Anda di halaman 1dari 4

BATU MENANGIS

Dahulu kala, hiduplah seorang janda miskin, Mak Daliyah namanya. Ia

tinggal di sebuah gubuk reyot di pinggir hutan. Ia bekerja di ladang sempit

peninggalan mendiang suaminya. Sepulang dari berladang, Mak Daliyah mencari

kayu bakar di hutan. Kayu-kayu bakar ini kemudian dijualnya di perkampungan

penduduk yang jauh dari tempat tinggalnya. Mak Daliyah mempunyai seorang anak

gadis. Cantika namanya. Sesuai namanya, wajah Cantika amatlah cantik.

Setelah ibu Cantika pulang, Mak Daliyah meminta tolong Cantika untuk

memasak, tetapi Cantika menolak dengan alasan tidak mau terkena bau minyak dan

tangan kotor karena sudah dandan padahal tidak pergi kemana-mana. Cantika tetap

menolak untuk memasak, sehingga Mak Daliyah yang tetap harus memasak setelah

Mak Daliyah beristirahat.

Keesokan hari, Cantika diajak ibunya untuk berbelanja di pasar. Cantika

memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Ibunya berjalan di belakang, sedangkan

Cantika berjalan di depan. Diantara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda

mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Wahai, gadis cantik! Apakah wanita

berbaju lusuh yang berjalan di belakang itu ibumu?” Namun, apa jawaban anak

gadis itu ? “Bukan” katanya “Itu cuma pembantuku !”

Dengan terkejut dan sedih Mak Dahliya mengatakan “Cantika anakku! Aku

ini ibu mu, orang yang melahirkanmu. Sungguh, sangat durhaka jika engkau berani

menganggapku sebagai pembantumu! Sadarlah engkau, wahai anak ku.” Cantika

membalas perkataan ibunya dengan “Tidak! Tidak! Malu aku mengakui engkau
sebagai ibu ku. Pemuda itu pasti akan lari kalau aku mengakui engkau sebagai

ibuku. Pokoknya tidak!”

Lalu Mak Daliyah berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk memberi

Cantika hukuman yang setimpal. Cantika mendadak tidak bisa bergerak dan

menangis dan meminta maaf kepada ibunya. Semuanya telah terlambat bagi

Cantika. Mak Daliyah hanya terdiam. Akhirnya seluruh tubuh Cantika berubah

menjadi batu. Batu jelmaan Cantika itu terus meneteskan air seperti air mata

penyesalan yang menetes dari matanya. Orang-orang yang mengetahui adanya air

yang terus menetes dari batu itu pun menyebutnya “Batu Menangis.”
TRIO LEGENDARIS

Pada sore hari, Satrio kelas VIII SMP baru saja pulang dari ekskul sepak bola

dengan mengendarai sepeda. Ia sangat lelah dan ingin buru-buru sampai ke rumah

untuk beristirahat. Ia pun mengayuh sepedanya lebih cepat. Ia sama sekali tidak

tahu apa yang akan menghadang jalannya.

Tiba-tiba datanglah segrembolan anak SMA yang berjumlah 3 orang. Satrio

terkejut dan langsung mengerem sepedanya dan heran. Lalu anak SMA yang

pertama bicara “Oy, bocah! Kamu yang Namanya Satrio kan?” Satrio menjawab

“Bener! Emangnya kenapa?” Anak SMA pertama bertanya “kamu kan yang

ngalahin adikku di kompetisi sepak bola SMP kemarin?” Lalu Satrio terdiam

sebentar dan mengingat-ingat “Oh tim SMP Nusantara? Mereka emang pantes

kalah. Beknya keropos! Merem aja aku bisa bikin gol.” Anak SMA kedua maju dan

ditahan anak SMA yang pertama. Anak SMA ketiga bertanya “Terus, mau diapain

nih anak?”

Anak SMA pertama mengeluarkan bola dari ranselnya dan menantang Satrio

untuk bermain sepakbola bersama anak-anak SMA tersebut. Satrio tersenyum yakin

akan menang. Anak SMA pertama, kedua, dan ketiga terus mengoper-oper bola dan

menertawakan dan meledek Satrio karena tidak bisa merebut bola dari nya.

Teman Satrio, Arya namanya datang dan merebut bola dari anak-anak SMA

tersebut. Lalu satrio terkejut dan bertanya kepada Arya “Arya kok kamu ada

disini?” Arya menjawab “Hehe. Mana mungkin aku ngebiarin kamu kesulitan

dipermainkan kakak-kakak senior kita ini.” Satrio megatakan “Senior? Jadi mereka
juga dari Harapan Bangsa? Pantas saja mereka lihai… Huh, tapi sekarang masih

dua lawan tiga.” Lalu Arya menunjuk ke belakang dan tenyata ada temen Satrio

satu lagi bernama Danu. Danu megatakan “Yo Satrio, sekarang tiga lawan tiga!

Ayo, permainan yang sebenarnya baru saja dimulai!” Anak SMA pertama

mengatakan “Wah, sang trio legendaris SMP Harapan Bangsa: Satrio, Arya, dan

Danu, akhirnya berkumpul juga. Ini bakal menarik…”

Anda mungkin juga menyukai