Semangat
Judul Cerpen Sepercik Cahaya Pembangkit Semangat
Hari itu Adalah Hari Yang tak Mungkin Aku dan Keluargaku Lupakan, hari dimana Perusahaan Ayahku
Bangkrut, semua Aset Perusahaan tergadaikan, Rumah, Villa, Mobil, Semua Habis dijual untuk
Membayar Hutang Ayahku kepada Bank, Ibuku terus Menangis Merenungi Nasib Kami Kedepan, Aku
coba Menenangkannya, tapi aku juga memikirkan Entah bagaimana caraku melanjut kan Pendidikan
Sekarang aku duduk di Bangku kelas 3 SMA, dan Sebentar Lagi Akan Kuliah, Semua teman Sebayaku
Akan Melanjutkan Kuliah di Universitas ternama baik di Indonesia maupun Luar Negeri. Aku Hanya
Bisa terdiam Ketika Temanku Riana Menanyakan Universitas tujuanku,
“Lin kamu mau kuliah di mana?” tanyanya
“gak tau belum kepikiran ri, aku gak mau ngebebani keluarga” jawabku
Temanku riana berkeinginan Melanjutkan Study di Salah satu Universitas terbaik di indonesia, Riana
tahu keadaan Ekonomiku yang Sekarang, dia Menawarkanku untuk Meminjam Uang padanya, tapi
aku Menolaknya, Alasannya Cukup sederhana Aku ingin Kuliah dengan Biaya dan kemampuanku
sendiri.
Sebelum kuliah, Sehabis pulang sekolah Aku bekerja di sebuah Supermarket, Gajinya Lumayan Untuk
Membantuh Ayah dan ibuku Supaya Mereka tidak terlalu terbebani dan jika ada sisanya Uang hasil
kerjaku, kutabung, tak dapat kupungkiri Niatku Untuk kuliah Semakin Besar, aku Berkeinginan
Menjadi Orang Sukses. Agar dapat meraih Cita-Cita kelak.
Hari Kelulusan SMA pun telah tiba, Hari itu Semua temanku datang dengan Mengendarai Mobil
bersama Orangtuanya, Sedangkan aku bersama Orangtuaku pergi ke SMA hanya Menaiki kendaraan
Umum walau begitu aku tidak iri sedikit pun, dengan mereka. Ketika hasil kelulusan dibacakan,
Betapa terkejutnya aku ketika kepala Sekolah Mengatakan Bahwa Nilai tertinggi diraih Oleh siswa
yang Bernama Elina Putri, Siswa kelas XII IPA, senang bukan kepalang ketika Aku dipersilakan naik ke
atas Panggung dan Mendapatkan Penghargaan Atas Prestasi Yang kuraih, Selain itu Aku juga
Berkesempatan meraih Beasiswa kuliah Di Belanda, sebuah negera indah di benua eropa, Sebelum
menghadapi tes, aku Sudah mempersiapkannya dengan baik, Aku selalu Belajar mengenai Materi
yang disampaikan guru dari kelas X sampai kelas XII, tak lupa Aku Berdoa dan Berserah diri kepada
Allah Swt.
Hari tes seleksi Mahasiswa Baru Pun telah tiba Sebelum aku pergi untuk Melaksanakan tes, aku
Meminta Doa restu dari kedua Orangtuaku.
Tes Berlangsung Cukup lama yakni kurang lebih 3 jam, Dengan Percaya diri dan Berdoa aku berhasil
Menyelesaikan Soalnya tepat waktu, pengumuman bagi Siswa yang diterima akan dilakukan pada
hari ke Tujuh setelah tes.
Hari silih berganti Waktu Pengumuman Pun telah tiba dengan percaya diri aku pergi ke tempat
diadakannya Beasiswa Study ke Belanda tersebut, semua orang dari berbagai daerah Berdatangan
untuk melihat pengumuman tersebut, nama-nama siswa yang lulus tes sudah ditempel, dengan
berdesak-desakan aku melihat hasil pengumuman tersebut, betapa bahagianya aku, ketika aku
melihat dari Ratusan Siswa yang ikut tes tersebut, hanya diambil 25 siswa Indonesia pilihan yang
mendapat Beasiswa belajar di belanda dan namaku ada di Urutan ketiga sebagai siswa yang
dinyatakan diterima di salah satu Universitas ternama di Negeri Bunga Tulip itu.
Ketika aku pulang ke rumah tangisku tak bisa lagi terbendung, aku menangis di pelukan ayah dan
ibuku, sembari bersyukur kepada Allah Swt.
Hari keberangkatanku ke belanda pun tiba, ayah dan ibuku Mengantar ku Ke Bandara, sambil
menangis kedua orangtuaku itu Memelukku, dan Melepasku, mereka berpesan padaku agar selalu
giat belajar, dan jangan tinggalkan Sholat, setelah kurang lebih 8 jam dalam pesawat Akhirnya
pesawat Mendarat dan aku sampai di Negeri Kincir Angin, negeri yang tidak pernah terlintas sedikit
pun pada benakku bahwa aku akan menghabiskan 5 tahun ku disini Meraih Gelar Kedokteran.
5 tahun pun berlalu aku mendapatkan pendidikan gratis dan Uang saku ditanggung pemerintah suka
duka kulalui disini kini Hari Wisuda pun telah tiba, aku berhasil meraih Gelar seorang Dokter dgn S2,
bahagia haru bercampur jadi satu ketika orangtuaku datang mendampingiku ketika aku akan
mengakhiri pendidikanku di Belanda, setelah Wisuda telah selesai, aku dan Orangtuaku kembali
Negara yang sangat kucinta, negeri kelahiranku, negeri dimana aku dibesarkan yakni Indonesia, aku
berjanji akan mengabdikan hidupku untukmu tanah airku.
Selesai
Amanah jangan pernah menyerah, jika kita berusaha dengan sungguh2 maka allah akan
mempermudahkan kita, dan membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Juki, kau tahu apa itu Senbazuru?” tanyaku pada Yuki. Saat kami berjalan menuju halte. Pohon-
pohon mahoni dan munggur tumbuh rindang dan meneduhkan di sisi kanan kiri jalan kecil itu.
“Namaku Yuki, yang berarti salju. Kenapa kau seenaknya memplesetkannya jadi Juki huh?” dia
nampak jengkel. “Lebih enak dipanggil begitu, agar lebih lokal sedikit. Jawablah pertanyaanku
“Hhh.., itu adalan seribu bangau kertas yang dirangkai. Menurut legenda di negaraku, bangau
adalah salah satu hewan suci bahkan perlambang dewa dan panjang umur. Jika kau berhasil
membuat seribu origami burung bangau, maka satu permohonanmu akan dikabulkan. Dari dulu
aku ingin membuatnya, tapi tidak sampai berjumlah seribu, semangatku sudah hilang. Hehe..” dia
“woah.. bukankah lebih mudah memohon pada bintang jatuh saja” aku membayangkan bukankah
menunggu bintang jatuh lebih mudah daripada repot-repot membuat seribu origami burung
bangau yang nampak rumit hanya untuk sebuah permohonan.
Di bulan ke 3 tepat setelah ia pergi tanpa kabar. Kisah itu kembali menggelayuti pikiranku. Seolah
memaksaku untuk mengingat kenangannya kali itu. entah karena kebetulan saja atau karena
memang karena aku benar-benar merindukan dirinya hingga terus menerus memikirkannya
sampai kenangan demi kenangan tentang dirinya mengapung dari dasar pikiranku begitu saja.
Yuki Kamamoto, lelaki keturunan blasteran. Ayahnya asli orang jepang dan ibunya orang jawa.
Namun sekarang telah berpisah karena suatu alasan yang tidak ingin ia ceritakan. Ia pun memilih
ikut bersama ibunya kembali ke tanah air. Dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah SMA nya
di sini.
Kami teman sekelas, di duduk di seberangku. Dia anak lelaki yang berwajah oriental, amat mirip
orang jepang. Matanya yang sewarna karamel tertutup dalam kacamata berbingkai hitam.
perawakannya tinggi dan ramping namun kokoh karena ia pemegang sabuk hitam beladiri. Ia
amat menyukai seni dan sastra, dialah yang mengenalkanku dengan manga, anime dan segala
Namun semenjak kami melayat atas kematian ibunya, saat itulah aku terakir kali melihatnya. Yha,
sekarang ia telah pergi tanpa kabar. Mungkin saja ia diajak ayahnya untuk ikut kembali ke negeri
matahari terbit, jepang.
“Tet tet..” bunyi bel tanda waktunya pulang telah berbunyi nyaring, setelah memberi tugas dn PR
guru mempersilakan murid keluar kelas. “Tina, kamu mau ikut kita jalan-jalan ke pameran buku?”
tanya Keyla. “Ada banyak diskon loh” kini kiara tampak mengiming-ngimingiku. “Apakah di sana
ada buku cara untuk membuat origami?” tanyaku sambil menenteng tasku tanda antusias. Keyla
“Tentu saja ada, bahkan jika kau beruntung mendapat potongan harga. Di sana ada juga kok yang
menjual kertas origami” kata Keyla menepuk bahuku lalu beranjak pergi. “ayo, kau ikut tidak?”
kini Kiara menarik lenganku untuk berlari kecil mengikuti Keyla, aku mengangguk sambil
tersenyum penuh semangat.
Sepulangnya dari pameran itu aku langsung membuka buku tentang tutorial origami dan
sebungkus kertas origami. Aku mulai latihan membuat origami, ya, origami burung bangau.
Bangau kertas keduaku, aku membuatnya lebih baik dari yang pertama
Bangau kertas kelimaku, sudah bagus dan aku mulai bisa membuatnya dengan cepat.
Bangau kertas kedua belas, jemariku mulai pegal namun aku tetap membuatnya
Bangau kertas ketujuh puluh, aku mengerjakannya dengan cepat selagi ini hari minggu
Bangau kertas keseratus, aku hampir kehabisan kertas karena lupa membelinya saat pulang
sekolah.
Bangau kertas keseratus delapan puluh, aku mengerjakannya di tengah jam kosong
Bangau kertas ketiga ratus lima puluh, hampir saja robek karena aku terkejut saat ada kucing
meloncat di depanku
Bangau kertas kelima ratus, aku menolak bantuan dari keyla dan kiara dengan halus.
Bangau kertas ketujuh ratus lima puluh, kubuat sambil menonton anime rekomendasimu dahulu.
Bangau kertas kesembilan ratus sembilan puluh, dalam rasa malas aku membuatnya demi dirimu
seorang.
Bangau kertas keseribu, aku hampir menari kesenangan karenanya. Tak kupedulikan jemariku
yang seolah merengek minta istirahat, aku mencari segulung benang dan sebuah jarum untuk
merangkainya. Setiap serangkai terdiri dari 100 burung bangau, maka jadilah 10 rangkai origami
burung bangau yang terdiri dari 1000 burung bangau. ya, senbazuru.
“Jika kau berhasil membuat seribu origami burung bangau, maka satu permohonanmu akan
dikabulkan” Kata-katamu kembali terngiang dalam benakku, aku segera merapalkan tanganku dan
memulai mengucap permohonan, agar dia kembali. “..Dari dulu aku ingin membuatnya, tapi tidak
sampai berjumlah seribu, semangatku sudah hilang. Hehe..” seketika kulepas genggaman
tanganku.
“Baiklah, akan kuberikan ini padamu” aku pun mengantungnya di dekat tas sekolahku. “kau boleh
memilikinya bila besok kau datang” sambungku, tanpa terasa sebulir air mata meluncur pelan di
pipiku. Daripada terus menerus larut dalam kesedihan, aku memutuskan untuk membaca buku
sampai tertidur.
Tak kupedulikan tatapan-tatapan dari teman-temanku. Aku terus berjalan pulang menyusuri jalan
kecil menuju halte bus itu sambil membawa senbazuru di tanganku yang bergoyang oleh tiupan
angin siang itu. sudah kuduga, yuki tak akan memilikinya karena hari ini pun ia masih belum
kembali.
“Kembali?” aku terpaku sambil menunduk. Kembali ya? Ah, apa yang kupikirkan.. ia sudah tidak
punya alasan untuk tinggal di sini lalu ia pun ikut ayahnya, bukan kah berarti ia sudah kembali ke
tempat yang benar? Jadi kenapa aku mengharapkannya untuk muncul di depanku lagi.
“Tina..” seseorang nampak memanggilku, aku pun mendongak dan menemukan seseorang yang
sedang berdiri di bawah naungan pohon munggur yang rindang. “lama tak jumpa.. eh, kenapa
kamu menangis?” kini ia menatapku bingung. Tanpa pikir panjang aku segera berlari
mendekatinya.
“Ini untukmu, buatlah permohonan dengan ini” kataku sambil menyodorkan senbazuru itu
padanya. “Tina, kenapa kau bersusah payah membuat ini dan dengan mudahnya memberikannya
padaku?” Yuki kembali terkejut. “anggap ini hadiah karena kita sekarang bisa bertemu” kataku di
“Trimakasih tina..” ia pun menerima senbazuru dariku lalu mengucapkan permohonan “Aku
berharap, suatu saat nanti Tina menjadi tempatku kembali dan aku menjadi tempat kembali untuk
Tina” detik itu aku sadar, tak peduli seindah apapun sakura di musim semi, tak akan menandingi
indahnya kisah kami di bawah naungan pohon munggur nan teduh itu di siang yang terik.
Cerita 1000 Bangau Kertas merupakan cerita pendek karangan Inna Agustin, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.