penduduk yang jauh dari tempat tinggalnya. Mak Daliyah mempunyai seorang anak
Setelah ibu Cantika pulang, Mak Daliyah meminta tolong Cantika untuk
memasak, tetapi Cantika menolak dengan alasan tidak mau terkena bau minyak dan
tangan kotor karena sudah dandan padahal tidak pergi kemana-mana. Cantika tetap
menolak untuk memasak, sehingga Mak Daliyah yang tetap harus memasak setelah
Cantika berjalan di depan. Diantara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda
mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Wahai, gadis cantik! Apakah wanita
berbaju lusuh yang berjalan di belakang itu ibumu?” Namun, apa jawaban anak
Dengan terkejut dan sedih Mak Dahliya mengatakan “Cantika anakku! Aku
ini ibu mu, orang yang melahirkanmu. Sungguh, sangat durhaka jika engkau berani
membalas perkataan ibunya dengan “Tidak! Tidak! Malu aku mengakui engkau
sebagai ibu ku. Pemuda itu pasti akan lari kalau aku mengakui engkau sebagai
Lalu Mak Daliyah berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk memberi
Cantika hukuman yang setimpal. Cantika mendadak tidak bisa bergerak dan
menangis dan meminta maaf kepada ibunya. Semuanya telah terlambat bagi
Cantika. Mak Daliyah hanya terdiam. Akhirnya seluruh tubuh Cantika berubah
menjadi batu. Batu jelmaan Cantika itu terus meneteskan air seperti air mata
penyesalan yang menetes dari matanya. Orang-orang yang mengetahui adanya air
yang terus menetes dari batu itu pun menyebutnya “Batu Menangis.”
TRIO LEGENDARIS
Pada sore hari, Satrio kelas VIII SMP baru saja pulang dari ekskul sepak bola
dengan mengendarai sepeda. Ia sangat lelah dan ingin buru-buru sampai ke rumah
untuk beristirahat. Ia pun mengayuh sepedanya lebih cepat. Ia sama sekali tidak
terkejut dan langsung mengerem sepedanya dan heran. Lalu anak SMA yang
pertama bicara “Oy, bocah! Kamu yang Namanya Satrio kan?” Satrio menjawab
“Bener! Emangnya kenapa?” Anak SMA pertama bertanya “kamu kan yang
ngalahin adikku di kompetisi sepak bola SMP kemarin?” Lalu Satrio terdiam
sebentar dan mengingat-ingat “Oh tim SMP Nusantara? Mereka emang pantes
kalah. Beknya keropos! Merem aja aku bisa bikin gol.” Anak SMA kedua maju dan
ditahan anak SMA yang pertama. Anak SMA ketiga bertanya “Terus, mau diapain
nih anak?”
Anak SMA pertama mengeluarkan bola dari ranselnya dan menantang Satrio
untuk bermain sepakbola bersama anak-anak SMA tersebut. Satrio tersenyum yakin
akan menang. Anak SMA pertama, kedua, dan ketiga terus mengoper-oper bola dan
menertawakan dan meledek Satrio karena tidak bisa merebut bola dari nya.
Teman Satrio, Arya namanya datang dan merebut bola dari anak-anak SMA
tersebut. Lalu satrio terkejut dan bertanya kepada Arya “Arya kok kamu ada
disini?” Arya menjawab “Hehe. Mana mungkin aku ngebiarin kamu kesulitan
dipermainkan kakak-kakak senior kita ini.” Satrio megatakan “Senior? Jadi mereka
juga dari Harapan Bangsa? Pantas saja mereka lihai… Huh, tapi sekarang masih
dua lawan tiga.” Lalu Arya menunjuk ke belakang dan tenyata ada temen Satrio
satu lagi bernama Danu. Danu megatakan “Yo Satrio, sekarang tiga lawan tiga!
Ayo, permainan yang sebenarnya baru saja dimulai!” Anak SMA pertama
mengatakan “Wah, sang trio legendaris SMP Harapan Bangsa: Satrio, Arya, dan