Sabhaparwa adalah buku kedua Mahabharata. Buku ini menceritakan alasan mengapa
sang Pandawa Lima ketika diasingkan dan harus masuk ke hutan serta tinggal di sana
selama 12 tahun dan menyamar selama 1 tahun. Di dalam buku ini diceritakan bagaimana
mereka berjudi dan kalah dari Duryodana.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Ringkasan isi Kitab Sabhaparwa
o 1.1 Niat licik Duryodana dan Sangkuni
o 1.2 Pandawa dan Korawa main dadu
o 1.3 Dropadi dihina di muka umum
o 1.4 Pandawa dibuang ke tengah hutan
2 Sabhaparwa di Indonesia
Sangkuni berkata, "Aku tahu Yudistira suka bermain dadu, namun ia tidak tahu cara
bermain dadu dengan akal-akalan. Sementara aku adalah rajanya main dadu dengan akal-
akalan. Untuk itu, undanglah dia, ajaklah main dadu. Nantinya, akulah yang bermain
dadu atas nama anda. Dengan kelicikanku, tentu dia akan kalah bermain dadu denganku.
Dengan demikian, anda akan dapat memiliki apa yang anda impikan".
Dropadi dihina di muka umum saat Pandawa dan kalah main dadu dengan Korawa
Yudistira berkata, "Kakanda Prabu, berjudi sebetulanya tidak baik. Bahkan menurut para
orang bijak, berjudi sebaiknya dihindari karena sering terjadi tipu-menipu sesama lawan".
Setelah mendengar perkataan Yudistira, Sangkuni menjawab, "Ma'af paduka Prabu. Saya
kira jika anda berjudi dengan Duryodana tidak ada jeleknya, sebab kalian masih
bersaudara. Apabila paduka yang menang, maka kekayaan Duryodana tidaklah hilang
sia-sia. Begitu pula jika Duryodana menang, maka kekayaan paduka tidaklah hilang sia-
sia karena masih berada di tangan saudara. Untuk itu, apa jeleknya jika rencana ini kita
jalankan?"
Yudistira yang senang main dadu akhirnya terkena rayuan Sangkuni. Maka permainan
dadu pun dimulai. Yudistira heran kepada Duryodana yang diwakilkan oleh Sangkuni,
sebab dalam berjudi tidak lazim kalau diwakilkan. Sangkuni yang berlidah tajam, sekali
lagi merayu Yudistira. Yudistira pun termakan rayuan Sangkuni.
Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain tersebut
terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna
Harta, istana, kerajaan, prajurit, dan saudara Yudistira akhirnya menjadi milik
Duryodana. Yudistira yang tidak memiliki apa-apa lagi, nekat mempertaruhkan dirinya
sendiri. Sekali lagi ia kalah sehingga dirinya harus menjadi milik Duryodana. Sangkuni
yang berlidah tajam membujuk Yudistira untuk mempertaruhkan Dropadi. Karena
termakan rayuan Sangkuni, Yudistira mempertaruhkan istrinya, yaitu Dewi Dropadi.
Banyak yang tidak setuju dengan tindakan Yudistira, namun mereka semua membisu
karena hak ada pada Yudistira.
Dengan menangis terisak-isak, Dropadi berkata, "Sungguh saya tidak mengira kalau di
Hastina kini telah kehilangan banyak orang bijak. Buktinya, di antara sekian banyak
orang, tidak ada seorang pun yang melarang tindakan Dursasana yang asusila tersebut,
ataukah, memang semua orang di Hastina kini telah seperti Dursasana?", ujar Dropadi
kepada semua orang yang hadir di balairung. Para orangtua yang mendengar perkataan
Dropadi tersebut tersayat hatinya, karena tersinggung dan malu.
Wikarna, salah satu Korawa yang masih memiliki belas kasihan kepada Dropadi, berkata,
"Tuan-Tuan sekalian yang saya hormati! Karena di antara Tuan-Tuan tidak ada yang
menanggapi peristiwa ini, maka perkenankanlah saya mengutarakan isi hati saya.
Pertama, saya tahu bahwa Prabu Yudistira kalah bermain dadu karena terkena tipu
muslihat paman Sangkuni! Kedua, karena Prabu Yudistira kalah memperteruhkan Dewi
Dropadi, maka ia telah kehilangan kebebasannya. Maka dari itu, taruhan Sang Prabu
yang berupa Dewi Dropadi tidak sah!"
Para hadirin yang mendengar perkataan Wikarna merasa lega hatinya. Namun, Karna
tidak setuju dengan Wikarna. Karna berkata, "Hei Wikarna! Sungguh keterlaluan kau ini.
Di ruangan ini banyak orang-orang yang lebih tua daripada kau! Baliau semuanya tentu
tidak lebih bodoh daripada kau! Jika memang tidak sah, tentu mereka melarang. Mengapa
kau berani memberi pelajaran kepada beliau semua? Lagipula, mungkin memang nasib
Dropadi seperti ini karena kutukan Dewa. cobalah bayangkan, pernahkah kau melihat
wanita bersuami sampai lima orang?"
Mendengar perkataan Karna, Wikarna diam dan membisu. Karena sudah kalah, Yudistira
dan seluruh adiknya beserta istrinya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun hanya
Dropadi yang menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai
Dropadi. Dropadi berdo'a kepada para Dewa agar dirinya diselamatkan. Sri Kresna
mendengar do'a Dropadi. Secepatnya ia menolong Dropadi secara gaib. Sri Kresna
mengulur kain yang dikenakan Dropadi, sementara Dursasana yang tidak mengetahuinya
menarik kain yang dikenakan Dropadi. Hal tersebut menyebabkan usaha Dursasana
menelanjangi Dropadi tidak berhasil. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena
perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di
Indraprastha.
Melihat perbuatan Dursasana yang asusila, Bima bersumpah kelak dalam Bharatayuddha
ia akan merobek dada Dursasana dan meminum darahnya. Setelah bersumpah,
terdengarlah lolongan anjing dan srigala, tanda bahwa malapetaka akan terjadi.
Dretarastra mengetahui firasat buruk yang akan menimpa keturunannya, maka ia segera
mengambil kebijaksanaan. Ia memanggil Pandawa beserta Dropadi.
Dretarastra berkata, "O Yudistira, engkau tidak bersalah. Karena itu, segala sesuatu yang
menjadi milikmu, kini kukembalikan lagi kepadamu. Ma’afkanlah saudara-saudaramu
yang telah berkelakuan gegabah. Sekarang, pulanglah ke Indraprastha".
Setelah mendapat pengampunan dari Dretarastra, Pandawa beserta istrinya mohon diri.
Duryodana kecewa, ia menyalahkan perbuatan ayahnya yang mengembalikan harta
Yudistira. Dengan berbagai dalih, Duryodana menghasut ayahnya. Karena Dretarastra
berhati lemah, maka dengan mudah sekali ia dihasut, maka sekali lagi ia mengizinkan
rencana jahat anaknya. Duryodana menyuruh utusan agar memanggil kembali Pandawa
ke istana untuk bermain dadu. Kali ini, taruhannya adalah siapa yang kalah harus
mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan setelah masa pengasingan berakhir
(yaitu pada tahun ke-13), yang kalah harus menyamar selama 1 tahun. Pada tahun yang
ke-14, barulah boleh kembali ke istana.
Sebagai kaum ksatria, Pandawa tidak menolak undangan Duryodana untuk yang kedua
kalinya tersebut. Sekali lagi, Pandawa kalah. Sesuai dengan perjanjian yang sah, maka
Pandawa beserta istrinya mengasingkan diri ke hutan, hidup dalam masa pembuangan
selama 12 tahun. Setelah itu menyamar selama satu tahun. Setelah masa penyamaran,
maka para Pandawa kembali lagi ke istana untuk memperoleh kerajaannya.
Wiracarita Mahābhārata
Tampilan
Artikel
Pembicaraan
Sunting
Versi terdahulu
Peralatan pribadi
125.162.151.32
Pembicaraan IP ini
Masuk log / buat akun
Navigasi
Halaman Utama
Portal komunitas
Peristiwa terkini
Perubahan terbaru
Halaman sembarang
Bantuan
Menyumbang
Warung Kopi
Pencarian
Tuju ke Cari
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Versi cetak
Pranala permanen
Kutip artikel ini
Bahasa lain
Basa Jawa
Bahasa Melayu