Anda di halaman 1dari 2

Bhgawan Dhomya

Om swastyastu

Dikisahkan ada seorang Brāhmana yang tinggal di Ayodhya bernama Bhagawan


Dhomya. Beliau memiliki 3 orang murid yang sangat setia. Pertama muridnya bernama Sang
Utamanyu, yang kedua bernama Sang Arunika dan yang ketiga bernama Sang Weda. Pada
suatu saat Bhagawan Dhomya ingin menguji kesetiaan ketiga muridnya tersebut.
Sang Arunika yang setiap harinya bekerja di sawah. Dengan hati-hati Sang Arunika
merawat biji padi yang ditanamnya. Ketika biji-bijinya sudah mulai tumbuh dengan subur,
tanpa disangka datanglah hujan yang sangat deras mengguyur pematah sawah. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya air bah dan mengakibatkan kerusakan pada pematang sawahnya.
Sang Arunika merasa sangat khawatir jika air tersebut juga akan merusak
tanamannya. “Wah kalau hujan terus lebat seperti ini, bagaimana dengan pematang sawah
nanti yaa?” kata Sang Arunika di dalam hatinya. Maka Sang Arunika pun mencoba
memperbaiki pematangnya. Namun berkali-kali usahanya selalu saja gagal dan akhirnya
pematang sawah jebol juga. Sebagai pengganti pematang yang jebol tersebut, Sang Arunika
merebahkan dirinya untuk menahan air bah dengan tujuan agar tanaman padi yang mulai
tumbuh tidak rusak. Hal tersebut diketahui oleh Bhagawan Dhomya. Karena kesetiaan Sang
Arunika maka diberikanlah anugerah kesaktian oleh Begawan Dhomya.
Murid yang kedua yaitu Sang Utamanyu. Sang Utamanyu yang kesehariaanya sebagai
penggembala lembu. Siswa yang satu ini melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi dan
menggembala dengan penuh kehati-hatian. Namun karena menggembala seharian penuh
Sang Utamayu pun merasa kelaparan. Sang Utamanyu meminta- minta nasi kepada orang
yang ada disekitar pengembala, namun nasi hasil meminta-minta itu tidak dihaturkan kepada
Bhagawan Dhomya.
Hal tersebut diketahui oleh Bhagawan Dhomya dan beliau bersabda: "Anakku Sang
Utamanyu, apabila seorang siswa bhakti kepada gurunya maka ia menyerahkan hasil
meminta-minta kepada Sang Guru. Ia tidak boleh memakan hasil meminta-minta tersebut".
(Anaku sang Utamanyu, Krama ning sisya yan gurubhakti mawwat nasi solih niranasi
krama nika. swayam asrayamakapa-jiwana, Solihtanasi tan yoga bhuktinta). “Baiklah
guruku” jawab Sang Utamayu. Keesokan harinya Sang Utamanyu kembali mengembala,
bersamaan dengan itu ia pun meminta-minta kembali pada warga sekitar. Hasil minta-minta
tersebut ia serahkan kepada Sang Guru, namun setelah itu kembali meminta-minta kepada
warga. Sang Guru mengetahui hal tersebut dan menasehatinya Sang Utamayu. “Hai anakku
Sang Utamayu hal itu lobha namanya. Engkau tidak boleh meminta-minta untuk kedua
kalinya". “Baiklah guruku” jawab Sang Utamayu.
Sang Utamanyu menuruti perintah Sang Guru. Namun karena tidak bisa menahan
lapar, maka Sang Utamayu pun meminum sisa air susu lembu yang jatuh setelah anak-anak
lembu itu meminumnya. Hal itu pun diketahui oleh Bhagawan Domya. Kemudian Bhagawan
Dhomya bersabda kepada Sang Utamayu: "Apa yang engkau lakukan itu adalah mengambil
milik guru, karena seorang siswa tidak boleh memakan kepunyaan guru". “Baiklah guru”
jawab Sang Utamayu.
Sang Utamanyu pun tidak melakukan perbuatan itu lagi, sehingga siswa yang satu ini
menjadi sangat kurus. Ketika mengembala kembali Sang Utamayu tidak memakan sesuatu
lagi. namun ia mencari pohon maduri dan diminumlah getah pohon maduri tersebut. Apa
yang akan terjadi? Sang Utamanyu pun menjadi buta karena getah pohon itu yang sangat
panas dan berpengaruh pada penglihatannya. Ketika Sang Utmanyu kembali ke rumah, di
tengah perjalan terjerembablah ke dalam sumur mati. Lembu peliharaanya pulang dengan
sendirian ke kandangnya.
Hal tersebut diketahui oleh Bhagawan Dhomya dan sangat terkejut karena siswanya
tidak kembali. Bagawan Dhomya pun kemudian mencarinya dan ditemukanlah Sang
Utamayu di dalam sumur mati. Karena kasihnya Sang Guru kepada siswanya maka Sang
Utamanyu diberikan mantra Aswinodewarajani. Sebuah mantra yang dapat menghilangkan
sakit termasuk menghentikan buta. Dengan menguncarkan mantra tersebut Sang Utamanyu
pun segar bugar kembali. Bhagawan Dhomya merasa sangat bahagia memiliki seorang siswa
yang bakti kepada gurunya.Karena kesetiannya terhadap kewajiban maka Sang Utamanyu
dianugerahi oleh Bhagawan Dhomya mantra sakti yang mampu menyembuhkan penyakit.
Sementara itu, Sang Weda disuruh tinggal di dapur untuk menyediakan hidangan
yang terbaik untuk Bhagawan Dhomya. Sang Weda selalu menuruti perintah gurunya meski
yang buruk sekalipun. Segala perintah gurunya dikerjakan dengan baik. Maka Sang Weda
dianugerahi segala macam ilmu pengetahuan, mantra Veda, dan kecerdasan oleh Bhagawan
Dhomya.
Sejatinya seorang guru pengajian memiliki peran yang sangat penting serta strategis
dalam tugasnya untuk melengkapi ajaran-ajaran kerohanian. Didalam kita melaksanakan
sebuah tugas lakukanlah dengan tulus iklas dan tidak akan menyesal jika sebuah usahamu
gagal. Karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Teruslah berusaha semampu kita
dan percayalah usaha tidak menghianati hasil.

Om Santi Santi Santi Om.

Anda mungkin juga menyukai