Anda di halaman 1dari 11

Bhismaparwa

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari

Suasana menjelang perang Bharatayuddha berlangsung. Pada gambar, tampak Arjuna


beserta kusirnya, Kresna, berada di antara kedua pasukan untuk meninjau persiapan
perang

Para Raja dan Ksatria meniup terompet kerang mereka tanda pertempuran akan segera
dimulai

Bhismaparwa konon merupakan bagian terpenting Mahabharata karena kitab keenam ini
mengandung kitab Bhagawad Gita. Dalam Bhismaparwa dikisahkan bagaimana kedua
pasukan, pasukan Korawa dan pasukan Pandawa berhadapan satu sama lain sebelum
Bharatayuddha dimulai. Lalu sang Arjuna dan kusirnya sang Kresna berada di antara
kedua pasukan. Arjuna pun bisa melihat bala tentara Korawa dan para Korawa,
sepupunya sendiri. Iapun menjadi sedih karena harus memerangi mereka. Walaupun
mereka jahat, tetapi Arjuna teringat bagaimana mereka pernah dididik bersama-sama
sewaktu kecil dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh. Lalu Kresna
memberi Arjuna sebuah wejangan. Wejangannya ini disebut dengan nama Bhagawad
Gita atau "Gita Sang Bagawan", artinya adalah nyanyian seorang suci.

Bhismaparwa diakhiri dengan dikalahkannya Bisma, kakek para Pandawa dan Korawa.
Bisma mempunyai sebuah kesaktian bahwa ia bisa meninggal pada waktu yang
ditentukan sendiri. Lalu ia memilih untuk tetap tidur terbentang saja pada "tempat tidur
panahnya" (saratalpa) sampai perang Bharatayuddha selesai. Bisma terkena panah
banyak sekali sampai ia terjatuh tetapi tubuhnya tidak menyentuh tanah, hanya ujung-
ujung panahnya saja.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Ringkasan isi Kitab Bhismaparwa
o 1.1 Suasana di medan perang, Kurukshetra
o 1.2 Turunnya Bhagawad Gita
o 1.3 Penghormatan sebelum perang oleh Yudistira
o 1.4 Yuyutsu memihak Pandawa
o 1.5 Pembantaian Bisma
o 1.6 Duel Arjuna dengan Bisma
o 1.7 Habisnya kesabaran Kresna
o 1.8 Keberanian Bima
o 1.9 Perbantaian terus berlanjut
o 1.10 Gugurnya Bisma
 2 Lihat pula

 3 Bacaan lebih lanjut

[sunting] Ringkasan isi Kitab Bhismaparwa


Janamejaya bertanya, "Bagaimanakah para pahlawan bangsa Kuru, Pandawa, dan
Somaka, beserta para rajanya yang berasal dari berbagai kerajaan itu mengatur
pasukannya siap untuk bertempur?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Wesampayana menguraikan dengan detail, kejadian-


kejadian yang sedang berlangsung di medan perang Kurukshetra.

Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita yang penting
atau akhir kisahnya.

[sunting] Suasana di medan perang, Kurukshetra


Arjuna hendak menarik diri dari pertempuran setelah melihat para ksatria bangsa Kuru
yang telah berkumpul di Kurukshetra, kemudian ia diberi wejangan oleh Kresna

Sebelum pertempuran dimulai, kedua belah pihak sudah memenuhi daratan Kurukshetra.
Para Raja terkemuka pada zaman India Kuno seperti misalnya Drupada, Sudakshina
Kamboja, Bahlika, Salya, Wirata, Yudhamanyu, Uttamauja, Yuyudhana, Chekitana,
Purujit, Kuntibhoja, dan lain-lain turut berpartisipasi dalam pembantaian besar-besaran
tersebut. Bisma, Sang sesepuh Wangsa Kuru, mengenakan jubah putih dan bendera putih,
bersinar, dan tampak seperti gunung putih. Arjuna menaiki kereta kencana yang ditarik
oleh empat ekor kuda putih dan dikemudikan oleh Kresna, yang mengenakan jubah
sutera kuning.

Pasukan Korawa menghadap ke barat, sedangkan pasukan Pandawa menghadap ke timur.


Pasukan Korawa terdiri dari 11 divisi, sedangkan pasukan Pandawa terdiri dari 7 divisi.
Pandawa mengatur pasukannya membentuk formasi Bajra, formasi yang konon
diciptakan Dewa Indra. Pasukan Korawa jumlahnya lebih banyak daripada pasukan
Pandawa, dan formasinya lebih menakutkan. Fomasi tersebut disusun oleh Drona, Bisma,
Aswatama, Bahlika, dan Kripa yang semuanya ahli dalam peperangan. Pasukan gajah
merupakan tubuh formasi, para Raja merupakan kepala dan pasukan berkuda merupakan
sayapnya. Yudistira sempat gemetar dan cemas melihat formasi yang kelihatannya sulit
ditembus tersebut, namun setelah mendapat penjelasan dari Arjuna, rasa percaya dirinya
bangkit.

[sunting] Turunnya Bhagawad Gita

Sebelum pertempuran dimulai, terlebih dahulu Bisma meniup terompet kerangnya yang
menggemparkan seluruh medan perang, kemudian disusul oleh para Raja dan ksatria,
baik dari pihak Korawa maupun Pandawa. Setelah itu, Arjuna menyuruh Kresna yang
menjadi kusir keretanya, agar membawanya ke tengah medan pertempuran, supaya
Arjuna bisa melihat siapa yang sudah siap bertarung dan siapa yang harus ia hadapi nanti
di medan pertempuran.

Di tengah medan pertempuran, Arjuna melihat kakeknya, gurunya, teman, saudara, ipar,
dan kerabatnya berdiri di medan pertempuran, siap untuk bertempur. Tiba-tiba Arjuna
menjadi lemas setelah melihat keadaan itu. Ia tidak tega untuk membunuh mereka semua.
Ia ingin mengundurkan diri dari medan pertempuran.

Sri Kresna menampakkan wujud semesta (Wishwarupa) beliau kepada Arjuna

Arjuna berkata, "Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga
di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-
anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.....Kita akan dikuasai dosa jika
membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para
putera Dretarastra dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Lakshmi Dewi, apa
keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh
sanak keluarga kita sendiri?"

Dilanda oleh pergolakan batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Kresna
mencoba untuk menyadarkan Arjuna. Kresna yang menjadi kusir Arjuna, memberikan
wejangan-wejangan suci kepada Arjuna, agar ia bisa membedakan mana yang benar dan
mana yang salah. Kresna juga menguraikan berbagai ajaran Hindu kepada Arjuna, agar
segala keraguan di hatinya sirna, sehingga ia mau melanjutkan pertempuran. Selain itu,
Kresna memperlihatkan wujud semestanya kepada Arjuna, agar Arjuna tahu siapa Kresna
sebenarnya.
Wejangan suci yang diberikan oleh Kresna kepada Arjuna kemudian disebut Bhagavad
Gītā, yang berarti "Nyanyian Tuhan". Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi kitab
tersendiri dan sangat terkenal di kalangan umat Hindu, karena dianggap merupakan
pokok-pokok ajaran Hindu dan intisari ajaran Veda.

[sunting] Penghormatan sebelum perang oleh Yudistira

Setelah Arjuna sadar terhadap kewajibannya dan mau melanjutkan pertarungan karena
sudah mendapat wejangan suci dari Kresna, maka pertempuran segera dimulai. Arjuna
mengangkat busur panahnya yang bernama Gandiwa, diringi oleh sorak sorai gegap
gempita. Pasukan kedua pihak bergemuruh. Mereka meniup sangkala dan terompet
tanduk, memukul tambur dan genderang. Para Dewa, Pitara, Rishi, dan penghuni surga
lainnya turut menyaksikan pembantaian besar-besaran tersebut.

Pada saat-saat menjelang pertempuran tersebut, tiba-tiba Yudistira melepaskan baju


zirahnya, meletakkan senjatanya, dan turun dari keretanya, sambil mencakupkan tangan
dan berjalan ke arah pasukan Korawa. Seluruh pihak yang melihat tindakannya tidak
percaya. Para Pandawa mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya, namun
Yudistira diam membisu, hanya terus melangkah. Di saat semua pihak terheran-heran,
hanya Kresna yang tersenyum karena mengetahui tujuan Yudistira. Pasukan Korawa
penasaran dengan tindakan Yudistira. Mereka siap siaga dengan senjata lengkap dan
tidak melepaskan pandangan kepada Yudistira. Yudistira berjalan melangkah ke arah
Bisma, kemudian dengan rasa bakti yang tulus ia menjatuhkan dirinya dan menyembah
kaki Bisma, kakek yang sangat dihormatinya.

Yudistira berkata, “Hamba datang untuk menghormat kepadamu, O paduka nan gagah
tak terkalahkan. Kami akan menghadapi paduka dalam pertempuran. Kami mohon
perkenan paduka dalam hal ini, dan kami pun memohon do'a restu paduka”.

Bisma menjawab, “Apabila engkau, O Maharaja, dalam menghadapi pertempuran yang


akan berlangsung ini engkau tidak datang kepadaku seperti ini, pasti kukutuk dirimu, O
keturunan Bharata, agar menderita kekalahan! Aku puas, O putera mulia. Berperanglah
dan dapatkan kemenangan, hai putera Pandu! Apa lagi cita-cita yang ingin kaucapai
dalam pertempuran ini? Pintalah suatu berkah dan restu, O putera Pritha. Pintalah sesuatu
yang kauinginkan! Atas restuku itu pastilah, O Maharaja, kekalahan tidak akan menimpa
dirimu. Orang dapat menjadi budak kekayaan, namun kekayaan itu bukanlah budak siapa
pun juga. Keadaan ini benar-benar terjadi, O putera bangsa Kuru. Dengan kekayaannya,
kaum Korawa telah mengikat diriku...”

Setelah Yudistira mendapat do'a restu dari Bisma, kemudian ia menyembah Drona,
Kripa, dan Salya. Semuanya memberikan do'a restu yang sama seperti yang diucapkan
Bisma, dan mendo'akan agar kemenangan berpihak kepada Pandawa. Setelah mendapat
do'a restu dari mereka semua, Yudistira kembali menuju pasukannya, dan siap untuk
memulai pertarungan.

[sunting] Yuyutsu memihak Pandawa


Setelah tiba di tengah-tengah medan pertempuran, di antara kedua pasukan yang saling
berhadapan, Yudistira berseru, “Siapa pun juga yang memilih kami, mereka itulah yang
kupilih menjadi sekutu kami!”

Setelah berseru demikian, suasana hening sejenak. Tiba-tiba di antara pasukan Korawa
terdengar jawaban yang diserukan oleh Yuyutsu. Dengan pandangan lurus ke arah
Pandawa, Yuyutsu berseru, ”Hamba bersedia bertempur di bawah panji-panji paduka,
demi kemenangan paduka sekalian! Hamba akan menghadapi putera Dretarastra, itu pun
apabila paduka raja berkenan menerima! Demikianlah, O paduka Raja nan suci!”

Dengan gembira, Yudistira berseru, “Mari, kemarilah! Kami semua ingin bertempur
menghadapi saudara-saudaramu yang tolol itu! O Yuyutsu, baik Vāsudewa (Kresna)
maupun kami lima bersaudara menyatakan kepadamu bahwa aku menerimamu, O
pahlawan perkasa, berjuanglah bersama kami, untuk kepentinganku, menegakkan
Dharma! Rupanya hanya anda sendirilah yang menjadi penerus garis keturunan
Dretarastra, sekaligus melanjutkan pelaksanaan upacara persembahan kepada para
leluhur mereka! O putera mahkota nan gagah, terimalah kami yang juga telah menerima
dirimu itu! Duryodana yang kejam dan berpengertian cutak itu segera akan menemui
ajalnya!”

Setelah mendengar jawaban demikian, Yuyutsu meninggalkan pasukan Korawa dan


bergabung dengan para Pandawa. Kedatangannya disambut gembira. Yudistira
mengenakan kembali baju zirahnya, kemudian berperang.

[sunting] Pembantaian Bisma

Pertempuran dimulai. Kedua belah pihak maju dengan senjata lengkap. Divisi pasukan
Korawa dan divisi pasukan Pandawa saling bantai. Bisma maju menyerang para ksatria
Pandawa dan membinasakan apapun yang menghalangi jalannya. Abimanyu melihat hal
tersebut dan menyuruh paman-pamannya agar berhati-hati. Ia sendiri mencoba
menyerang Bisma dan para pengawalnya. Namun usaha para ksatria Pandawa di hari
pertama tidak berhasil. Mereka menerima kekalahan. Putera Raja Wirata, Uttara dan
Sweta, gugur oleh Bisma dan Salya di hari pertama. Kekalahan di hari pertama membuat
Yudistira menjadi pesimis. Namun Sri Kresna berkata bahwa kemenangan sesungguhnya
akan berada di pihak Pandawa.

[sunting] Duel Arjuna dengan Bisma

Pada hari kedua, Arjuna bertekad untuk membalikkan keadaan yang didapat pada hari
pertama. Arjuna mencoba untuk menyerang Bisma dan membunuhnya, namun para
pasukan Korawa berbaris di sekeliling Bisma dan melindunginya dengan segenap tenaga
sehingga meyulitkan Arjuna. Pasukan Korawa menyerang Arjuna yang hendak
membunuh Bisma. Kedua belah pihak saling bantai, dan sebagian besar pasukan Korawa
gugur di tangan Arjuna. Setelah menyapu seluruh pasukan Korawa, Arjuna dan Bisma
terlibat dalam duel sengit. Sementara itu Drona menyerang Drestadyumna bertubi-tubi
dan mematahkan panahnya berkali-kali. Duryodana mengirim pasukan bantuan dari
kerajaan Kalinga untuk menyerang Bima, namun serangan dari Duryodana tidak berhasil
dan pasukannya gugur semua. Setyaki yang bersekutu dengan Pandawa memanah kusir
kereta Bisma sampai meninggal. Tanpa kusir, kuda melarikan kereta Bisma menjauhi
medan laga. Di akhir hari kedua, pihak Korawa mendapat kekalahan.

[sunting] Habisnya kesabaran Kresna

Kesabaran Kresna habis sehingga ia ingin menghabisi Bisma dengan tangannya sendiri,
namun dicegah oleh Arjuna

Pada hari ketiga, Bisma memberi instruksi agar pasukan Korawa membentuk formasi
burung elang dengan dirinya sendiri sebagai panglima berada di garis depan sementara
tentara Duryodana melindungi barisan belakang. Bisma ingin agar tidak terjadi kegagalan
lagi. Sementara itu para Pandawa mengantisipasinya dengan membentuk formasi bulan
sabit dengan Bima dan Arjuna sebagai pemimpin sayap kanan dan kiri. Pasukan Korawa
menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna, namun banyak pasukan Korawa yang
tak mampu menandingi kekuatan Arjuna. Abimanyu dan Setyaki menggabungkan
kekuatan untuk menghancurkan tentara Gandara milik Sangkuni. Bisma yang terlibat
duel sengit dengan Arjuna, masih bertarung dengan setengah hati. Duryodana memarahi
Bisma yang masih segan untuk menghabisi Arjuna. Perkataan Duryodana membuat hati
Bisma tersinggung, kemudian ia mengubah perasaanya.

Arjuna dan Kresna mencoba menyerang Bhishma. Arjuna dan Bisma sekali lagi terlibat
dalam pertarungan yang bengis, meskipun Arjuna masih merasa tega dan segan untuk
melawan kakeknya. Kresna menjadi sangat marah dengan keadaan itu dan berkata, "Aku
sudah tak bisa bersabar lagi, Aku akan membunuh Bisma dengan tanganku sendiri," lalu
ia mengambil chakra-nya dan berlari ke arah Bisma. Bisma menyerahkan dirinya kepada
Kresna dengan pasrah. Ia merasa beruntung jika gugur di tangan Kresna. Arjuna berlari
mengejarnya dan mencegah Kresna untuk melakukannya. Arjuna memegang kaki
Kresna. Pada langkah yang kesepuluh, Kresna berhenti.

Arjuna berkata, “O junjunganku, padamkanlah kemarahan ini. Paduka tempat kami


berlindung. Baiklah, hari ini hamba bersumpah, atas nama dan saudara-saudara hamba,
bahwa hamba tidak akan menarik diri dari sumpah yang hamba ucapkan. O Kesawa, O
adik Dewa Indra, atas perintah paduka, baiklah, hamba yang akan memusnahkan bangsa
Kuru!”

Mendengar sumpah tersebut, Kresna puas hatinya. Kemarahannya mereda, namun masih
tetap memegang senjata chakra. Kemudian mereka berdua melanjutkan pertarungan dan
membinasakan banyak pasukan Korawa.

[sunting] Keberanian Bima

Hari keempat merupakan hari dimana Bima menunjukkan keberaniannya. Bisma


memerintahkan pasukan Korawa untuk bergerak. Abimanyu dikepung oleh para ksatria
Korawa lalu diserang. Arjuna melihat hal tersebut lalu menolong Abimanyu. Bima
muncul pada saat yang genting tersebut lalu menyerang para kstria Korawa dengan gada.
Kemudian Duryodana mengirimkan pasukan gajah untuk menyerang Bima. Ketika Bima
melihat pasukan gajah menuju ke arahnya, ia turun dari kereta dan menyerang mereka
satu persatu dengan gada baja miliknya. Mereka dilempar dan dibanting ke arah pasukan
Korawa. Kemudian Bima menyerang para ksatria Korawa dan membunuh delapan adik
Duryodana. Akhirnya ia dipanah dan tersungkur di keretanya. Gatotkaca melihat hal
tersebut, lalu merasa sangat marah kepada pasukan Korawa. Bisma menasehati bahwa
tidak ada yang mampu melawan Gatotkaca yang sedang marah, lalu menyuruh pasukan
agar mundur. Pada hari itu, Duryodana kehilangan banyak saudara-saudaranya.

[sunting] Perbantaian terus berlanjut

Pada hari kelima, pembantaian terus berlanjut. Pasukan Pandawa dengan segenap tenaga
membalas serangan Bisma. Bima berada di garis depan bersama Srikandi dan
Drestadyumna di sampingnya. Karena Srikandi berperan sebagai seorang wanita, Bisma
menolak untuk bertarung dan pergi. Sementara itu, Setyaki membinasakan pasukan besar
yang dikirim untuk menyerangnya. Pertempuran dilanjutkan dengan pertarungan antara
Setyaki melawan Burisrawas dan kemudian Setyaki kesusahan sehingga berada dalam
situasi genting. Melihat hal itu, Bima datang melindungi Setyaki dan menyelamatkan
nyawanya. Di tempat lain, Arjuna bertempur dan membunuh ribuan tentara yang dikirim
Duryodana untuk menyerangnya.

Pertumpahan darah yang sulit dibayangkan terus berlanjut dari hari ke hari selama
pertempuran berlangsung. Hari keenam merupakan hari pembantaian yang hebat. Drona
membantai banyak prajurit di pihak Pandawa yang jumlahnya sukar diukur. Formasi
kedua belah pihak pecah. Pada hari kedelapan, Bima membunuh delapan putera
Dretarastra. Putera Arjuna — Irawan — terbunuh oleh para Korawa.

Pada hari kesembilan Bisma menyerang pasukan Pandawa dengan membabi buta.
Banyak laskar yang tercerai berai karena serangan Bisma. Banyak yang melarikan diri
atau menjauh dari Bisma, pendekar tua nan sakti dari Wangsa Kuru. Kresna memacu
kuda-kudanya agar berlari ke arah Bisma. Arjuna dan Bisma terlibat dalam pertarungan
sengit, namun Arjuna bertarung dengan setengah hati sementara Bisma menyerangnya
dengan bertubi-tubi. Melihat keadaan itu, sekali lagi Kresna menjadi marah. Ia ingin
mengakhiri riwayat Bisma dengan tangannya sendiri. Ia meloncat turun dari kereta
Arjuna, dengan mata merah menyala tanda kemarahan memuncak, bergerak berjalan
menghampiri Bisma. Dengan senjata Chakra di tangan, Kresna membidik Bisma. Bisma
dengan pasrah tidak menghindarinya, namun semakin merasa bahagia jika gugur di
tangan Kresna. Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha menarik kaki
Kresna untuk menghentikan langkahnya.

Dengan sedih dan suara tersendat-sendat, Arjuna berkata, “O Kesawa (Kresna), janganlah
paduka memalsukan kata-kata yang telah paduka ucapkan sebelumnya! Paduka telah
mengucapkan janji bahwa tidak akan ikut berperang. O Madhawa (Kresna), apabila
paduka melanjutkan niat paduka, orang-orang akan mengatakan bahwa paduka
pembohong. Semua penderitaan akibat perang ini, hambalah yang harus
menanggungnya! Hambalah yang akan membunuh kakek yang terhormat itu!...”

Kresna tidak menjawab setelah mendengar kata-kata Arjuna, tetapi dengan menahan
kemarahan ia naik kembali ke atas keretanya. Kedua pasukan tersebut melanjutkan
kembali pertarungannya.

[sunting] Gugurnya Bisma

Resi Bisma tidur di "ranjang panah" (saratalpa)

Para Pandawa tidak mengetahui bagaimana cara mengalahkan Bisma. Pada malam
harinya, Pandawa menyusup ke dalam kemah Bisma. Bisma menyambutnya dengan do'a
restu. Pandawa menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu mencari cara untuk
mengalahkan Bisma. Kemudian Bisma membeberkan hal-hal yang membuatnya tidak
tega untuk berperang. Setelah mendengar penjelasan Bisma, Arjuna berdiskusi dengan
Kresna. Ia merasa tidak tega untuk mengakhiri riwayat kakeknya. Kemudian Kresna
mencoba menyadarkan Arjuna, tentang mana yang benar dan mana yang salah.

Pada hari kesepuluh, pasukan Pandawa dipelopori oleh Srikandi di garis depan. Srikandi
menyerang Bisma, namun ia tidak dihiraukan. Bisma hanya tertawa kepada Srikandi,
karena ia tidak mau menyerang Srikandi yang berkepribadian seperti wanita. Melihat
Bisma menghindari Srikandi, Arjuna memanah Bisma berkali-kali. Puluhan panah
menancap di tubuh Bisma. Bisma terjatuh dari keretanya. Pasukan Pandawa bersorak.
Tepat pada hari itu senja hari. Kedua belah pihak menghentikan pertarungannya, mereka
mengelilingi Bisma yang berbaring tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh panah-
panah. Bisma menyuruh para ksatria untuk memberikannya bantal, namun tidak satu pun
bantal yang mau ia terima. Kemudian ia menyuruh Arjuna memberikannya bantal.
Arjuna menancapkan tiga anak panah di bawah kepala Bisma sebagai bantal. Bisma
merestui tindakan Arjuna, dan ia mengatakan bahwa ia memilih hari kematian ketika
garis balik matahari berada di utara.

[sunting] Lihat pula


 Perang di Kurukshetra

[sunting] Bacaan lebih lanjut


 Bhismaparwa, ditulis oleh Krishna Dwaipayana Wyasa, buku ketujuh dari seri
Astadasaparwa kitab Mahābhārata

Wiracarita Mahābhārata

Daftar Kitab: Adiparwa | Sabhaparwa | Wanaparwa | Wirataparwa | Udyogaparwa |


Bhismaparwa | Dronaparwa | Karnaparwa | Salyaparwa | Sauptikaparwa | Striparwa |
Santiparwa | Anusasanaparwa | Aswamedikaparwa | Asramawasikaparwa |
Mosalaparwa | Prasthanikaparwa | Swargarohanaparwa
Tokoh penting: Pandawa | Korawa
Artikel terkait: Astadasaparwa | Bhagawad Gita | Bharatayuddha
Diperoleh dari "http://id.wiki.detik.com/wiki/Bhismaparwa"

Kategori: Kitab Mahabharata

Tampilan

 Artikel
 Pembicaraan
 Sunting
 Versi terdahulu

Peralatan pribadi

 125.162.151.32
 Pembicaraan IP ini
 Masuk log / buat akun

Navigasi
 Halaman Utama
 Portal komunitas
 Peristiwa terkini
 Perubahan terbaru
 Halaman sembarang
 Bantuan
 Menyumbang
 Warung Kopi

Pencarian

Tuju ke Cari
 

Kotak peralatan

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Versi cetak
 Pranala permanen
 Kutip artikel ini

Bahasa lain

 Basa Jawa
 Bahasa Melayu

 Halaman ini terakhir diubah pada 08:34, 30 Agustus 2007.


 Halaman ini telah diakses sebanyak 81 kali.
 Kebijakan privasi
 Perihal Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
 Penyangkalan

Anda mungkin juga menyukai