Anda di halaman 1dari 20

Filosofi Sebatang Pensil

Cerpen Karangan: Rizki Pratama


Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 26 February 2018

Hampir tiap pagi satpam depan gerbang sekolah itu selalu menegur bila aku
datang lebih awal dari guru lainnya. Seperti biasa, setelah kuparkirkan
motor, aku bergegas menuju mejaku di ruang guru. Menyiapkan segala materi
yang nantinya akan kuajarkan pada murid-muridku. Di tengah sunyi jajaran
meja di ruang ini, sesekali terdengar gerakan sapu lidi dari petugas
kebersihan yang selalu berkeliling koridor.

Mataku tak hentinya menerawang tiap sudut ruangan. Semuanya tampak tak
asing lagi, walau aku baru seminggu jadi tenaga pengajar di sini. Jelas saja,
tiga tahun aku berseragam putih abu-abu dan menampung segala ilmu yang
bermanfaat dari para guru terdahulu di sekolah ini. Mungkin bila melihat
jauh ke belakang, banyak orang ikut andil membuatku sampai sejauh ini. Dari
yang benar-benar mendorong sampai yang hanya kebetulan ngoceh.

Kala itu tahun ajaran baru segera dimulai. Seluruh sekolah membuka jalur
pendaftaran bagi siswa yang akan melanjut. Termasuk kedua sekolah
kejuruan yang letaknya bersebelahan ini- yang salah satunya kini tempatku
mengajar.
Aku yang saat itu bimbang akan ke mana, mencoba mendaftar di keduanya.
Namun, begitu hari dimana nama-nama siswa yang diterima terpampang, aku
tak melihat namaku terselip di antara ratusan nama calon siswa lainnya. Di
kedua sekolah itu.
Terpaksa aku harus mengikuti ujian tes yang jadwalnya benbenturan. Aku
bukan seperti siswa berada lainnya yang orangtuanya rela membayar
berjuta-juta agar anaknya dapat masuk di sekolah yang katanya favorit ini.
Aku harus memilih. Hingga pagi pada hari H dimana ujian itu sebantar lagi
dimulai, aku masih belum yakin dengan pilihanku.
Sampai salah seorang dari orang tua murid – yang anaknya juga ikut ujian tes
– menegurku.
“Milih jurusan apa, dek?”
“Otomotif, pak.” jawabku canggung
“Baguslah, bisa jadi mekanik kalo ada modal dah bisa buka sendiri. Anak
bapak Listrik.” celetuknya.

“Memang milih sendiri apa disuruh orangtua?” tanya bapak tadi.


“Sendiri, pak.” mencoba menghemat kata.

“Itu pak El itu teman bapak itu.” seraya menyasarkan telunjuk kanannya ke
arah orang berbadan besar dengan asap yang mengaung dari ujung cerutunya
yang berdiri membelakangi kami di pojok sana.
“Yang besar itu?” tanyaku.
“Iya, dulu dia alumni STM sininya itu. Pandai dia jadi guru, ngajar di sini”

Seolah mata letihku terbelalak mendengar pernyataan bapak tadi. Tak


menutup kemungkinan aku dapat meraih cita-cita masa keciku itu. Apalagi
kebahagian terbesar dari seorang guru ialah dapat mengajar di tempat ia
dulu belajar.
Mendengar kata itu -ngajar- seolah menjawab kegelisahanku. Iya, aku juga
bisa meraih cita-citaku dari sini. Dengan langkah pasti, aku pun berjalan
menuju ruangan tempat ujian tes.

Karena do’a dan tekad besarku, alhamdulillah aku lolos ujian tes itu dan
mengawali takdirku sebagai seorang pelajar tingkat menengah atas kejuruan.
Mungkin aku aku harus berterima kasih juga pada bapak itu karena
membuatku yakin, atau kepada seorang guru agama yang menceritakan
filosofi sebatang pensil ketika aku berada di kelas sebelas waktu itu.

“Sebatang pensil dapat menjadi tambang emas bagi mereka yang berfikir
layaknya emas. Coretan pensil itu akan menjadi sebuah karya bila digunakan
oleh orang yang tepat, pada dasarnya semua orang tepat. Tetapi hidup
bukanlah bagaimana kita menemukan diri kita, namun bagaimana kita
menciptakan diri kita”
“Pensil memiliki penghapus di salah satu ujungnya, artinya setiap orang wajib
salah pada salah satu perbuatan. Namun bagaimana ia dapat menghapus lalu
memperbaikinya, hingga sempurnalah karya itu.”
“Pensil itu takkan bertahan lama bila terus digunakan. Pensil itu akan habis.
Tetapi ia sudah punya karya yang ia tinggalkan, yang dapat diingat bila ia
berkesan.”
Dari ceritanya seolah mulai menciptakan alasanku memiliki sebuah cita-cita
itu, ia punya karya yang dapat ia wariskan.

Bel masuk kelas berbunyi. Para siswa yang sejak tadi bertebaran di lapangan
satu demi satu masuk ke dalam kelas.
Aku baru ingat, pagi ini aku punya janji untuk menceritakan sebuah kisah
pada murid-muridku, kisah yang dahulu juga pernah diceritakan oleh seorang
guru pada kami di kelas dua belas. Pesan moral yang kini juga akan
kutanamkan pada anak didikku, ukhuwah.

Lekas ku beranjak dari ruang guru menuju kelas tempatku mengajar pagi ini.
Menenteng beberapa buku bahan materi, Langkahku perlahan melambat
seolah menatap sekat demi sekat ruang kelas dari koridor dimana dulu aku
ada di dalamnya.
Meraba sisa jejak yang tergerus oleh waktu. Sekararang aku bukan lagi
murid Introvert yang duduk di meja paling belakang.
Kini, aku duduk di meja paling depan ruang kelas. Dengan gelar istimewa yang
melekat padaku, guru.

Dahulu, seorang guru pernah menyampaikan keresahan hati pada murid-


muridnya di depan kelas. Karena melihat muridnya seolah tak acuh dengan
apa yang dirinya ajarkan.
“Gimana ya.. Sepuluh dua puluh tahun lagi, saat ibu udah banyak lupa, siapalah
yang masih ingat ilmu yang ibu ajarkan sekarang?”
Pernyataan itu telah membuatku terpacu mewariskan semangatnya, semangat
para guru, semangat dalam mengasah para tunas penerus bangsa.

Cerpen Karangan: Rizki Pratama


Facebook: facebook.com/muhammadrizqyp
FKIP – PBSI UISU MEDAN
No. Hp: 0815 3496 3593
Aku Dan Harapanku

Cerpen Karangan: Adhe Rizaldi


Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Pendidikan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 2 January 2018

Langit terlihat begitu sendu, matahari terlihat bersembunyi di balik awan


tebal, hujan seakan ingin menyapa tapi angin menolaknya.

Ketika harapan tidak sesuai dengan keinginan? Mungkin hati akan merasa
sakit, tapi aku mencoba menyakinkan hati kalau semua adalah garis hitam di
dalam hidupku.

1 tahun yang lalu, ketika aku menduduki kelas 3 SMP aku dibuat bingung dengan
berbagai pilihan. Anak remaja yang tidak tahu dunia seluruhnya, harus memilih
antara aku harus sekolah dan berkerja ketika keinginanku untuk bersekolah
terhenti begitu saja aku terpaksa mengubur semua mimpi, cita-cita, harapan
dan semua yang ada di dalam imajinasi kecilku.

Aku memang bukan seorang anak yang terlahir dari keluarga yang kaya raya,
bukan anak yang bisa melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Tapi aku
hanya seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana, ayahku berkerja
sebagai pedagang sedangkan Ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Sedih
memang, tapi aku coba untuk ihklas menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.
Aku masih percaya akan sebuah keajaiban dan mukjizat yang datangnya dari
Allah asal aku berusahan sekuat tenaga dan terus berdoa sebaik baiknya
kepada Allah SWT. Agar aku bisa melanjutkan sekolah dan bisa membuat
kehidupan ini berubah.

Hari pertama aku berkerja di sebuah warung makan, di dalam hati aku
bertekad untuk berkerja keras supaya bisa membantu perekonomian
keluargaku, setelah aku berkerja ternyata aku merasakan bahwa mencari uang
yang halal itu sangat sulit tidak semudah kita menghambur hamburkannya
untuk sekedar barang yang tidak penting. Letih, mungkin orangtuaku lebih…
Cape, mungkin orangtuaku lebih.. Mengeluh mungkin orangtuaku tidak pernah…
Tapi beda dengan aku sekarang baru sebentar berkerja sudah merasakan yang
namanya cape tapi aku coba menepisnya aku kembali semangat, demi untuk
membuat orang orang yang aku sayangi di dunia ini yaitu orangtuaku bisa
tersenyum penuh bangga terhadapku bisa membuat mereka bahagia dengan
caraku yang sederhana.

Setelah beberapa bulan aku berkerja akhirnya aku sudah bisa mengumpulkan
sedikit demi sedikit uang untuk hari minggu nanti aku bawa untuk pulang ke
kampung halaman, rasa rinduku terhadap orangtuaku yang jauh di sana sudah
mulai terasa aku mencoba menguatkan diri sendiri. “sabar masih hari minggu”
Sambil ku duduk termenung di teras kosanku di dalam setiap doaku aku masih
berharap bahwa ini bukan akhir dari segalanya, aku selalu percaya akan sebuah
kejutan yang Allah berikan di hari yang akan datang.

Hari minggu yang aku tunggu pun telah tiba rasa rindu yang memuncak seakan
bisa kulepaskan di hari ini, cairan bening itu menetes tak henti aku terus
memeluk orang yang paling berjasa dalam hidupku ini seorang wanita yang
sangat aku hargai dan cintai wanita itu, adalah Ibuku. Aku memeluk ibuku
begitu erat rasanya rindu ini begitu besar.

Setelah melepas rasa rindu itu ibu ayahku dan aku sedang berkumpul di ruang
tengah kami sedang ngobrol santai dan menceritakan pengalaman aku pertama
kali berkerja. Tapi di tengah obrolan santai tersebut tiba tiba ayahku
berkata.. “nak ayah boleh bertanya?” “boleh, memangnya ayah ingin bertanya
apa?” “ayah ingin bertanya apakah di dalam hati kamu masih ada keinginan
untuk melanjutkan sekolah?” tiba tiba ku terdiam memikirkan pertanyaan itu
rasannya aku ingin menjawab segera semua pertanyaan itu, tapi hatiku
mencoba untuk terlihat tenang di hadapan ayah.

“sejak dulu sampai sekarang jawabanya masih sama ayah, aku masih bertekad
untuk bisa melanjutkan sekolah” “memangnya untuk apa kamu sekolah?”
“agar aku bisa membuat ayah dan ibu bisa bahagia dan merubah kehidupan kita
menjadi lebih baik lagi” sekarang giliran ayahku yang tiba tiba terdiam entah
apa yang dia pikirkan tapi aku melihat sorot matanya yang seperti ingin
menangis tapi dia mencoba untuk menahanya untuk keluar.
“tahun ini kamu lanjutkan sekolah lagi” tiba tiba ayahku berkata seperti itu
dan entah apa yang aku rasakan intinya aku merasakan kebahagian yang luar
bisa “tapi ayah…”

“nggak ada tapi tapian ayah yang akan berkerja keras agar kamu bisa sekolah
dan bisa melanjutkan pendidikan yang layak”

Pada saat itu aku benar benar bahagia sampai aku bersujud syukur kepada
allah dan inilah keajaiban yang Allah janjikan untuk aku dan aku merasa
bersyukur atas apa yang telah aku lalu karena itu sebagai pelajaran yang
berharga yang bisa aku ambil hikmahnya di suatu saat nanti.

Sekarang aku sudah bersekolah kembali di sebuah sekolah SMA, aku merasa
bahagia karena aku bisa melanjutkan impian dan cita citaku yang sempat
terhenti dan aku akan mewujudkanya dengan cara bersekolah. Sekarang aku
akan berjuang untuk orang yang memperjuangkanku. orangtuaku berjuang
untuk bisa menyekolahkanku dan aku berjuang untuk bisa membanggakan
kedua orangtuaku dengan semangat untuk sekolah dan belajar.

Cerpen Karangan: Adhe Rizaldi

Facebook: Adhe Rizaldi I


Contoh Syair Pendidikan dan Maknanya

Syair merupakan karya sastra khas melayu kuno yang cukup populer. Pada
awalnya syair berasal dari peradaban Arab yang kemudian masuk ke daerah
Melayu kuno. Namun seiring dengan perkembangannya, syair mulai
dimodifikasi dan diubah menjadi syair khas Melayu. Khususnya karena
pengaruh tokoh pujangga terkenal seperti Hamzah Fanzuri. Pada
pembahasan artikel sebelumnya, telah diberikan ciri ciri syair dan beberapa
contoh syair nasihat. Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita
mengetahui klasifikasi dari syair itu sendiri.

Klasifikasi Syair
Syair sebagai salah satu jenis jenis puisi lama dikenal memiliki 4 baris dalam
satu bait syair dan bersajak a/a/a/a. Namun ada juga jenis lain, yaitu syair
yang memiliki 3 baris dalam satu bait bersajak a/a/b dan syair yang memiliki
2 baris dalam satu bait bersajak a/b. Meskipun demikian kedua bentuk syair
ini tidak populer. Syair dengan 4 baris ini sekilas mirip dengan jenis jenis
pantun. Meskipun ada persamaan, namun keduanya merupakan jenis karya
sastra yang berbeda.

Persamaan syair dengan pantun meliputi jumlah baris dan dalam satu baris
terdiri dari 8 – 12 suku kata. Namun perbedaan antara ciri ciri pantun dan
syair cukup signifikan. Pantun bersajak a/b/a/b sedangkan syair memiliki
sajak a/a/a/a. Baris pertama dan kedua pantun dikenal sebagai sampiran dan
baris ketiga dan keempatnya disebut isi. Pada syair tida ada istilah sampiran
karena semua baris dalam syair adalah isinya. Selain itu pantun juga hanya
terdiri dari satu bait, berbeda dengan syair yang bisa memiliki puluhan bait.

Pada dasarnya syair diklasifikasikan dari segi penceritaannya. Syair


dikategorikan menjadi 2 yaitu syair naratif dan syair non-naratif. Syair
naratif memiliki bentuk penceritaan seperti cerita. Macam macam syair yang
masuk dalam kategori ini adalah syair sejarah, syair panji, syair kiasan dan
syair romantis. Sedangkan syair non-naratif bentuknya bukan cerita, namun
nasihat atau pengajaran. Jenis jenis syair yang masuk dalam kategori ini
adalah syair agama dan syair yang memiliki tema lain.
Syair Pendidikan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, syair non-naratif mencakup syair
dengan tema lain selain cerita dan nasihat agama. Salah satu syair yang
masuk dalam syair non-naratif adalah syair pendidikan. Sama dengan
namanya, syair ini berisikan kandungan pesan tentang pendidikan. Baik dalam
sistem pengajaran, kualitas pendidik dan siswa, serta hal hal lain yang
berkaitan dengan dunia pendidikan.

Contoh Syair Pendidikan dan Maknanya


Contoh 1:
(1) Dengarlah wahai anakanda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
sebagai bekal sepanjang usia

(2) Dengan ilmu engkau terjaga


Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa

(Karya Gina Hayana)

Makna syair:
Syair pendidikan ini hanya memiliki 2 bait yang masing masing terdiri dari 4
baris dan bersajak a/a/a/a. Meskipun hampir mirip dengan ciri ciri pantun,
syair ini memiliki perbedaan yang jelas. Dilihat dari contoh 1, baris 1 dan 2
pada syair tidak berfungsi sebagai sampiran. Semua baris berfungsi sebagai
isi. Secara umum, syair pendidikan ini berisikan pesan untuk anak/pelajar
tentang pentingnya belajar dan mencari ilmu. Pada bait (1) pengarang
memberikan nasihat agar tidak pernah berhenti belajar dan mencari ilmu.
Selanjutnya pada bait (2) dijelaskan bagaimana manfaat ilmu untuk
kehidupan dan masa depan anak.
Contoh 2:
(1) Inilah syair tentang hardiknas,
jangan dibaca hati yang panas,
untuk pengingat supaya awas,
bukannya pujian supaya puas.

(2) Sekarang dunia sangatlah maju.


janganlah sampai kita tertipu,
kualitas rendah dibanding lalu,
tak pernah bergerak dititik itu.

(3) Pendidikan sudah dibuat pilar,


agar menjadi bangsa nan besar,
tapi masalahnya tak kelar-kelar,
bak benang kusut berpusar-pusar.

(Karya Agus Purnomo)

Makna Syair:
Syair pendidikan diatas berisikan tentang kritikan pengarang tentang
kualitas pendidikan di Indonesia. Dari contoh 2, terlihat pengarang
menggunakan banyak bahasa kiasan untuk mengungkapkan pesan yang ingin
disampaikan. Pada bait (1) pengarang mengingatkan bahwa syairnya dia buat
dalam rangka memperingati hardiknas dan sebagai pengingat saja. Pada bait
(2) dia menyatakan banyak perubahan pada pendidikan seiring perkembangan
zaman, namun kualitasnya di lapangan justru semakin buruk. Selanjutnya
pada bait (3) meskipun disadari sebagai pilarnya kemajuan kualitas SDM
tetapi dalam dunia pendidikan itu sendiri masih banyak masalah yang perlu
direvisi.

Contoh 3:
(1) Pergi ke sekolah jangan malas
Belajar yang rajin di dalam kelas
Jaga sikapmu jangan culas
Agar hati tiada keras
(2) Sekolah tempat mencari ilmu
Luruskan niat dan itikadmu
Belajar giat tekun selalu
Agar baik masa depanmu

(3) Hormati olehmu para guru


Agar berkah turun padamu
Ilmu mudah masuk ke kalbu
Pertanda baik hati dan jiwamu

(4) Hargai kawan serta sahabat


Tanda hidup bermufakat
Agar diri menjadi hebat
Terhormat serta bermartabat

(5) Jangan sombong jangan takabur


Segala anugerah sudah diatur
Banyaklah engkau bersyukur
Iman di dada semakin subur

(Karya Gina Hayana)

Makna syair:
Contoh 3 adalah syair pendidikan yang berjumlah 5 bait. Secara umum syair
ini mendorong pembacanya untuk tidak malas bersekolah, mencari ilmu dan
bersosialisasi. Pada bait (1) penulis memberikan semangat untuk belajar dan
tidak bersikap culas. Bait (2) juga isinya hampir sama dengan bait (1). Penulis
menekankan prioritas utama pelajar adalah belajar dan ilmu yang didapat
bisa menentukan masa depannya. Bait (3) mengingatan bahwa guru adalah
pendamping dan perantara ilmu. Oleh karena itu, hormatilah guru yang telah
bersusah payah membantumu belajar. Dengan begitu, ilmu yang kamu dapat
menjadi lebih bermakna dan tertanam kuat didalam jiwa. Sedangkan pada
bait (4) penulis mengingatkan bahwa sekolah juga tempat untuk
bersosialisasi. Oleh karena itu hargai teman dan sahabat yang kamu miliki.
Selanjutnya pada bait (5) mengingatkan hendaknya jangan takabur dan
sombong selama menuntut ilmu. Bukan berarti orang yang mendapat nilai
bagus akan sukses di masa depan. Syukuri apa yang dimiliki hari ini dengan
demikian ilmu dan iman yang dimiliki semakin kuat.

Demikian contoh syair pendidikan dan makna singkatnya. Semoga dapat


membantu anda yang sedang mempelajari materi ini. Semoga bermanfaat.
Untuk Masa Depanmu

Karya Gina Hayana


Diterbitkan hanya oleh syairko

[1]

Dengarlah wahai anakanda


Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
sebagai bekal sepanjang usia

[2]

Dengan ilmu engkau terjaga


Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa

Semangat Belajar

Penulis Gina Hayana


Diterbitkan oleh Syairko

[1]

Belajar haruslah semangat


Rajin tekun serta giat
Agar ilmu mudah didapat
Masa depan semakin dekat

[2]

Ilmu didapat tiada cepat


Mesti sabar hatinya kuat
Moga Tuhan berikan rahmat
Maka jaga hati serta niat

Sopan Dan Santun

Penulis Gina Hayana


Diterbitkan oleh syairko

[1]

Berkatalah dengan sopan


Jagalah setiap ucapan
Agar engkau menjadi idaman
Setiap orang merasa nyaman

[2]

Jagalah setiap tindakan


Agar cerah masa depan
Hidup bahagia dan mapan
Indah bagai dalam taman
Tema Dan Amanat:

Tema:

Tema syair di atas adalah pendidikan.

Isinya adalah nasehat-nasehat untuk mementingkan pendidikan dan bersikap


sopan.

Pendidikan merupakan gerbang menuju masa depan yang cerah.

Melalui pendidikan kita mendapatkan ilmu pengetahuan, mengembangkan


wawasan, dan mengembangkan minat dan bakat.

Dan yang lebih penting adalah pendidikan akhlak.

90% dari keberhasilan dan kesuksesan terletak pada kekuatan akhlak. Maka
kita harus melatih diri untuk sopan, rajin, bekerja keras, pemberani, pantang
menyerah...

Amanat:
Amanat dari syair di atas ialah agar kita menyadari bahwa pendidikan sangat
penting dalam kehidupan kita.

Dan yang kedua agar kita menjadi pribadi yang baik demi mendapatkan masa
depan yang cerah.
Syair pendidikan sekolah berhubungan dengan segala sesuatu yang
berkenaan dengan sekolah.

Apa saja yang berhubungan dengan sekolah?

Ada banyak hal yang berhubungan dengan sekolah. Misalnya apa tujuan
sekolah. mengapa kita sekolah, apa saja yang harus dilakukan siswa selama
masa sekolah.

Apa fungsi sekolah bagi diri kita, bagi negara, dan bagi umat manusia.

Semua itu berhubungan dengan pendidikan di sekolah.

Mari kita baca satu persatu syair pendidikan sekolah 5 bait.

Maksudnya setiap judul terdiri dari 5 bait.

Rajinlah Sekolah

Karya Gina Hayana


Diterbitkan oleh Syaiko

[1]

Pergi ke sekolah jangan malas


Belajar yang rajin di dalam kelas
Jaga sikapmu jangan culas
Agar hati tiada keras

[2]
Sekolah tempat mencari ilmu
Luruskan niat dan itikadmu
Belajar giat tekun selalu
Agar baik masa depanmu

[3]

Hormati olehmu para guru


Agar berkah turun padamu
Ilmu mudah masuk ke kalbu
Pertanda baik hati dan jiwamu

[4]

Hargai kawan serta sahabat


Tanda hidup bermufakat
Agar diri menjadi hebat
Terhormat serta bermartabat

[5]

Jangan sombong jangan takabur


Segala anugerah sudah diatur
Banyaklah engkau bersyukur
Iman di dada semakin subur
Sekolah Membentuk Budi Pekerti

Gina juga akan menyajikan kumpulan contoh syair pendidikan tentang budi
pekerti. Budi pekerti yang luhur merupakan salah satu tujuan pendidikan di
sekolah.

Percuma saja otaknya pintar jika budi pekertinya buruk.

Kenapa budi pekerti sangat penting? Karena menurut para ahli budi pekerti
menentukan kesuksesan seseorang.

Kepintaran hanya menyumbang 10% dari kesuksesan. Selebihnya adalah budi


pekerti.

Inilah contoh syair pendidikan. Bersajak a-a-a-a mirip seperti pantun, hanya
saja tanpa ada sampiran.

Tanda Yang Baik

Karya Gina Hayana


Diterbitkan oleh Syairko

[1]

Apa tanda orang beriman


Akhlaknya baik amat budiman
Sopan dalam segala ucapan
Lembut dalam segala tindakan

[2]
Apa tanda dalamnya iman
Tiada sempit hatinya lapang
Tiada gundah jiwanya tenang
Dalam kalbu bercahaya terang

[3]

Apa tanda benarnya iman


Kerjanya sedikit tanpa kesibukan
Rezekinya datang bercucuran
Hatinya tentram hidup berkecukupan

Tema: Pendidikan
Amanat: Jadilah orang yang memiliki iman agar hidup bahagia dan tentram.

Yang paling penting dalam pembentukan budi pekerti yang baik adalah iman.

Oleh karena itu jika ingin memiliki budi pekerti yang baik, akhlak yang mulia,
kepribadian yang luar biasa .. milikilah iman yang sempurna.

Nah,

Apakah masih memerlukan contoh-contoh syair pendidikan lagi?

Kamu bisa buat sendiri. Mudah sebenarnya membuat syair, pantun,


maupun puisi.

Yang terpenting dalam pembuatan syair ialah rima atau persajakan di akhir
baris.

Latihlah setiap hari.


Para penyair, pujangga, ataupun seniman besar pada mulanya juga harus
berlatih. Barulah kemudian mereka menjadi pakar di bidang sastra.

Jika masih membutuhkan contoh syair pendidikan, Gina akan tambahkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai