Anda di halaman 1dari 6

[Tokoh Mahabharata] DURYUDANA (1)

Dari Komik RA Kosasih


Umumnya karakter Duryudana yang kita kenal adalah versi Jawa. Dalam hal ini RA Kosasih
walaupun secara umum mengambil versi asli (India), kelihatannya sedikit banyak ngambil versi
Jawa. Termasuk dalam penokohan Duryudana ini. Sedikit sekali disebutkan kebaikan
Duryudana. Pokoknya jeleklah.
Padahal kalau membaca versi asli dari Vyasa, Duryudana ini not so bad hehe.
Duryudana adalah anak pertama dari seratus anak pasangan Drestarata dan Gandhari (prabu
dan permaisuri Hastina), keseratus anak ini dinamakan Kurawa (yang heboh tea..). Kelahiran
Kurawa ini aneh bin ajaib (tapi memang Mahabharata penuh cerita ajaib). Kalau dalam komik
RA Kosasih ceritanya begini:
Dewi Gandhari, istri dari Prabu Drestarata (yang menjadi raja menggantikan Pandu) sedang
hamil tua. Suatu malam ketika berjalan-jalan di taman istana ia melihat di kolam, seekor yuyu
(kepiting) yang dikelilingi banyak anaknya. Dia fikir, ah betapa bahagianya kalau punya anak
banyak seperti yuyu ini, yang bisa melindungi dia dan suaminya. Dia sadar suaminya hanyalah
wakil (setelah Pandu mengundurkan diri sebagai raja karena kena supata), dan sewaktu-waktu
jika Pandu memiliki anak tentu anak-anaknya itu akan menuntut tahta Hastina. Kalau dia punya
banyak anak tentunya anak-anaknya ini akan melindungi tahta ayahnya (begitu kira-kira, intinya
dia tak ingin kehilangan tahta).
Btw karakter Gandhari ini beda juga antara RA Kosasih dengan kisah aslinya. Di komik RAK
Gandhari digambarkan sebagai wanita (ibu) yang angkuh dan cinta kedudukan. Sedang di cerita
asli Gandhari ini wanita paling top, lebih oke daripada Dewi Kunti (ibu para Pandawa). wanita

Nah setelah itu Gandhari pun banyak berdoa agar diberi anak yang banyak. Setelah genap
sembilan bulan, ketika ia berjalan di taman yang sama, dia pun melahirkan (ini gak ada cerita
kontraksi, dibawa ke rumah sakit dll.... tiba-tiba saja melahirkan). Tapi yang aneh adalah ia
melahirkan seonggok daging yang besar. Karena kecewa dan jijik dia tendang daging itu, dan
daging itupun pecah menjadi seratus potong (canggih juga tendangannya, bisa pas jadi seratus
potong). Satu potong daging besar sendiri, sisanya sembilan puluh sembilan potong kira-kira
sama ukurannya. Ajaib, setelah ditendang potongan-potongan daging itu bergerak-gerak. Ah
pokoknya gak enak lah ngebayanginnya. Gandhari menangis kecewa, memohon ampun
barangkali ada dosa yang telah diperbuatnya sehingga mengalami hal ini. Namun tiba-tiba ia
mendapat ilapat, untuk membungkus daging-daging itu dengan daun-daun. Maka ia pun
lakukan, dan iapun kembali ke dalam istana. Malam itu terdengar lolongan serigala, sebuah
tanda akan terjadinya hal yang jelek (bad omen) (makanya dalam komik RAK episode ini diberi
judul Lolongan Serigala di Hastinapura..ngeri kali pun.. ).

Esok harinya istana Hastina geger. Karena dari taman istana terdengar suara keras bayi-bayi.
Ternyata di bawah daun-daun itu kini isinya bayi-bayi. Yang paling besar (yang berasal dari
potongan daging yang besar) memegang cuping mahkota (entah dapat darimana, namanya juga
bayi ajaib). Ini kelihatannya jadi tanda bahwa bayi ini bakalan jadi raja (RAK tidak menjelaskan
hal ini, jadi dalam hal ini penulis boleh juga lah ya). Yang lain ada yang mukanya seperti
raksasa. Sedang yang lain bayi normal. Semuanya bayi laki-laki kecuali satu bayi perempuan.
Rupanya inilah jawaban atas doa Gandhari untuk mendapat banyak anak, seperti yuyu yang dia
lihat di kolam taman istana. Gandhari merasa bahagia dengan kelahiran anak-anaknya,
demikian juga adiknya Sangkuni. Drestarata seperti biasa merasa bimbang (biasalah.. memang
karakter babeh yang satu ini). Sedangkan Resi Bhisma dan Arya Widura merasa masygul (entah
apa arti sebenarnya kata ini...mungkin semacam gundah) karena kelahiran yang aneh ini dan
mengandung bad omen ini. Mereka berharap Pandu pun segera mendapat keturunan.
Begitulah, kisah kelahiran yang aneh itu. Bayi-bayi Gandhari itulah yang kemudian dinamakan
Kurawa. Yang besar dinamai Duryudana, sedang yang mukanya mirip raksasa dinamai
Dursasana. Jangan tanya nama Kurawa yang lain, gak apal dan gak terlalu penting untuk
dihafal.. (setahu penulis hanya ada tiga gegedug [pentolan] Kurawa yang namanya diabadikan
sebagai nama jalan di Bandung, yaitu Jl Duryudana di Lembang, dan Jl Dursasana di seputaran
Ciroyom, dan Jl Citrayuda entah di daerah mana ini..). Yang bungsu sekaligus perempuan satusatunya dinamai Dursilawati (kalau ini sih apal lah.). Kalau di komik RA Kosasih Dursilawati ini
cantik (kayaknya memang gak ada deh putri di kisah wayang yang gak cantik )

Nah ini dia foto keren Duryudana, sudah besar dan jadi raja...
http://en.wikipedia.org/wiki/Duryodhana

[Mahabharata] DURYUDANA (2)


Dari Komik RA Kosasih
Kalau suruh pilih siapa sebenarnya peran utama Mahabharata, kelihatannya dialah orangnya,
Duryudana. Dialah sebenarnya biang kerok Bharatayuda. Sangkuni, Resi Bhisma, Widura, dan
lain-lain sebenarnya hanyalah peran pembantu. Kresna? Lewaaat.. apalagi Pandawa
Sejak kecil dia sudah memendam rasa iri pada Pandawa. Alasannya karena dia fikir Pandawa
nih tak berhak dapat tahta Hastina yang dipegang ayahnya, Drestarata. Karena Pandawa
bukanlah anak sebenarnya dari Pandu. Mereka hanyalah anak-anak Kunti (dan Madrim).
Maka sejak Pandawa didatangkan dari tempat pertapaan setelah ayahnya meninggal (Madrim
ikut labuh geni, hingga tinggal Kunti yang menjaga anak-anaknya) ke istana Hastina, mulailah
bibit iri hati itu. Mereka sudah tahu bahwa kelak Yudhistira-lah yang berhak menggantikan
Prabu Drestarata.
Iri hati ini bertambah dengan kenyataan bahwa anak-anak Pandu ini lebih disayang para
penghuni istana, khususnya Resi Bhisma (kakeknya) dan Arya Widura (pamannya), kecuali tentu
saja Paman Sangkuni. Anak-anak Pandu punya karakter yang oke punya, maklum mereka
terbiasa hidup sederhana di hutan sewaktu kecil dan sudah menjadi yatim pula sejak kecil.
Apalagi Nakula-Sadewa, yatim-piatu. (tentang urusan ayah para Pandawa ini perlu diskusi
panjang, sehubungan dengan status mereka sebagai anak-anak dewata tapi sudahlah kita
anggap mereka anak-anak Pandu kita kan sedang ngobrolin Duryudana).
Selain masalah karakter, masalah ilmu dan kecakapan juga bikin iri Duryo (nama kecil
Duryudana) dan adik-adiknya. Pandawa anak-anak yang rajin dan tekun, selalu bikin catatan
setiap ikut mata pelajaran dari para resi. Sedang Kurawa malas nyatat, makanya kalau mau
ujian sambil ogah-ogahan mereka pinjam dan moto kopi catatan Pandawa terutama Harjuna
(haha.. ini sih nyindir diri sendiri)
Nah jadi begitulah, hubungan dua paket saudara ini (Kurawa dan Pandawa) dari awal memang
sudah tak akur. Lebih-lebih dikompori oleh Sangkuni, yang memang dulu punya dendam sama
Pandu (waktu kalah bertarung memperebutkan Kunti), dan sekarang dendamnya kelihatannya
dipindahkan ke anak-anaknya (payah banget nih orang)
Duryudana pernah kalah sekali main gada dengan Bhima. Ini waktu pertunjukan kecakapan
putra-putra Hastina hasil didikan sang guru, Resi Dhorna. Sebenarnya dia hampir menang, tapi
sayang terlalu bernafsu sehingga gadanya berbalik dan menghantam wajahnya sendiri, dan
diapun terkapar, pingsan (cukup memalukan).
Duryo kurang berbakat dalam hal memanah. Suatu kali Resi Dhorna melatih anak-anak Hastina
dalam memanah. Seekor burung dari kayu digantung jauh di ranting pohon. Waktu giliran
Duryudana, sang guru bertanya, Apa yang kau lihat Raden? tanya Resi Dhorna pada saat

Duryo merentangkan busurnya dan mengarahkan panahnya. Yang saya lihat seekor burung di
atas pohon. Jawab Duryo. Bagus, apa yang kau bayangkan, Raden?tanya Resi Dhorna lagi.
Yang kubayangkan, hidangan panggang burung di meja makan. jawab Duryo. Wadduh
sudah, tak usah dilepas, percuma, tak akan kena. kata sang resi kecewa (ah tapi siapa tahu
kalau dilepas kena juga tuh burung kayu, karena saking inginnya Duryo makan panggang
burung)
Ketika Yudhistira diangkat sebagai raja muda sebagai persiapan menggantikan Drestarata,
Duryudana kecewa berat. Menurut dia dan pamannya Sangkuni, dialah yang berhak
menggantikan ayahnya. Maka dengan bantuan his best uncle Sangkuni, dia pun merencanakan
kebakaran di Waranawata (baca kisah Tahta Untuk Yudhistira), dan ketika Pandawa diduga
meninggal pada peristiwa itu tak ada yang dapat menghalangi dirinya untuk menjadi raja muda
menggantikan Yudhistira. Ketika Pandawa belakangan diketahui masih sehat wal afiat, dia
sudah kadung kuat kedudukannya sehingga tak mungkin digantikan. Mungkin dia bilang dalam
hatinya pada Pandawa (hahaha you missed it!)
Karena Pandawa tak dapat kembali ke Hastina, mereka pun mendirikan kerajaannya sendiri
yang dinamakan Indraprasta. Duryo lagi-lagi iri ketika Pandawa berhasil mendirikan kerajaan
ini. Kerajaan baru yang dulunya hutan yang angker itu kini menjadi kerajaan yang indah. Ketika
dia berkunjung ke Indraprasta dia dipermalukan habis-habisan sampai kecemplung kolam yang
dikiranya lantai kaca (ini mirip cerita Ratu Balqis di istana Nabi Sulaiman, bedanya Duryo gak
pake acara angkat kain, langsung nyebur begitu saja..byurrr)
Rasa iri dan ditambah malu ini yang menyebabkan dia bersama pamannya Sangkuni lagi-lagi
merencakan makar, yaitu menantang Pandawa bermain dadu, yang mengakibatkan Yudhistira
kalah dan Pandawa harus diasingkan selama tiga belas tahun.
Masih kurang puas rupanya dia menyengsarakan Pandawa, suatu hari Duryo dan adik-adiknya
Kurawa berpesta pora di hutan di mana Pandawa diasingkan, maksudnya mau mengejek
Pandawa. Tapi naas mereka diserang para genderewo penghuni hutan dan ditawan oleh para
genderewo itu. Pandawa saking baiknya, walau mereka sudah demikian disengsarakan oleh
Kurawa, mereka menghajar para genderewo itu dan membebaskan Kurawa. Setelah kejadian
ini Duryudana hampir bunuh diri saking merasa malu. Alih-alih mau mengejek Pandawa malah
diselamatkan hidupnya oleh mereka. Jadi dalam hal ini okelah dia punya rasa malu (tengsin
lah), sampai hampir bunuh diri segala. Masih untung dapat dibujuk oleh saudara-saudaranya
dan Karna. Kaciaaan

[Mahabharata] DURYUDANA (3)


Dari Komik RA Kosasih
Buat yang nge-fans sama Duryudana, berikut his merits:
- Duryudana lumayan egaliter. Dalam hal memandang persamaan derajat dia lebih
baik daripada Pandawa. Ini ditunjukkan ketika ia membela Aradhea alias Karna di
depan para pembesar Hastina.
Masih ingat ceritanya? Kita ulang ya
Pada sebuah acara pertunjukan kecakapan murid-murid Resi Dhorna, Harjuna
berhasil memperlihatkan kehebatannya memanah. Pokoknya acara itu seperti jadi
panggung buat dia sebagai actor utama, yang lain figuranlah.
Tiba-tiba muncul seorang pemuda, tampan sih, orang mengenalnya sebagai anak
kusir bernama Aradhea. Dia minta izin pada panitia untuk menunjukkan
kebolehannya. Setelah diberi izin dia mulai memamerkan kemampuannya. Ternyata
luar biasa, dia mampu menyamai kecakapan Harjuna bahkan melampauinya.
Harjuna marah merasa dikalahkan, dia menantang Aradhea bitotama. Para Pandawa
yang lain khususnya Bhima menghina Aradhea, karena sebagai anak kusir tak pantas
tampil di antara para kesatria dan pembesar Hastina.
Aradhea langsung down diledek seperti itu, dia pun melangkah mundur meninggalkan
arena.
Nah pada saat itulah Duryudana tampil, dia berkata lantang, "Kalau Harjuna
merasa gengsi berhadapan dengan Aradhea karena dia anak kusir, maka detik ini
kami para Kurawa menobatkan Aradhea sebagai Adipati di Awangga!"
Nah demikianlah episode yang bisa dibilang masterpiece-nya Duryudana, orang
boleh bilang itu ia lakukan untuk menarik simpati Aradhea yang sudah ia lihat
potensinya untuk mengalahkan Pandawa. Tapi bisa juga itu dilihat sebagai
pembelaannya terhadap orang yang dianggap lemah/hina (boleh juga kan jangan
dijelekkan terus lah Duryudana).
- Kesetiaan pada teman/sahabat. Sejak peristiwa itu Aradhea a.k.a. Karna nempel
kayak perangko pada Kurawa khususnya Duryudana. Karna adalah kesatria sejati
dan jujur, dia tahu Kurawa berada di pihak yang salah terhadap Pandawa, tapi
janji setianya pada Duryudana membuatnya tetap berada di pihak Kurawa sampai
akhir hayatnya.
Memang lumayan aneh fenomena Duryudana ini. Kesatria hebat sekelas Resi Bhisma

dan Resi Dhorna, juga orang paling bijak Arya Widura, tetap berada di pihak
Hastina sampai akhir hayat mereka. Tentu ini karena kesetiaan mereka pada
negara, tapi ada kemungkinan bahwa perlakuan Duryudana sebagai raja terhadap
mereka juga not bad. Kecuali permusuhan Duryo terhadap Pandawa, kelihatannya
Duryo memperlakukan para ketua Hastina ini dengan baik.
Ingat Prabu Salya? Orang hebat dan kesatria oke macam dia pun akhirnya memihak
Hastina cq Duryudana, dan bertempur di hari terakhir Bharatayuda sampai menemui
akhir hayatnya.
Belum lagi raja-raja lain yang setia pada Duryudana. Kalau melihat kekuatan
Hastina sebesar sebelas aksohini (divisi) dengan total 2,4 juta pasukan
dibandingkan Pandawa yang hanya 7 aksohini dengan total 1,5 juta pasukan (dari
mang Wiki nih.), jelas dukungan pada Hastina lebih besar daripada dukungan pada
Pandawa. Kalau Duryudana memang (maaf) brengsek, rasanya tak mungkinlah ia
mendapat dukungan begitu besar.
- Duryudana dianggap oke juga sebagai raja. Ini memang pandangan yang rada
kontroversial, pro-kon. Ada yang menganggapnya tak berhasil sebagai raja, tapi
ada juga yang menilainya sebagai raja yang memperlihatkan kepeduliannya pada
rakyatnya. Di kitab aslinya Duryo ini cukup berhasil sebagai raja (ya kita
boleh ikut lah pada penulis aslinya, Vyasa). So bisa dikatakan Duryo ini dicap
jelek (antagonis) karena kebenciannya pada Pandawa, selain itu sebagai raja dia
oke juga.
(Sekian)

Anda mungkin juga menyukai