuan tersebut. Padahal dia mengatakan yang
sejujurnya. Berat memang rasanya, tapi dia tidak bisa menghindar.

dalam hati dia menggumam sendiri,

“maafkan kau sayang, tapi kita sudah tidak bisa bersama lagi. Aku ingin pergi
jauh meninggalkanmu, lebih jauh dari yang kau kira. Aku takut kau akan
kesepian saat sepeninggalanku. Terpaksa aku harus mengatakannya
kepadamu, demi baktiku kepada orang tuaku. Aku harus lanjut sekolah.
Mungkin kau dapat mencari yang lebih baik dariku, banyak wanita yang lebih
baik dan lebih cantik dariku. Maafkan aku sayang, kau lelaki yang paling
istimewa sepanjang hidupku.”

Lalu sekejap wanita itu mengusap air yang bercampur hujan di matanya dan
pergi tanpa permisi dengan sedikit berlari. Meninggalkan lelaki yang masih
diam terpaku tanpa senyuman.
Ketika Nafas Menunggu Kehidupan

Cerpen Karangan: Tarsius Arjoni


Kategori: Cerpen Rohani
Lolos moderasi pada: 18 September 2019
Rahel adalah seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi yang ternama di pulau
Borneo. Dia adalah tipe pemuda yang biasa-biasa saja dikalangan teman sebayanya, namun
sebenarnya rahel adalah tipe cowok yang suka bercanda, homoris, mampu menghidupkan
suasana dan yang tidak kalah penting dia adalah tipe cowok yang suka memberi serta
berbagi dari kekurangannya, dia juga tipe cowok yang penyanyang. Itulah sedikit gambaran
tentang hidup rahel.
Singkat cerita, hari demi hari terus berganti, rahel masih terlena dengan hidupnya yang
selalu happy dan senang-senang saja, layaknya seorang pria sejati yang tidak pernah
bersedih walaupun pahit kehidupan terkadang mencoba menghampirinya, namun satu
persatu terus dilewatinya, Walaupun mungkin, salah satu dari rasa kehidupan terlalu susah
untuk digambarkan dengan lukisan ataupun rangkaian kata mutiara, tapi itulah rahel
seorang pemuda yang mempunyai keperibadian yang tegar, pantang baginya seorang pria
untuk terhanyut dan terbawa arus kehidupan yang penuh penghayatan.
Suatu ketika pendirian rahel sedikit demi sedikit mulai berubah, seakan dia telah berjalan ke
arah yang sesat walaupun jalan tersebut sudah benar menurutnya. Dia mulai kehilangan jati
dirinya, satu per satu imannya mulai goyah, sebab dia mulai membagi iman yang dimilikinya
dengan iman yang lain, yang mungkin mengusiknya. Dia sudah tidak melakukan apa yang
semestinya imanya lakukan serta tidak juga menjalankan apa yang iman lain tawarkan.
Hidupnya mulai kacau hanyut dalam kebingungan seolah berjalan dengan pikiran yang
hampa, tak tau arah mana yang akan ditujunya.
Waktu terus berputar dan malam juga terus berganti, rahel masih berperang melawan
kebingungan dalam dirinya, sampai waktunya pada suatu malam rahel bermimpi bertemu
seorang kakek tua yang asing baginya.
“rahel, apakah kamu tau siapa aku?” Dengan nada yang datar dan santai.
“saya belum pernah bertemu dengan kakek sebelumnya, sambil menggelengkan kepalanya.
Memangnya kakek siapa?” tanya rahel, kok tau nama saya?
sambil menarik napas yang panjang lalu tertawa “hahahahaha dunia ini sempit rahel”
“apanya yang lucu kek, kok tertawa, bukannya menjawab pertanyaan saya?” Celoteh rahel
“iya lucu aja, saya kenal kamu, tapi kamu bilang tidak kenal saya, ini apakah duniamu terlalu
luas atau pengetahuanmu yang sangat sempit” kata kakek tua tersebut sambil tersenyum
“tapi memang begitu kenyataannya kek, kakek jangan aneh-aneh deh”, celetus rahel
“baiklah jika kamu belum mengenalku, maka aku akan memberitahumu siapa aku, dan dari
mana asalku”.
“ya langsung saja kalau begitu” kata rahel dengan wajah yang cemberut
“Sebenarnya aku adalah sifat dari padamu, sebab aku hadir karena khayalanmu yang sesat
dari rasa bingung yang kau perbuat”, Jelas kakek tersebut.
“maksud kakek apa? Saya kurang paham, apa yang kakek bicarakan” ucap rahel, dengan
mata yang melotot ke arah kakek tersebut
“suatu saat nanti kamu akan paham, apa yang saya maksud, dan pada saat itu saya akan
datang lagi untuk membawa terang bagimu, yaitu ketika kamu sudah menemukan sepercik
cahaya dalam terang, pada saat itu juga saya akan membawa cahaya tersebut ke tempat
yang gelap, supaya cahaya bisa berfungsi sebagai mana mestinya, Jelas kakek tersebut. Ingat
rahel hanya satu pesanku untukmu, bingungmu tercipta karena perasaan gelisah dari hatimu
sendiri, dan cahaya yang kau bawakan di tempat yang terang tidak bisa berfungsi sebagai
mana mestinya sebab cahaya akan nampak jika di bawa ketempat yang gelap”, kata kakek
tersebut dengan nada yang bersenggaung
Rahel masih bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya, pada saat itu pula pandangan
rahel mulai kabur dan napasnyanya mulai terasa sesak, dan 1, 2, 3 doooorrrr kepala rahel
terjatuh ke lantai, dan ketika itu pula dia tersadar ternyata dia hanya mimpi.
Setelah kejadian yang dialaminya dalam mimpi tersebut, sedikit demi sedikit rahel mulai
mengerti apa maksud dari mimpinya beberapa saat yang lalu, dan Kini hidup rahel berjalan
normal seperti biasa lagi, sebab dia sudah paham tentang maksud dari mimpinya.
Rasa bingung tercipta karena perbuatan hati yang tidak menetap, begitu pula dengan iman
dan kepercayaannya, mereka tidak akan pernah tampak jika hanya dibandingkan dengan
iman dan kepercayaan lain, sebab iman dan kepercayaan seseorang tidak akan berkembang
jika orang yang mempunyai iman tersebut masih tidak percaya tentang iman dan
kepercayaan yang dimilikinya. Seperti halnya dengan nafas yang kita miliki, dia tidak akan
mengalir jika kehidupan tidak lagi berpihak atas dirinya.
Hijabmu Mahkotamu

Rinai hujan yang memusimkan di bulan November seakan akan awan menangis dan langit
pun menyelimuti
Zaman kini telah
berbeda, dimana masa yang banyak dipengaruhi oleh budaya asing. Seolah-olah manusia
mudah terjerumus dengan hal hal yang negatif. Yang tak disangka malah terjadi, sedangkan
yang diharapkan tak terwujudkan.
Berawal dari 2 orang akhwat yang bersahabat bernama Maidina Fadhila dan Hanifa Salsabila.
Maidin (Maidina Fadhila) mempunyai karakter yang religius, pintar agama, dan selalu sabar
dalam hal apapun. Sedangkan Ifa (Hanifa Salsabila) sifat nya kalah jauh dari sahabatnya, ia
senang sekali bergaul dengan para ikhwan walaupun yang baru dikenalnya pun ia sudah bisa
langsung akrab dan ia selalu tebar pesona terhadap para kaum adam tersebut.
Saat di halte, mereka sedang menunggu bus dan sambil berbincang bincang.
“Maidin, kamu lihat gak cowok geng motor yang kulitnya putih terus pake anting sebelah
dan dia sering nongkrong di kafe moccala itu? dia kece banget Mai” ucap Ifa yang terpesona.
“Astagfirullah Ifa, istighfar. Ini bulan puasa, jaga pandanganmu dari yang bukan makhram
mu. Dosa!” tegur Maidin.
“Hmmm iya iya mai, maaf.”
“Maafnya jangan sama aku, tetapi minta ampun sama Allah” ucapnya sedikit tegas. Ifa pun
terdiam saat ditegur oleh sahabatnya.
“Ngomong-ngomong kamu habis ke salon ya Fa?”
“Iya Mai, kenapa? Aku hari ini kelihatan cantik banget ya?” ucap Ifa gede rasa.
“Kamu akan cantik jika seluruh auratmu tertutup. Kecantikanmu saat ini juga hanya untuk di
mata beberapa akhi saja dan bukan di mata Allah.” Lagi lagi Maidin mengkritik Ifa.
“Aku mau pulang duluan, mau siap siap buka puasa. Assalamu’alaikum” ucap Maidin.
“Wa’alaikum salam.” Ifa pun terlihat sinis melihat sahabatnya saat ia di kritik seperti itu.
Tidak jauh dari tempat tersebut, langkah Maidin berhenti sejenak lalu terbenak sesuatu yang
melintas di dalam hatinya.
“Bukakanlah pintu hati Ifa, ya Allah.” Ucapnya dalam hati.
Keesokan harinya…
Maidin berkunjung ke rumah Ifa.
“Assalamu’alaikum ifa”
“Wa’alaikum salam. Eh Maidin, tumben ke rumahku” dengan senyum terpaksa
“Hehe iya. Mau silaturahmi aja.” Senyumnya yang sangat manis.
“Hmmm bilang aja mau ngekritik aku lagi.” Tak tahu kenapa ada penyakit hati yang di dalam
diri Ifa sampai ia bergumam seperti itu di dalam hatinya.
“Maidin, kita ke mall yuk. Di sana banyak barang yang lagi promo loh!” ajak Ifa.
“Maaf ya Ifa, aku gak bisa. Lebih baik kamu ikut aku ke pengajian aja. Daripada ke mall gak
ada faedahnya, udah gak dapat pahala, ngabis ngabisin duit lagi. Lagian barang barangmu di
rumah kan masih banyak yang bagus.” Maidin menolak ajakan Ifa dan ia balik mengajak nya
ke tempat pengajian, karena di bulan Ramadhan ini Maidin tidak ingin menyia nyiakan
waktunya untuk berfoya-foya.
“Hmm ya sudah kalau gitu, aku mau pergi ke mall bareng Fauzi aja.” Ifa tetap menolak
ajakan Maidin dan ia malah hendak kencan dengan seorang ikhwan lain.
“Astagfirullah. Fauzi? Siapa lagi itu Fa?” Maidin langsung menyentuh dadanya karena
terkejut sahabatnya akan berpergian berdua dengan yang bukan makhramnya.
“Dia hanya teman aku kok. Udah kamu tenang aja aku bakal aman sama dia” Ifa merangkul
bahu Maidin.
“Ya Allah, Ifa mengumbar ngumbar auratnya sehingga tidak memakai hijabnya dan ia hendak
berkencan dengan seorang ikhwan yang bukan makhramnya. Ampuni sahabatku ya Allah.”
Maidin merintih dalam hati.
“Ya udah Fa, aku berangkat ke pengajian dulu ya. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Maidin pun keluar rumah Ifa dengan hati ikhlas.
“Pasti Maidin kaget kalau aku jalan sama cowok lain” “Maidin kenapa sih dari dulu sampai
sekarang gak henti hentinya menegur aku tentang inilah itulah, bosan dengerinnya tiap hari.
Kadang menegur aku gak menutup aurat lah, padahal kan setiap hari sholat 5 waktuku gak
pernah ketinggalan. Terus kadang melarang aku jalan sama cowok lain lah. Huh sebal banget
aku” Ifa berbicara sendiri dengan penuh amarahnya.
Ifa tak menyadari bahwa saat Maidin sudah pulang ia membicarakan sahabatnya sendiri dan
terlihat benci dengan omongan sahabatnya yang menjadi makanan sehari hari nya Ifa. Dan
juga tak peduli bahwa saat itu ia sedang berpuasa tetapi hatinya tak sabar.

Dikeramaian orang orang pada isak tangis.


“Aku kenapa?” Ifa kebingungan.
“Bu, ibu. Ifa kenapa bu? Kok tubuh Ifa di tidurkan di depan banyak orang? Dan kenapa tubuh
Ifa ditutupi kain kafan?” Ifa semakin panik. Jelas ibunya tak menjawab karena ibunya tak bisa
melihat rohnya tersebut.
Selang beberapa waktu kemudian, lalu Maidin datang untuk ke rumah Ifa.
“Nah itu Maidin, pasti dia bisa melihat aku.” Meyakini dirinya dan sambil menghampiri
Maidin.
“Maidin, kamu kenapa menangis? Kamu bisa melihat aku kan?” Ifa terus menanyakan
Maidin, sedangkan Maidin pun tak heran heran karena ia juga tak bisa melihat rohnya
Maidin.
“Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah benar benar mati?” Ifa bersedih
meratapinya.
Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan rambut panjang yang bersemir
pirang di kamarnya.
“Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali dan rontok begini?” Ifa
terheran.
Lalu, ia pun bercermin untuk melihat keadaannya.
“Masya Allah, mana rambutku? Dan kenapa kepalaku menjadi botak bahkan tak ada satupun
sehelai rambut yang ada di kepalaku?” Ifa menangis dan terlihat sangat syokh.
“Sudah Ifa untuk apa kamu menangisinya. Semuanya sudah berlalu, kamu gak akan kembali
hidup di bumi lagi. Ayo Ifa sudah saatnya kamu akan dipilihkan ke pintu neraka atau surga.”
Ucap seorang bidadari kanan yang terdengar di telinga kanannya.
Saat hendak menaiki tangga, Ifa masih bingung jalur manakah yang akan ia lalui. Apakah
surga atau neraka? Jika ia memilih jalur kiri maka masuklah ia ke dalam neraka. Tetapi jika ia
memilih jalur kanan maka masuklah ia ke dalam surga atas izin Allah swt.
Roh ifa sudah mulai memilih jalur kanan dan ia pun melangkah tangga surga itu.
Lalu, saat hampir ke tangga surga yang ke 7, ia pun ternyata ditolak untuk memasuki surga
atau menghuninya.
Mengapa? Padahal ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan ibadah sunah lainnya sering ia
kerjakan. Tetapi dia ditolak untuk menghuni surga.
Jawabannya yaitu walaupun Ifa selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan mengerjakan ibadah
sunah lainnya tetapi pada saat di bumi apakah ia menutupi seluruh auratnya?
itulah sebabnya Ifa ditolak untuk menghuni surga.
Lalu, roh Ifa pun memilih tangga neraka karena roh tidak bakal bisa mengelak atau
membohongi walaupun Ifa memaksa hendak masuk ke surga tetapi mau bagaimana lagi jika
rohnya tetap berjalan sendiri tanpa diperintahkan kembali.
“Panas… panas…” teriakan Ifa.
“Astagifirullahaladzim” Ifa terbangun dari mimpinya.
Ifa pun menangis saat ia mendapati mimpi seperti itu.
“Ya Allah, hamba sadar. Ini sudah teguran bagiku. Maafkan hamba ya Allah” Ifa menyadari
kesalahannya.
Setelah Ifa mendapat mimpi itu, Ifa mulai berhijrah dengan bertaubat untuk berjanji akan
menutup auratnya serta menjaga pandangannya dari yang bukan makhram.
Ini adalah gambaran untuk kaum hawa agar senantiasa menutupi auratnya. Patuhilah
perintah Allah dengan anjuran menutup aurat khususnya yang sudah baligh.
Seperti halnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak diterima sholat wanita dewasa
kecuali yang memakai khimar (jilbab). (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)”
Maka dari itu, berhijrahlah dari sekarang. Sebab untuk apa kita menunda berhijrah
sedangkan kita tak tahu kapan ajal menjemput.

Anda mungkin juga menyukai