Anda di halaman 1dari 8

BHISMA PARWA

NAMA : I Gusti Agung Ayu Narita Savitri

NO/Kls : 05 / XI IPA 11
PENDAHULUAN

Bhismaparwa konon merupakan bagian terpenting Mahabharata karena kitab keenam ini
mengandung kitab Bhagawad Gita. Dalam Bhismaparwa dikisahkan bagaimana kedua pasukan,
pasukan Korawa dan Pandawa berhadapan satu sama lain sebelum Bharatayuddha dimulai. Lalu
sang Arjuna dan kusirnya sang Kresna berada di antara kedua pasukan. Arjuna pun bisa melihat
bala tentara Korawa dan para Korawa, sepupunya sendiri. Iapun menjadi sedih karena harus
memerangi mereka. Walaupun mereka jahat, tetapi Arjuna teringat bagaimana mereka pernah
dididik bersama-sama sewaktu kecil dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh.
Lalu Kresna memberi Arjuna sebuah wejangan. Wejangannya ini disebut dengan
nama Bhagawad Gita atau "Gita Sang Bagawan", artinya adalah nyanyian seorang suci.

Bhismaparwa diakhiri dengan dikalahkannya Bisma, kakek para Pandawa dan Korawa. Bhisma
mempunyai sebuah kesaktian bahwa ia bisa meninggal pada waktu yang ditentukan sendiri. Lalu
ia memilih untuk tetap tidur terbentang saja pada "tempat tidur panahnya" (saratalpa) sampai
perang Bharatayuddha selesai. Bisma terkena panah banyak sekali sampai ia terjatuh tetapi

tubuhnya tidak menyentuh tanah, hanya ujung-ujung panahnya saja.


BHISMA PARWA

Sebelum pertempuran dimulai, kedua belah pihak sudah memenuhi daratan Kurukshetra. Para
Raja terkemuka pada zaman India Kuno seperti misalnya Drupada, Sudakshina
Kamboja, Bahlika, Salya, Wirata, Yudhamanyu, Uttamauja, Yuyudhana, Chekitana, Purujit, Kunt
ibhoja, dan lain-lain turut berpartisipasi dalam pembantaian besar-besaran tersebut. Bhisma, sang
sesepuh Wangsa Kuru, mengenakan jubah putih dan bendera putih, bersinar, dan tampak seperti
gunung putih. Arjuna menaiki kereta kencana yang ditarik oleh empat ekor kuda putih dan
dikemudikan oleh Kresna, yang mengenakan jubah sutera kuning.
Pasukan Korawa menghadap ke barat, sedangkan pasukan Pandawa menghadap ke timur.
Pasukan Korawa terdiri dari 11 divisi, sedangkan pasukan Pandawa terdiri dari 7 divisi. Pandawa
mengatur pasukannya membentuk formasi Bajra, formasi yang konon diciptakan Dewa Indra.
Pasukan Korawa jumlahnya lebih banyak daripada pasukan Pandawa, dan formasinya lebih
menakutkan. Fomasi tersebut disusun oleh Drona, Bisma, Aswatama, Bahlika, dan Kripa yang
semuanya ahli dalam peperangan. Pasukan gajah merupakan tubuh formasi, para Raja
merupakan kepala dan pasukan berkuda merupakan sayapnya. Yudistira sempat gemetar dan
cemas melihat formasi yang kelihatannya sulit ditembus tersebut, namun setelah mendapat
penjelasan dari Arjuna, rasa percaya dirinya bangkit.
Sebelum pertempuran dimulai, terlebih dahulu Bisma meniup terompet kerangnya yang
menggemparkan seluruh medan perang, kemudian disusul oleh para Raja dan ksatria, baik dari
pihak Korawa maupun Pandawa. Setelah itu, Arjuna menyuruh Kresna yang menjadi kusir
keretanya, agar membawanya ke tengah medan pertempuran, supaya Arjuna bisa melihat siapa
yang sudah siap bertarung dan siapa yang harus ia hadapi nanti di medan pertempuran.
Di tengah medan pertempuran, Arjuna melihat kakeknya, gurunya, teman, saudara, ipar, dan
kerabatnya berdiri di medan pertempuran, siap untuk bertempur. Tiba-tiba Arjuna menjadi lemas
setelah melihat keadaan itu. Ia tidak tega untuk membunuh mereka semua. Ia ingin
mengundurkan diri dari medan pertempuran.
Arjuna berkata, "Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di
hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan
saya gemetar dan mulut saya terasa kering. Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang
seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dretarastra dan kawan-
kawan kita. O Kresna, suami Lakshmi Dewi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana
mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?"
Dilanda oleh pergolakan batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Kresna mencoba
untuk menyadarkan Arjuna. Kresna yang menjadi kusir Arjuna, memberikan wejangan-wejangan
suci kepada Arjuna, agar ia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kresna
juga menguraikan berbagai ajaran Hindu kepada Arjuna, agar segala keraguan di hatinya sirna,
sehingga ia mau melanjutkan pertempuran. Selain itu, Kresna memperlihatkan wujud semestanya
kepada Arjuna, agar Arjuna tahu siapa Kresna sebenarnya.
Wejangan suci yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna kemudian disebut Bhagavad Gt,
yang berarti "Nyanyian Tuhan". Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi kitab tersendiri
dan sangat terkenal di kalangan umat Hindu, karena dianggap merupakan pokok-pokok ajaran
Hindu dan intisari ajaran Veda.
Setelah Arjuna sadar terhadap kewajibannya dan mau melanjutkan pertarungan karena sudah
mendapat wejangan suci dari Kresna, maka pertempuran segera dimulai. Arjuna mengangkat
busur panahnya yang bernama Gandiwa, diringi oleh sorak sorai gegap gempita. Pasukan kedua
pihak bergemuruh. Mereka meniup sangkala dan terompet tanduk, memukul tambur dan
genderang. Para Dewa, Pitara, Rishi, dan penghuni surga lainnya turut menyaksikan pembantaian
besar-besaran tersebut.
Pada saat-saat menjelang pertempuran tersebut, tiba-tiba Yudistira melepaskan baju zirahnya,
meletakkan senjatanya, dan turun dari keretanya, sambil mencakupkan tangan dan berjalan ke
arah pasukan Korawa. Seluruh pihak yang melihat tindakannya tidak percaya.
Para Pandawa mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya, namun Yudistira diam
membisu, hanya terus melangkah. Di saat semua pihak terheran-heran, hanya Kresna yang
tersenyum karena mengetahui tujuan Yudistira. Pasukan Korawa penasaran dengan tindakan
Yudistira. Mereka siap siaga dengan senjata lengkap dan tidak melepaskan pandangan kepada
Yudistira. Yudistira berjalan melangkah ke arah Bisma, kemudian dengan rasa bakti yang tulus ia
menjatuhkan dirinya dan menyembah kaki Bisma
, kakek yang sangat dihormatinya.
Yudistira berkata, Hamba datang untuk menghormat kepadamu, O paduka nan gagah tak
terkalahkan. Kami akan menghadapi paduka dalam pertempuran. Kami mohon perkenan paduka
dalam hal ini, dan kami pun memohon doa restu paduka.
Bisma menjawab, Apabila engkau, O Maharaja, dalam menghadapi pertempuran yang akan
berlangsung ini engkau tidak datang kepadaku seperti ini, pasti kukutuk dirimu, O
keturunan Bharata, agar menderita kekalahan! Aku puas, O putera mulia. Berperanglah dan
dapatkan kemenangan, hai putera Pandu! Apa lagi cita-cita yang ingin kaucapai dalam
pertempuran ini? Pintalah suatu berkah dan restu, O putera Pritha. Pintalah sesuatu yang
kauinginkan! Atas restuku itu pastilah, O Maharaja, kekalahan tidak akan menimpa dirimu.
Orang dapat menjadi budak kekayaan, namun kekayaan itu bukanlah budak siapa pun juga.
Keadaan ini benar-benar terjadi, O putera bangsa Kuru. Dengan kekayaannya,
kaum Korawa telah mengikat diriku...
Setelah Yudistira mendapat doa restu dari Bisma, kemudian ia menyembah Drona, Kripa,
dan Salya. Semuanya memberikan doa restu yang sama seperti yang diucapkan Bisma, dan
mendoakan agar kemenangan berpihak kepada Pandawa. Setelah mendapat doa restu dari
mereka semua, Yudistira kembali menuju pasukannya, dan siap untuk memulai pertarungan.
Setelah tiba di tengah-tengah medan pertempuran, di antara kedua pasukan yang saling
berhadapan, Yudistira berseru, Siapa pun juga yang memilih kami, mereka itulah yang kupilih
menjadi sekutu kami!
Setelah berseru demikian, suasana hening sejenak. Tiba-tiba di antara pasukan Korawa terdengar
jawaban yang diserukan oleh Yuyutsu. Dengan pandangan lurus ke arah Pandawa, Yuyutsu
berseru, Hamba bersedia bertempur di bawah panji-panji paduka, demi kemenangan paduka
sekalian! Hamba akan menghadapi putera Dretarastra, itu pun apabila paduka raja berkenan
menerima! Demikianlah, O paduka Raja nan suci!
Dengan gembira, Yudistira berseru, Mari, kemarilah! Kami semua ingin bertempur menghadapi
saudara-saudaramu yang tolol itu! O Yuyutsu, baik Vsudewa (Kresna) maupun kami lima
bersaudara menyatakan kepadamu bahwa aku menerimamu, O pahlawan perkasa, berjuanglah
bersama kami, untuk kepentinganku, menegakkan Dharma! Rupanya hanya anda sendirilah yang
menjadi penerus garis keturunan Dretarastra, sekaligus melanjutkan pelaksanaan upacara
persembahan kepada para leluhur mereka! O putera mahkota nan gagah, terimalah kami yang
juga telah menerima dirimu itu! Duryodana yang kejam dan berpengertian cutak itu segera akan
menemui ajalnya!
Setelah mendengar jawaban demikian, Yuyutsu meninggalkan pasukan Korawa dan bergabung
dengan para Pandawa. Kedatangannya disambut gembira. Yudistira mengenakan kembali baju
zirahnya, kemudian berperang.
Pertempuran dimulai. Kedua belah pihak maju dengan senjata lengkap. Divisi pasukan Korawa
dan divisi pasukan Pandawa saling bantai. Bisma maju menyerang para ksatria Pandawa dan
membinasakan apapun yang menghalangi jalannya. Abimanyu melihat hal tersebut dan
menyuruh paman-pamannya agar berhati-hati. Ia sendiri mencoba menyerang Bisma dan para
pengawalnya. Namun usaha para ksatria Pandawa di hari pertama tidak berhasil. Mereka
menerima kekalahan. Putera Raja Wirata, Uttara dan Sweta, gugur oleh Bisma dan Salya di hari
pertama. Kekalahan di hari pertama membuat Yudistira menjadi pesimis. Namun
Sri Kresna berkata bahwa kemenangan sesungguhnya akan berada di pihak Pandawa.

Pada hari kedua, Arjuna bertekad untuk membalikkan keadaan yang didapat pada hari pertama.
Arjuna mencoba untuk menyerang Bisma dan membunuhnya, namun para pasukan Korawa
berbaris di sekeliling Bisma dan melindunginya dengan segenap tenaga sehingga meyulitkan
Arjuna. Pasukan Korawa menyerang Arjuna yang hendak membunuh Bisma. Kedua belah pihak
saling bantai, dan sebagian besar pasukan Korawa gugur di tangan Arjuna. Setelah menyapu
seluruh pasukan Korawa, Arjuna dan Bisma terlibat dalam duel sengit. Sementara
itu Drona menyerang Drestadyumna bertubi-tubi dan mematahkan panahnya berkali-
kali. Duryodana mengirim pasukan bantuan dari kerajaan Kalinga untuk menyerang Bima,
namun serangan dari Duryodana tidak berhasil dan pasukannya gugur semua. Setyaki yang
bersekutu dengan Pandawa memanah kusir kereta Bisma sampai meninggal. Tanpa kusir, kuda
melarikan kereta Bisma menjauhi medan laga. Di akhir hari kedua, pihak Korawa mendapat
kekalahan.
Pada hari ketiga, Bisma memberi instruksi agar pasukan Korawa membentuk formasi burung
elang dengan dirinya sendiri sebagai panglima berada di garis depan sementara
tentara Duryodana melindungi barisan belakang. Bisma ingin agar tidak 1 terjadi kegagalan lagi.
Sementara itu para Pandawa mengantisipasinya dengan membentuk formasi bulan sabit
dengan Bima dan Arjuna sebagai pemimpin sayap kanan dan kiri. Pasukan Korawa
menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna, namun banyak pasukan Korawa yang tak
mampu menandingi kekuatan Arjuna. Abimanyu dan Setyaki menggabungkan kekuatan untuk
menghancurkan tentara Gandara milik Sangkuni. Bisma yang terlibat duel sengit dengan Arjuna,
masih bertarung dengan setengah hati. Duryodana memarahi Bisma yang masih segan untuk
menghabisi Arjuna. Perkataan Duryodana membuat hati Bisma tersinggung, kemudian ia
mengubah perasaanya.
Arjuna dan Kresna mencoba menyerang Bhishma. Arjuna dan Bisma sekali lagi terlibat dalam
pertarungan yang bengis, meskipun Arjuna masih merasa tega dan segan untuk melawan
kakeknya. Kresna menjadi sangat marah dengan keadaan itu dan berkata, "Aku sudah tak bisa
bersabar lagi, Aku akan membunuh Bisma dengan tanganku sendiri," lalu ia mengambilchakra-
nya dan berlari ke arah Bisma. Bisma menyerahkan dirinya kepada Kresna dengan pasrah. Ia
merasa beruntung jika gugur di tangan Kresna. Arjuna berlari mengejarnya dan mencegah
Kresna untuk melakukannya. Arjuna memegang kaki Kresna. Pada langkah yang kesepuluh,
Kresna berhenti.
Arjuna berkata, O junjunganku, padamkanlah kemarahan ini. Paduka tempat kami berlindung.
Baiklah, hari ini hamba bersumpah, atas nama dan saudara-saudara hamba, bahwa hamba tidak
akan menarik diri dari sumpah yang hamba ucapkan. O Kesawa, O adik Dewa Indra, atas
perintah paduka, baiklah, hamba yang akan memusnahkan bangsa Kuru!
Mendengar sumpah tersebut, Kresna puas hatinya. Kemarahannya mereda, namun masih tetap
memegang senjata chakra. Kemudian mereka berdua melanjutkan pertarungan dan
membinasakan banyak pasukan Korawa.
Hari keempat merupakan hari dimana Bima menunjukkan keberaniannya. Bisma memerintahkan
pasukan Korawa untuk bergerak. Abimanyu dikepung oleh para ksatria Korawa lalu diserang.
Arjuna melihat hal tersebut lalu menolong Abimanyu. Bima muncul pada saat yang genting
tersebut lalu menyerang para kstria Korawa dengan gada. KemudianDuryodana mengirimkan
pasukan gajah untuk menyerang Bima. Ketika Bima melihat pasukan gajah menuju ke arahnya,
ia turun dari kereta dan menyerang mereka satu persatu dengan gada baja miliknya. Mereka
dilempar dan dibanting ke arah pasukan Korawa. Kemudian Bima menyerang para ksatria
Korawa dan membunuh delapan adik Duryodana. Akhirnya ia dipanah dan tersungkur di
keretanya. Gatotkaca melihat hal tersebut, lalu merasa sangat marah kepada pasukan
Korawa. Bisma menasehati bahwa tidak ada yang mampu melawan Gatotkaca yang sedang
marah, lalu menyuruh pasukan agar mundur. Pada hari itu, Duryodana kehilangan banyak
saudara-saudaranya.
Pada hari kelima, pembantaian terus berlanjut. Pasukan Pandawa dengan segenap tenaga
membalas serangan Bisma. Bima berada di garis depan bersama Srikandi danDrestadyumna di
sampingnya. Karena Srikandi berperan sebagai seorang wanita, Bisma menolak untuk bertarung
dan pergi. Sementara itu, Setyaki membinasakan pasukan besar yang dikirim untuk
menyerangnya. Pertempuran dilanjutkan dengan pertarungan
antara Setyaki melawan Burisrawas dan kemudian Setyaki kesusahan sehingga berada dalam
situasi genting. Melihat hal itu, Bima datang melindungi Setyaki dan menyelamatkan nyawanya.
Di tempat lain, Arjuna bertempur dan membunuh ribuan tentara yang dikirimDuryodana untuk
menyerangnya.
Pertumpahan darah yang sulit dibayangkan terus berlanjut dari hari ke hari selama pertempuran
berlangsung. Hari keenam merupakan hari pembantaian yang hebat. Drona membantai banyak
prajurit di pihak Pandawa yang jumlahnya sukar diukur. Formasi kedua belah pihak pecah. Pada
hari kedelapan, Bima membunuh delapan putera Dretarastra. Putera Arjuna Irawan
terbunuh oleh para Korawa.
Pada hari kesembilan Bhisma menyerang pasukan Pandawa dengan membabi buta. Banyak
laskar yang tercerai berai karena serangan Bhisma. Banyak yang melarikan diri atau menjauh
dari Bisma, pendekar tua nan sakti dari Wangsa Kuru. Kresna memacu kuda-kudanya agar
berlari ke arah Bisma. Arjuna dan Bisma terlibat dalam pertarungan sengit, namun Arjuna
bertarung dengan setengah hati sementara Bisma menyerangnya dengan bertubi-tubi. Melihat
keadaan itu, sekali lagi Kresna menjadi marah. Ia ingin mengakhiri riwayat Bisma dengan
tangannya sendiri. Ia meloncat turun dari kereta Arjuna, dengan mata merah menyala tanda
kemarahan memuncak, bergerak berjalan menghampiri Bisma. Dengan senjata Chakra di tangan,
Kresna membidik Bisma. Bisma dengan pasrah tidak menghindarinya, namun semakin merasa
bahagia jika gugur di tangan Kresna. Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha
menarik kaki Kresna untuk menghentikan langkahnya.
Dengan sedih dan suara tersendat-sendat, Arjuna berkata, O Kesawa (Kresna), janganlah
paduka memalsukan kata-kata yang telah paduka ucapkan sebelumnya! Paduka telah
mengucapkan janji bahwa tidak akan ikut berperang. O Madhawa (Kresna), apabila paduka
melanjutkan niat paduka, orang-orang akan mengatakan bahwa paduka pembohong. Semua
penderitaan akibat perang ini, hambalah yang harus menanggungnya! Hambalah yang akan
membunuh kakek yang terhormat itu!...
Kresna tidak menjawab setelah mendengar kata-kata Arjuna, tetapi dengan menahan kemarahan
ia naik kembali ke atas keretanya. Kedua pasukan tersebut melanjutkan kembali pertarungannya.
Para Pandawa tidak mengetahui bagaimana cara mengalahkan Bisma. Pada malam harinya,
Pandawa menyusup ke dalam kemah Bisma. Bisma menyambutnya dengan doa restu. Pandawa
menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu mencari cara untuk mengalahkan Bisma. Kemudian
Bisma membeberkan hal-hal yang membuatnya tidak tega untuk berperang. Setelah mendengar
penjelasan Bisma, Arjuna berdiskusi dengan Kresna. Ia merasa tidak tega untuk mengakhiri
riwayat kakeknya. Kemudian Kresna mencoba menyadarkan Arjuna, tentang mana yang benar
dan mana yang salah.
Pada hari kesepuluh, pasukan Pandawa dipelopori oleh Srikandi di garis depan. Srikandi
menyerang Bisma, namun ia tidak dihiraukan. Bisma hanya tertawa kepada Srikandi, karena ia
tidak mau menyerang Srikandi yang berkepribadian seperti wanita. Melihat Bisma menghindari
Srikandi, Arjuna memanah Bisma berkali-kali. Puluhan panah menancap di tubuh Bisma. Bisma
terjatuh dari keretanya. Pasukan Pandawa bersorak. Tepat pada hari itu senja hari. Kedua belah
pihak menghentikan pertarungannya, mereka mengelilingi Bisma yang berbaring tidak
menyentuh tanah karena ditopang oleh panah-panah. Bisma menyuruh para ksatria untuk
memberikannya bantal, namun tidak satu pun bantal yang mau ia terima. Kemudian ia menyuruh
Arjuna memberikannya bantal. Arjuna menancapkan tiga anak panah di bawah kepala Bisma
sebagai bantal. Bisma merestui tindakan Arjuna, dan ia mengatakan bahwa ia memilih hari
kematian ketika garis balik matahari berada di utara.
PENUTUP

Demikianlah uraian singkat Bhisma Parwa, yang mengisahkan perjalanan perang antar Pandawa
dan Korawa, yang pada akhirnya parwa ini diakhiri dengan kematian kakek dari Pandawa dan
Korawa, Bhisma. Pada parwa ini menggambarkan keteguhan hati yang harus dimiliki oleh para
Pandawa untuk menegakkan dharma sekalipun harus melawan sanak keluarga yang mereka
cintai.

Disini hikmah yang dapat kita ambil adalah, bahwa dharma berada di atas segalanya dan untuk
menegakannya diperlukan pengorbanan dan kekuatan hati.

Akhir kata semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita, mohon maaf apabila ada kesalahan pada
paper ini. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai