Anda di halaman 1dari 8

Top Info

Contoh Kerajinan Tangan dari Barang Bekas

11:44:08 am

Sunday 15th, October 2017 /

ilmu seni

Home

Seni Rupa

Seni Budaya

Seni Pertunjukan

Seni Sastra

Film

Sponsors Link

Home » Seni Budaya » 8 Kebudayaan Suku Madura di Indonesia

8 Kebudayaan Suku Madura di Indonesia

Sponsors Link

Suku Madura merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah pulau madura dan pulau-pulau kecil
disekitarnya. Letak pulau Madura sendiri berada di ujung utara wilayah Jawa Timur. Antara pulau
Madura dan Jawa sekarang ini telah terhubung dengan adanya jalan tol jembatan Suramadu. Suku
Madura merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki populasi cukup besar dan
tersebar tidak hanya di pulau Madura melainkan di wilayah-wilayah lain Indonesia karena budaya
perantauannya. Kebudayaan suku Madura merupakan salah satu yang paling terkenal di Indonesia,
pakaian adatnya yang bercorak garis horizontal warna merah dan putih merupakan yang familiar
dikenal oleh kebanyakan orang.

ads
Suku Madura mendiami 4 kabupaten di pulau Madura yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan
Sumenep. Sumenep merupakan wilayah yang dipercaya sebagai pusat kerajaan Madura pada zaman
dahulu. Oleh sebab itu dialek bahasa Madura yang dijadikan bahasa pemersatu adalah dialek
Sumenep. Suku Madura memiliki beberapa produk budaya yang masih mirip dengan kebudayaan
suku Jawa, selain karena faktor kedekatan geografis adalah karena faktor ekspansi kerajaan
Majapahit pada zaman dulu yang juga memasuki wilayah Madura dan akhirnya terjadi percampuran
budaya. Namun, beberapa bentuk kebudayaan masih menunjukkan ciri khas dari pribumi suku
Madura sendiri. Inilah beberapa bentuk kebudayaan dan kebiasaan dari Suku Madura yang terkenal :

1. Pesa’an

Pesa’an merupakan sebutan bagi pakaian tradisional khas suku Madura. Pesa’an pada pakaian pria
terdiri dari kaos yang bermotif garis dengan warna merah dan putih yang dipadu-padankan dengan
baju dan celana longgar berwarna hitam. Sebagai pelengkap digunakan ikat kepala yang disebut
odheng dan juga senjata tradisional clurit yang diselempangkan. Sedangkan pada wanita lebih
sederhana dan lebih mirip dengan pakaian suku Jawa dengan atasan kebaya dan bawahan kain Jarit.

Pada zaman dahulu, pesa’an biasa digunakan oleh para guru agama atau biasa disebut dengan
molang. Warna dan motif garis yang ada pada kaos pesa’an memiliki makna ketegasan dan
keberanian serta semangat kerja keras. Oleh sebab itu suku Madura dikenal sebagai masyarakat
yang memiliki pribadi berani, keras, tegas serta memiliki etos kerja keras yang tinggi.

Pelajari juga pakaian adat suku lain pada artikel : Kebudayaan suku baduy, kebudayaan
minangkabau, kebudayaan sumatera selatan.

2. Clurit

Suku Madura memiliki senjata tradisional yang sangat khas yang disebut clurit. Bentuk Clurit mirip
dengan arit pada suku Jawa yang biasa digunakan untuk bertani dan berkebun. Perbedaannya,
bentuk clurit lebih ramping dengan lingkar lengkung yang lebih tipis serta memiliki ujung yang lebih
lancip. Clurit dilengkapi dengan gagang yang terbuat dari besi atau kayu.

Keberadaan clurit pada masyarakat Madura tidak dapat dilepaskan dari legenda Pak Sakera. Konon
pada zaman dahulu, Pak Sakera merupakan seorang mandor kebun yang selalu membawa clurit
ketika bekerja dan mengawasi pegawai perkebunannya. Pada masa penjajahan Belanda, Pak Sakera
merupakan sosok pejuang rakyat yang dengan cluritnya berani melawan para jagoan (biasa disebut
Blater) yang sudah dibeli oleh Belanda untuk menguasai tanah Madura. Beliau merupakan sosok
pemberontak dari kalangan santri yang sangat tegas menolak penjajahan Belanda. Sejak saat itu
clurit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas Suku Madura. Clurit merupakan simbol
perjuangan dan keberanian rakyat Madura.

ads

3. Saronen

Saronen merupakan alat musik tradisonal khas suku Madura. Saronen memiliki bentuk kerucut
memanjang menyerupai terompet dan dimainkan dengan cara ditiup. Saronen awal mulanya lebih
dikenal dengan nama Sennenan yang artinya hari Senin. Sejarah Saronen berawal dari Kyai Khatib
Sendang yang merupakan cicit dari Sunan Kudus menggunakan alat ini sebagai media dakwahnya
untuk menyebarkan Islam di Madura. Setiap hari Senin Kyai Khatib menggunakan alat musik tiup ini
untuk mengumpulkan masyarakat Madura yang tengah berbelanja di pasar dan sekaligus menghibur
mereka. Selepas mereka berkumpul dan terhibur Kyai Khatib menyelinginya dengan dakwah nilai-
nilai Islam. Oleh sebab itu alat musik tiup ini awal mulanya lebih dikenal dengan Sennenan. Bentuk
alat musik Sennenan atau Saronen serta bunyi khas yang dikeluarkannya mirip dengan alat musik
Selompret yang digunakan pada kesenian Reog pada kebudayaan Ponorogo dan biasa juga dipakai
dalam kesenian Kuda Lumping.

Dalam perkembangannya Saronen kemudian menjadi tradisi kesenian musik tersendiri. Tidak lagi
hanya berbicara alat musik tiup, Saronen dimainkan dengan diiringi beberapa alat musik lain,
diantaranya kendang, gong besar, gong kecil, kenong besar, kenong kecil serta kempul. Kesenian
saronen biasa dimainkan ketika ada pesta adat pernikahan, pesta adat rakyat ataupun ketika
penyelenggaraan turnamen karapan sapi.

Pelajari juga kesenian khas suku lain pada artikel : Kebudayaan suku banjar, kebudayaan sunda

4. Keraban Sapeh

Keraban Sapeh atau lebih familiar disebut dengan karapan sapi, merupakan kebudayaan suku
Madura yang sangat khas dan terkenal. Karapan sapi merupakan kesenian pesta adat rakyat berupa
perlombaan dengan menggunakan semacam gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi dan terdapat
satu joki sebagai pengendali laju sapi. Sejarah karapan sapi berawal dari Syeh Ahmad Baidawi yang
memperkenalkan kepada masyarakat Madura tentang cara bercocok tanam sawah dengan
menggunakan alat dari sepasang bambu disebut ‘nanggala’ atau ‘salaga’. Nanggala atau salaga ini
ditarik oleh dua ekor sapi yang kemudian digunakan untuk membajak persawahan. Karapan sapi
pada awal mulanya digunakan untuk menyeleksi sapi-sapi terbaik yang bisa digunakan untuk
membajak sawah. Namun kemudian hal ini berkembang menjadi tradisi dan kesenian tersendiri.
Masyarakat Madura biasa mengadakan perlombaan karapan sapi pada sekitar bulan-bulan Agustus
dan September dan finalnya biasa dilaksanakan pada bulan Oktober. Tradisi tahunan karapan sapi ini
cukup bergengsi di kalangan suku Madura karena sapi yang menjadi juara pada perlombaan ini
selain meningkatkan status daya jualnya, juga dapat meningkatkan status sosial pemilik sapi.
Karapan sapi biasa dilaksanakan pada areal persawahan dengan panjang lintasan sekitar 100 meter.
Joki-joki karapan sapi harus berusaha memacu sapi-sapi mereka untuk dapat mencapai garis finish
terlebih dahulu, yang tercepatlah yang dinyatakan sebagai pemenang.

5. Bhubu’an

Tradisi bhubu’an dikembangkan oleh masyarakat suku Madura yang mendiami wilayah Bangkalan.
Tradisi bhubu’an merupakan tradisi memberi kado pada hajat pernikahan. Pada zaman dahulu,
bhubu’an berupa bahan pangan dan sembako, namun seiring perkembangan zaman, sekarang sudah
lebih banyak menggunakan uang.

Pada tradisi bhubu’an, para tamu undangan biasanya menyerahkan kado pemberian mereka kepada
para penerima tamu. Para penerima tamu ini lantas kemudian mencatat nama dan besaran
pemberian atau barang-barang apa saja yang diberikan sebagai kado pemberian. Fungsi pencatatan
ini nantinya sebagai administrasi bagi tuan rumah yang memiliki hajat untuk mengembalikan
kembali kado pemberian tersebut kepada pemberinya. Maksudnya ketika nanti si pemberi kado
sedang ada hajat, maka tuan rumah tadi akan membawa bhubu’an yang senilai dengan yang
diberikan atau bisa lebih. Tradisi ini menunjukkan sikap sosial suku Madura yang tolong menolong.

6. Carok

Carok berasal dari bahasa kawi kuno yang artinya perkelahian. Tradisi carok merupakan tradisi
pertarungan atau perkelahian antara dua orang atau dua keluarga besar dengan menggunakan
senjata tradisional clurit. Pertengkaran ini biasanya berkaitan dengan harga diri, baik diri pribadi
maupun keluarga. Lebih banyak biasanya dipicu masalah perebutan wanita. Terkadang tradisi carok
ini bisa membawa pada munculnya korban jiwa.

Suku Madura memegang prinsip hidup “ Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata “, yang
artinya lebih baik putih tulang (mati) daripada putih mata (menahan malu). Oleh sebab itu bila
terjadi permasalahan yang menyangkut harkat dan martabat diri suku Madura, maka carok
merupakan solusi jalan keluarnya. Filosofis inilah yang sempat memunculkan konflik budaya dengan
kebudayaan suku dayak ketika suku Madura bermigrasi ke tanah Kalimantan.

Sponsors Link
Tradisi carok mulai berkembang pesat ketika Belanda pada saat ingin menguasai tanah Madura,
menggunakan para jawara yang disebut Blater untuk menantang dan beradu duel dengan
masyarakat pribumi. Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa takut. Pak Sakera merupakan salah
satu orang Madura yang sangat keras memberontak penjajahan Belanda, Pak Sakera dengan
cluritnya melakukan perjuangan melawan para Blater Belanda. Belanda sendiri juga sering
menggunakan carok untuk mengadu domba masyarakat Madura. Bila ada perselisihan dan
persengketaan, Belanda selalu mengajukan carok sebagai jalan, dan sejak saat itu carok dan clurit
sangat kental dalam kebiasaan suku Madura. Hingga hari ini tradisi carok masih dipegang teguh oleh
sebagian masyarakat Madura.

7. Mondok

Keseluruhan suku Madura merupakan penganut Islam yang kuat. Madura sendiri merupakan bagian
dari wilayah tapal kuda yang dikenal dengan adat kyai dan pesantren. Di Madura terdapat lebih dari
200an pondok pesantren Islam. Orang Madura biasanya lebih menyukai menyekolahkan anak-
anaknya ke pondok pesantren yang biasa disebut dengan istilah mondok daripada menyekolahkan
anak-anak mereka ke sekolah-sekolah umum. Bagi mereka ilmu agama lebih penting daripada ilmu
dunia. Keluarga suku Madura sudah terbiasa melepas anak-anak mereka untuk mondok sejak usia
kecil. Biasanya mereka mondok tidak hanya di sekitaran pulau Madura tetapi bisa hingga ke wilayah-
wilayah Jawa Timur yang memiliki basis pondok pesantren Islam.

Kebiasaan mondok dan keteguhannya pada nilai-nilai Islam ini menjadikan orang suku Madura
memiliki ketundukan dan kepatuhan yang tinggi terhadap para kyai Islam yang dipandang memiliki
kelebihan ilmu agama. Kyai merupakan sosok yang sangat dihormati oleh orang suku Madura.
Kepatuhan ini hingga menjadi sebuah jargon bagi suku Madura bahwa sejahat-jahatnya atau
sebengis-bengisnya orang Madura, mereka akan tetap patuh dan tidak berani melawan guru dan
Kyainya.

Pelajari juga adat hidup suku lain pada artikel : kebudayaan Batak, kebudayaan papua, kebudayaan
nusa Tenggara Timur.

Sponsors Link

8. Haji sebagai Tujuan Hidup

Orang suku Madura yang terkenal dengan kerja keras dan keteguhannya dalam memegang nilai-nilai
Islam, memiliki tujuan hidup yang sama yakni naik Haji. Pergi berhaji bagi masyarakat Madura selain
sebagai bentuk penyempurna ibadah sebagaimana yang ada dalam ajaran Islam, juga merupakan
salah satu bentuk menunjukkan status sosial di kalangan masyarakat. Predikat haji bagi suku Madura
memiliki prestise tersendiri.

Mereka yang telah berhasil menunaikan ibadah haji, maka lingkungan sosialnya akan memanggil
mereka dengan sebutan ‘abah’ untuk pria dan ‘umi’ untuk wanita. Secara tidak langsung sebutan ini
seperti meningkatkan kasta sosial mereka dibandingkan dengan orang-orang yang belum berhaji.
Bagi orang Suku Madura, pergi berhaji terkadang tidak cukup hanya sekali, selagi mereka memiliki
kemampuan secara ekonomi maka mereka akan terus pergi berhaji, dan otomatis status sosialnya
pun akan terus merangkak naik. Oleh sebab itu, berhaji bagi suku Madura menjadi sebuah nilai
budaya tersendiri.

Itulah beberapa bentuk kebudayaan suku Madura yang mencerminkan filosofis kehidupan mereka.
Indonesia memang negara dengan suku bangsa yang kaya akan budaya, warisan kekayaan budaya
merupakan hal yang patut untuk terus dilestarikan. Untuk Jawa Timur pelajari juga kebudayaan
Pacitan yang juga memiliki keunikan tersendiri.

Advertisement

*Jika artikel ini bermanfaat, mohon di share ^V^!

budaya, Kebudayaan, suku Madura, tradisional, Tradisional indonesia

Artikel Terkait

Keunikan Gerak Tari Daerah di Indonesia Terlengkap

13 Contoh Seni Tari Tradisional dan Modern

Pengertian Improvisasi dalam Teater – Jenis dan Fungsinya

15 Macam Macam Alat Musik Petik Modern dan Tradisional 15 Macam Macam Alat Musik Petik
Modern dan Tradisional

Previous

Next

Post Date: Friday 31st, March 2017 / 08:12 Oleh : andra Kategori : Seni Budaya

Artikel Terbaru
Recent

Manfaat Seni Teater Secara Umum dan Dalam Kehidupan Sehari-hari

10 October, 2017

15 Tokoh Seni Patung Indonesia Yang Terkenal

05 October, 2017

30 Contoh Tari Berpasangan dari Jawa Terlengkap

30 September, 2017

30 Contoh Tari Kreasi – Baru, Tunggal dan Berpasangan

07 September, 2017

Keunikan Gerak Tari Daerah di Indonesia Terlengkap

07 September, 2017

Contoh Seni Sastra di Indonesia

07 September, 2017

13 Contoh Seni Tari Tradisional dan Modern

07 September, 2017

Cabang Seni Musik Berdasarkan Bentuk, Fungsi dan Waktu

31 August, 2017

20 Contoh Komunikasi Formal Dalam Seni

31 August, 2017

Perbedaan Seni Teater dan Drama Terlengkap

29 August, 2017

Tentang Kami | Hubungi Kami

Informasi di web ini hanya bersifat informasi dan tidak untuk menggantikan pendapat ahli atau
profesional.

2017 © Copyright IlmuSeni.com. All Right Reserve World Wide

Kebijakan Privasi | Ketentuan Layanan | Disclaimer | Kebijakan Cookies | Adchoices


to top ↑

Anda mungkin juga menyukai